Bab 4
Ai Ning
King Pov
Aku masih menopangkan daguku di atas meja dan melihat kesekelilingku yang ada teman-teman dari N'Duen. Mereka semua tidak hanya lucu tetapi juga ramah. Kami semua bisa berbicara dengan baik, kecuali Ram.
“Apakah kamu akan ikut kamp?” Tanyaku pada Ram yang masih duduk di sebelahku.
Saat ini Ram masih belum juga menyelesaikan makannya dan sepertinya dia adalah orang yang suka makan dengan perlahan. Dia mungkin orang yang suka menikmati kelezatan makanan itu dengan makan perlahan.
“…”
Ram tidak menjawab tetapi dia hanya mengangguk dan matanya tidak lagi menatapku. Bisakah dia lebih menunjukkan tanda-tanda kehidupan? 😅
“Apakah kamu pernah pergi ke Uttaradit?” Tanyaku lagi.
“…” Ram kembali menggelengkan kepalanya.
[T / T : Uttaradit adalah sebuah tempat di utara Thailand.]
“Nenekku tinggal disana dan aku akan mengunjunginya. Apakah kamu mau ikut denganku?” Tanyaku.
Aku memang selalu mengunjungi rumah nenekku bila ada liburan semester di Uttaradit. Nenekku saat ini sudah tidak bisa melihat lagi dan kedua orang tuaku ingin nenek tinggal bersama-sama dengan kami di Bangkok. Tetapi nenek tidak mau tinggal disini. 😞
Nenek berkata bahwa dia ingin tinggal ditempat yang dia memiliki kenangan saat dia masih bisa melihat. Saat nenek mengatakan seperti itu kami tidak bisa melawannya, tetapi kami membayar seseorang yang dekat dengan nenek untuk merawatnya.
“…”
Ram hanya menatap wajahku sejenak dan kembali menggelengkan kepalanya pelan.
“Tempat itu sangat indah..” Lanjutku.
Uttaradit meskipun bukan provinsi yang terlalu terkenal, tetapi merupakan tempat yang bagus untuk di kunjungi. Provinsi itu termasuk yang maju dan tidak terlalu terbelakang, tetapi tidak juga terlalu modern. Anak-anak disana harus berjalan kaki bila ingin ke sekolah dan tidak ada terlalu banyak mobil disana. Tetapi entah mengapa aku merasa daerah itu sangat sempurna!
“Apakah kamu pernah menjadi bagian dari kamp sukarelawan seperti ini sebelumnya?” Aku bertanya lagi saat Ram tidak menjawabnya.
Saat aku berkuliah disini, aku pasti akan selalu ikut bila ada kamp sukarelawan seperti ini. Aku sangat tertarik dengan kegiatan seperti ini. Aku memiliki semangat untuk menolong orang lain dan selain itu aku tampan, cukup kaya, cerdas dan baik hati. Hahah 😅
“…”
Aku melihat Ram kembali menggelengkan kepalanya lagi sambil menguyah makanan yang ada di dalam mulutnya secara perlahan.
Dia makan nasi atau makan rumput? Kenapa dia belum selesai juga memakan makanannya? 🤔
“Kenapa kamu tetap tidak mau berbicara denganku?” Tanyaku lagi.
“…”
Ram masih tidak mau menjawab pertanyaanku dan aku kemudian berbalik menatap N'Duen dan bertanya padanya.
“Bagaimana caranya kamu berbicara dengannya, Duen?” Tanyaku.
Aku menatapnya untuk meminta pertolongan. Karena selama ini aku melihat Ram terlihat banyak berbicara dengan Duen.
“Apakah P'King sedang berbicara denganku?” Tanya N'Duen dan mengangkat wajahnya dari makanannya.
Ketika N'Duen menatapku, aku melihat Bohn mengangkat ponselnya untuk memfoto pacarnya itu.
“Iya.. aku melihat dia sepertinya lebih berbicara banyak kepadamu dari pada semua teman-temannya yang lain. Mengapa sangat susah untuk membuat dia berbicara?” Kataku pada N'Duen.
Aku kembali menatap Ram yang saat ini masih mengabaikanku. 😞
“Aku juga tidak tahu..” Balas N'Duen.
Oh! Aku segera berhenti makan, meskipun aku merasa makanan ini cukup enak karena aku lebih merasa penasaran terhadap Ram daripada makanan yang saat ini sedang aku makan.
“Jadi biasanya kamu membiarkan tentang apa?” Tanyaku lagi.
“Kami biasanya membicarakan tentang segala hal yang biasanya teman-teman suka bicarakan juga..” Kata N'Duen.
Aku memikirkan apa yang biasa seorang teman bicarakan antar sesama teman?
Aku memikirkan tentang hal itu karena bisanya aku dan teman-temanku biasanya membicarakan tentang.. para wanita.. pekerjaan.. liburan.. orang-orang yang ada di sekitar kami… makanan.. pelajaran. Aku tidak bisa memikirkan hal yang lebih normal lagi. 🙄
Saat aku melihat teman-temanku, Boss adalah orang yang sangat suka membicarakan pedesaan, Bohn sangat suka membicarakan tentang pekerjaan dan liburan, Tee biasanya suka membicarakan makanan yang aneh-aneh dan mimpinya untuk mempunyai pacar suatu hari nanti, sedangkan Mek aku biasanya hanya membicarakan soal pelajaran padanya. Saat melihat hal itu, aku berpikir teman-temanku pada dasarnya tidak ada yang berpikiran normal. 😅
Aku akan terus berusaha..
“Cuaca hari ini bagus, ya?” Tanyaku.
Ram mengangkat alisnya karena merasa terkejut dengan pertanyaannku ini dan dia hanya menganggukkan kepalanya menyetujuinya. Memikirkan semuanga, tidak ada yang terlihat normal.
“Apakah kamu memiliki banyak pelajaran?” Tanyaku lagi.
“…” Ram mengangguk.
Dia menatapku dan kembali melanjukan makannya. Aku merasa seperti sedang mengikuti kehidupan Ram.
“Apa yang sulit?” Tanyaku lagi.
“…”
Ram masih tidak mau menjawab pertanyaan dariku dan aku segera melirik orang yang sedang duduk di samping Ram dan bertanya.
“Phu.. Kamu sedang mempelajari apa saat ini?” Tanyaku pada N'Phu teman sekelas Ram.
“Kami sedang mempelajari xxx P'King..” Balas Phu.
[ N / T : Tidak ada terjemahan mata pelajaran yang sedang dipelajari. ]
Oh.. Saat N'Phu menyebutkan nama pelajarannya, aku tahu hal itu sangat sulit untuk Nong kami. Aku sudah mempelajari pelajaran itu sebelumnya. Aku mengerti pelajaran itu dan menyukainya juga. Ayahku adalah seorang Profesor di Universitas dan juga mengajarkan tentang pelajaran tersebut. Oleh karena itu ayahku mengajarkan pelajaran itu kepadaku sampai aku rasanya hampir ingin muntah.
“Apakah kamu mengerti apa yang Profesor ajarkan kepadamu?” Tanyaku lagi kepada Ram.
“…”
Ram masih tidak mau menjawabnya. Aku tahu bahwa Tee memang pintar dalam pelajaran, tetapi untuk pelajaran yang seperti ini dia tidak mengerti.
Setelah lama terdiam, aku melihat Ram perlahan menggelengkan kepalanya dan dia memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku celananya. Aku melihat dia tampak ragu.
“Aku akan mengajarkan pelajaran itu secara gratis..” Kataku lagi.
Bukankah dengan begitu aku bisa lebih mengenal Ram dengan baik. ☺️
“…”
Ram masih tidak menjawab dan memutuskan kontak mata denganku saat aku mengatakan hal seperti itu padanya. Kenapa?
Tidak lama Ram terlihat mengerutkan keningnya seperti dia sedang memikirkan apa yang sedang aku katakan. Apakah aku tidak terlihat pintar? 🤔
“Hal ini pasti akan sangat berguna untukmu..” Tambahku lagi.
Tee saja sangat suka saat aku mengajarkan pelajaran kepadanya dan aku bisa melakukannya dengan baik.
“King memang pintar dengan pelajaran itu..” Teriak Tee sambil terus makan.
Aku mengabaikan perkataan temanku itu karena aku tahu bahwa perkataannya memang benar. Aku selalu mendapatkan nilai yang tinggi meskipun pelajaran itu cukup sulit itulah alasan lain aku selalu di panggil King. 😁 Awalnya aku tidak menyukai panggilan itu, tetapi lama-lama aku sudah terbiasa.
Dengan itu aku juga suka membantu teman-temanku untuk mempelajari pelajaran itu. Tetapi…
Ram hanya menatapku sebentar dan kemudian melihat kearah lain. Gerakan sederhana dari Ram sudah aku tangkap maksudnya. Apakah ini caranya menolak tawaran dariku? Aku benar-benar sudah siap untuk mengajarinya. Sekarang aku merasa seperti mencoba untuk membaca bahasa tubuhnya. 🙄
“Huh.. orang pintar sepertiku bisa membantumu..” Kataku dengan nada yang sedih, meskipun aku sebenarnya sedang tersenyum.
“…”
Ram masih tidak peduli dengan omongan aku itu seperti sebelumnya. Jadi aku mulai menyerah da mataku mengamati orang-orang yang ada di meja kami ini. Tee sedang mencoba menggoda N'Ting. Sedangkan Bohn, dia sedang saling menggoda dengan pacarnya saat ini dia sedang membicarakan soal musik dengan N'Duen. Boss, N'Tang dan N'Phu sedang menatap gadis-gadis yang melewati meja kami. Sangat buruk.. Hm.. Sedangkan orang yang duduk di sampingku sangat dingin. 😞
“Kami pergi dulu.. Phi..” N'Duen melambaikan tangannya kepada kami semua. Dia ingin mengikuti teman-temannya tetapi temanku, Bohn segera menahan lengannya duluan.
“Apakah kamu harus pergi sekarang?” Kata Bohn dengan wajah sedih. Dia mencoba untuk menahan N'Duen.
“Hmm..” N'Duen menjawab terlihat tidak senang.
“Tidak bisakah kamu tinggal sedikit lebih lama lagi?” Bohn mengeluh dan berjalan mendekat kepada N'Duen.
Tangan Bohn segera meluncur ke bawah untuk meraih tangan N'Duen. Hal ini seperti adegan di dalam film dimana tokoh pahlawannya sedang berusaha untuk menghentikan orang yang dia cintai di bandara. 😅
“Aku masih memiliki kuis..” jawab N'Duen.
Anak kedokteran memang selalu belajar seperti orang gila. Saat kami bertemu dengan N'Duen, dia selalu mengatakan bahwa dia memiliki kuis atau ujian setiap minggunya.
“Kuis apa lagi?” Keluh Bohn.
Dia sepertinya ingin menangis agar N'Duen memperhatikannya dan aku rasanya benar-benar ingin merekam kejadian ini di ponselku.. 😅
“Yeah.. aku benar-benar masih memiliki kuis..” gumam N'Duen.
“Kalau begitu kamu harus menciumku dulu..” Bohn memajukan bibirnya saat berkata kepada N'Duen.
Apakah Bohn berpikir N'Duen akan menciumnya di sini? 🙄
Plak..
Tidak, N'Duen lebih memilih menampar bibir Bohn. 😂
Suara tamparan itu cukup keras. Kasihan Bohn. 😅 Dia berusaha untuk menarik perhatiannya tetapi malah di tampar.
“King…” Boss memanggil dan menyenggolku.
Mataku menatapnya dan aku mengerti apa yang coba Boss katakan padaku ketika dia mengarahkan jarinya ke pasangan yang ada di depan kami saat ini.
“Apakah kamu mau pergi sayang?” Kataku dan berpura-pura sedih. Aku memegang tangan Boss seperti aku tidak ingin dia pergi.
“Iya.. Aku masih ada kuis..” Jawab Boss dan menatapku.
Aku segera mengancungkan jempolku. Yeah.. kami berdua saat ini sedang menggoda Bohn 🤣. Kami adalah tim provokator!
“Kuis apa lagi? Aku berpikir aku akan mati..” Kataku sambil mengerutkan keningku dan berbicara dengan nada frustasi.
Aku bisa melihat Mek yang memperhatikan kami tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum.
“Aku sangat malu.. Aku merindukanmu..” Jawab Boss.
“Dasar bajingan!” Bohn berteriak kepada kami.
“Hahahah…” Boss dan aku tertawa saat Bohn mulai mengutuki kami. Sedangkan N'Duen sudah berlari menjauh bersama dengan teman-temannya.
Saat ini di meja kami hanya tinggal anak-anak Fakultas Teknik dan tentu saja masih ada Ram. Tetapi kenapa dia terlihat terburu-buru?
“Apakah kamu masih ada pelajaran?” Tanyaku pada Ram.
“…” Dia hanya mengangguk.
Setelah itu, Ram segera berdiri dan berjalan meninggalkan Kafetaria. Aku segera berpikir.
‘Berapa banyak kata yang dia ucapkan kepadaku hari ini? 4 atau 5?’
“Um.. King kenapa kamu ingin berbicara dengannya?” Tanya Tee.
Aku melirik ke arah Ram sekali lagi sebelum berbalik dan menjawab pertanyaan temanku itu.
“Dia sedikit aneh karena sangat jarang berbicara, jadi aku merasa tertarik padanya..” Jawabku.
“Ketika aku mendengarkan kamu berusaha keras untuk berbicara dengannya, aku tidak mengerti..” Balas Tee lagi.
“Aku juga melihat kamu berbicara dengannya, tetapi aku tidak mengerti mengapa kamu tetap tidak mau menyerah padanya..” Kata Bohn sambil menatapku dan menggelengkan kepalanya.
Setelah kami selesai makan, kami semua berpisah untuk kembali ke kelas. Saat ini aku, Tee dan Bohn sedang mempelajari pelajaran yang sama sedangkan Mek dan Boss tidak mempelajari pelajaran yang kami ambil ini.
---
Di dalam kelas..
Saat ini aku menguap dan mulai merasa mengantuk. Aku sedang tidak ingin belajar saat ini sehingga aku mulai merasa bosan. 😑
Aku kemudian mengambil ponselku dan bermain dengan media sosial. Aku membuka Facebookku dan melihat Facebook yang bernama Ram Vira. Apakah ini akun Facebooknya Ram?
Aku kemudian mengklik akun Facebooknya itu dan Ram dan fotonya tetap sama tampannya. Sebaigan besar postingan Facebooknya adalah gambar pemandangan dan Foto keluarganya serta ketiga anjingnya. Aku tidak terlalu suka dengan anjing.
“Apakah kamu sedang melihat Facebooknya Ram?” Kata Tee sambil mencondongkan tubuhnya untuk melihat layar ponselku.
“Jadi apakah ini benar-benar Facebooknya?” Tanyaku.
“Iya.. itu memang Facebooknya dan semua orang juga sudah tahu. Memang sangat susah untuk bisa berbicara dengannya..” Balas Tee.
Aku hanya mengangguk saat mendengar perkataannya, karena aku ingin terus mencoba untuk mengajak Ram berbicara. Saat melihat aku mengirimkan permintaan pertemaan di Facebooknya Ram, Tee hanya menggelengkan kepalanya.
Aku tidak pernah berpikir bahwa Ram akan menerima permintaan pertemanan dariku. 90% kemungkinan Ram akan menolak permintaan pertemananku ini, tetapi paling tidak aku bisa mengirimkan dia pesan di Facebooknya ini. ☺️
Saat aku mengirimkan dia pesan di Facebooknya mau di baca atau tidak yang penting aku tidak akan menyerah padanya..
King of the King
Ai Ning..
[N / T : A'Ning berarti "anak dingin". ]
Apakah kamu benar-benar tidak ingin berbicara denganku?
Mengapa kamu hanya membaca saja dan tidak mau menjawabnya?
Baiklah.. Aku akan berbicara dengan diriku sendiri.
Apakah kamu memiliki pelajaran yang susah?
Aku melihat semua pesan dariku di baca olehnya dan aku di tolak olehnya lagi. Tetapi aku akan terus mengirimkan dia pesan. 😁
King of the King
Pelajaran itu memang sangat sulit..
Ketika kamu sudah di tahun ke dua kamu akan bertemu dengan Profesor Nataphat.
Mengirimkan foto Profesornya.
Kuisnya juga sangat susah.
Profesor itu selalu memberikan nilai yang sangat rendah, tetapi pertanyaan terlihat mudah.
Profesor Pakorn adalah Profesor yang paling baik di Fakultas ini..
Tetapi kenyataannya dia adalah orang yang paling baik di Universitas ini.
Hahah.. 😁
Semua pesanku di baca olehnya dan itu terlihat dengan jelas tetap Ram tetap mengabaikan aku. 😞
Aku menyadari bahwa Profesorku saat ini sedang memperhatikanku dan aku segera menggerakan kepalaku untuk menatap ke arah layar proyektor yang ada di depan kelasku ini. Aku hanya memiliki sedikit waktu untuk mencatat apa yang ada di layar dan kembali mengirimkan pesan lagi untuk mengucapkan selamat tinggal. Jika aku tetap melanjukan mengirimkan pesan saat ini kepada Ram maka akan sangat buruk untukku.
King Of The King
Aku harus kembali belajar lagi.
Bye..
Ketika aku selesai mengirimkan pesan itu, aku kembali membuat catatan yang ada di papan tulis ke dalam bukuku. Meskipun aku terburu-buru menulisnya, tulisan tanganku masih terlihat masih lebih bagus dibandingkan dengan tulisan tangan Tee yang duduk di sebelahku. 😁
Setelah aku selesai menulis, aku duduk untuk belajar lagi. Ujian akan dimulai bulan depan. Seperti biasa, aku akan mengajarkan teman-temanku di kondominium Mek.
Setelah Kelas selesai..
---
“Apakah kamu akan pulang ke rumahmu hari ini atau kamu ingin datang ke klub untuk minum-minum?” Tanya Tee saat kami sedang berjalan ke luar kelas untuk menuju kelas berikutnya.
“Hah? Apakah kamu ingin minum-minum hari biasa?” Aku bertanya dan mengangkat alisku.
“Yeah.. Wai sedang merasa patah hati dan mengajak kita untuk minum-minum untuk menghilangkan rasa sakitnya..” Balas Tee.
(NB: Wai teman mereka yang lain.)
“Wai?” Tanyaku.
“Yeah.. Jika kamu tidak mempunyai kegiatan lain, ayo kita pergi minum-minum hari ini..” Kata Tee lagi.
“Aku harus pergi menghadiri rapat tentang kamp dulu. Aku akan menelepon dan mengabarimu lagi nanti..” Kataku dan Tee hanya mengangguk.
---
Ketika aku menjadi sukarelawan, Dosen dan teman-temanku melihat bahwa aku bisa di percaya untuk memegang posisi di semua bidang.
Hal ini ada baiknya dan buruknya juga. 😞
Tetapi aku tidak bisa menolak permintaan mereka. Jadi aku hanya bisa belajar sampai sore dan kemudian menghadiri pertemuan kamp relawan.
Pertemuan ini kadang-kadang membuat aku pusing. 😑 Kebanyakan orang disini membicarakan tentang anggaran kamp ini dan lainnya meskipun aku hanya perlu mendengarkannya saja tetapi terasa membosankan.
Tidak lama rapat ini selesai.
---
‘Hmm.. saat ini sudah hampir jam tujuh malam dan aku harus segera kembali ke kondominiumku untuk berganti baju..’
Aku bergumam dalam hatiku. Aku berpikir bahwa aku akan pergi minum-minum dengan teman-temanku. Tetapi aku belum menelepon mereka sekarang, lebih baik aku menelepon mereka ketika aku sudah sampai di kondominiumku saja.
Saat ini aku sedang melewati patung Gear dan sudah tidak banyak orang yang ada di sekitar patung ini. Aku merasakan sangat damai saat malam hari seperti ini. ☺️
Aku melihat ada orang yang terlihat akrab denganku dan sedang duduk sendirian. 🤔
Bukankah itu Ai Ning? Apa yang sedang dia lakukan disana?
Aku melihatnya sedang melihat beberapa buku dan menebak bahwa pastinya dia sedang mempelajari pelajaran yang sulit yang kita sudah bicarakan tadi. Aku memutuskan untuk diam-diam berjalan melewati belakangnya.
Aku tahu bahwa Ram tidak sadar bahwa aku ada disini. Aku ingin melihat apa yang sedang di lakukan. Dia tidak sedang menonton film dengan rating dewasa disini kan? Saat aku semakin mendekatinya, aku mendengar dia bergumam.
“Mengapa pelajaran ini sangat sulit..” Gumam Ram.
“Apa yang harus aku lakukan?”
“Mengapa aku harus mempelajari pelajaran seperti ini?”
Aku mendengar Ram terus saja bergumam sendiri. Tidak lama tangannya terangkat untuk menggaruk belakang lehernya seperti dia sedang merasa kesal akan sesuatu.
Aku melihat kesekeliling dan melihat apa yang dia lakukan. Saat ini di atas meja batu ada begitu banyak buku dan beberapa lembar kertas. Setelah aku melihat kondisinya, aku tahu bahwa Ram sedang mempelajari topik yang sulit itu.
Aku berpikir ini adalah kesempatan yang baik untuk mengajaknya berbicara.
“Bukankah cukup membuka buku ini dan mengikuti contohnya saja..” Gumam Ram lagi.
Hmm.. Yeah apa yang sedang dia pelajari saat ini sangat membantu apabila dia bekerja nantinya.
“Hmm.. Apakah yang aku kerjakan ini salah?” Gumam Ram lagi.
Aku akhirnya memutuskan untuk menyelanya.
“Kamu tidak perlu mengganti angkanya disini..” Kataku.
Aku segera mengarahkan jari telunjukku pada angka yang salah.
“…”
Tangan Ram segera berhenti dan menatapku.
“Kenapa kamu belum pulang ke rumah?” Tanyaku lagi.
“…”
Aku kemudian segera duduk di samping Ram dan melihat kearah buku yang sedang terbuka di atas meja ini.
“Apakah kamu sedang belajar?”
“…” Ram hanya menganggukkan kepalanya.
Ram kembali mengalihkan perhatiannya lagi ke pelajarannya itu dan aku hanya memperhatikan soalnya itu selama beberapa detik. Setelah aku melihat Ram mulai mengerutkan keningnya, aku segera melihat kearah catatannya dan tulisannya cukup sulit untuk aku baca 😅.
“Kamu harus menggunakan formula yang ini..” Kataku.
Aku berkata sambil menunjuk ke arah buku contoh dan aku berpikir buku yang saat ini digunakan oleh Ram cukup bagus karena aku juga menggunakan buku ini saat aku duduk di tahun pertamaku. Pelajaran ini memang memakai beberapa rumus dan bila digunakan semuanya memang merupakan masalah bagi kebayakan mahasiswa.
“…”
Ram melihat ke arah tanganku sebelum dia mengangguk. Aku memperhatikannya selama beberapa saat dan berpikir meskipun dia orang yang pendiam, dia bukan orang yang sombong. Dia orang yang cukup terlihat menarik sehingga membuatku ingin mengenalnya lebih baik lagi, tetapi dia orang yang susah untuk di dekati. 😞
Setelah beberapa saat aku merasa Ram sedang manatapku dan aku mengangkat alisku lalu menatapnya. Dia perlahan menurunkan matanya seolah-olah memintaku untuk memeriksa pekerjaannya itu. Mataku lalu melihat pekerjaannya.
“Iya.. kamu sudah melakukannya dengan benar..” Kataku sambil tersenyum.
Ketika dia mendengarkan perkataanku itu, dia kembali membungkuk untuk melanjukan pekerjaannya lagi. Tetapi setiap kali dia menemui kesulitan, dia pasti akan menatapku seolah-olah dia meminta bantuan. Gerakan tubuhnya sangat lucu 😂.
Setiap kali dia menatapku, aku akan membungkuk untuk melihat dan memeriksa apa yang sudah dia kerjakan dan memberitahukan kepadanya bila ada yang salah. Tetapi jika dia sudah benar aku hanya mengangguk saja.
“Apakah Tee memberikanmu catatanya pada saat dia di tahun pertama untuk kamu pelajari?” tanyaku sambil memperhatikan jari-jari Ram yang terlihat ramping. Jari-jarinya sangat terlihat bagus.
“…” Ram hanya kembali mengangguk.
Saat melihatnya mengangguk, aku memutuskan akan memberikan dia omongan Profesor saat aku sedang mempelajari hal ini untuk dia dengarkan saat belajar. Aku juga akan memberikan dia beberapa catatan yang aku punya tentang pelajaran ini juga.
Aku banyak menulis tentang pelajaran ini karena aku sangat suka menulis ketika aku duduk dan mempelajari pelajaran ini. Aku selalu bisa mengingat hal-hal yang aku tulis dan aku pelajari.
“Apakah kamu sudah selesai?” Tanyaku lagi.
Tetapi Ram hanya melihat kearahku saja. Aku melihat jam tanganku dan aku mengingat bahwa aku masih mempunyai janji minum-minum dengan teman-temanku dan lupa menelepon mereka.
“Jika kamu sudah selesai, maka aku akan pergi dulu karena teman-temanku sudah mengajakku pergi minum-minum. Aku akan memberikan kamu catatat yang aku buat kepadamu besok..” Lanjutku.
“…”
“Ada apa?” Aku bertanya lagi saat melihat Ram masih terus menatapku.
---
Saat aku berdiri dan ingin pergi, tiba-tiba dia segera meraih lenganku dan menyeret aku untuk berjalan bersama-sama dengannya dan aku menjadi bingung dengan tingkahnya ini.
“Hei.. Apakah kamu mau menculikku?” Tanyaku.
“…” Ram hanya menatapku saja.
Aku sebenarnya tahu dia tidak mungkin menculikku. 😅
Kami saat ini sedang melewati jalan di bagian belakang Universitas kami dimana aku biasanya tidak suka melewati jalan ini karena seperti ada yang mengintai diriku dan banyak anjing liar disini. Tidak lama kami berjalan, aku segera mendengar suara gonggongan anjing dan berusaha untuk berhenti berjalan, tetapi tangan Ram menarik aku dengan sangat kuat.
“Guk! Guk! Guk!”
Aku berpikir anjing-anjing liar ini akan datang dan menggigit kami.
“Ram.. lepaskan tanganku. Ada banyak anjing disini..” Kataku.
Aku mencoba melepaskan tanganku dari cengkaraman tangan Ram dan mencoba berjalan menjauh, tetapi dia menahan tanganku.
“Aku benar-benar takut dengan anjing..” Kataku lagi.
Aku segera melompat mundur dan bersembunyi saat aku melihat anjing-anjing itu. Memori masa kecilku kembali teringat dan aku menjadi gemetar.
Meskipun aku pintar dalam mempelajari semua mata pelajaran saat aku kuliah, tetapi jika menyangkut soal anjing aku akan menyerah.
Aku masih memiliki bekas luka di punggungku dan anjing terlihat sangat menakutkan bagiku. 😞
Saat aku baru duduk di kelas 2 SD dan aku mengunjungi rumah nenekku di Uttaradit, anjing tetanggaku keluar dari kandangnya. Pada saat itu aku sedang bermain di depan rumah nenekku. Anjing itu segera menyerangku dan melukai tubuhku.
“Guk! Guk! Guk!” Suara gonggongan anjing itu semakin keras.
“Anjing-anjing itu tidak akan menggigit mu..” Balas Ram.
Saat kami berjalan ke arah anjing-anjing itu, aku merasa jantungku siap melompat keluar dari tubuhku. Aku merasakan air mataku akan segera keluar dari mataku. 🥺
“Jangan menggigitnya..” Kata Ram lagi sambil menatap anjing-anjing itu.
Saat mendengar suara Ram, anjing-anjing itu hanya menjulurkan lidahnya dan mulai mengibaskan ekornya. Ram berbicara dan membuat anjing-anjing itu tenang, lalu mengusap kepalaku dengan lembut sebelum dia kembali menyeret aku pergi dari sini.
Aku menoleh untuk melihat anjing-anjing itu dan berpikir apakah Ram adalah seorang guru anjing atau apa?
Ram membawaku sampai kami tiba di restoran dekat kampus kami. Aku berpikir bahwa Ram ingin mengajak aku makan malam sebagai bayaran atas les privat yang aku berikan kepadanya tadi.
---
“Apakah kamu membawaku kesini untuk makan bubur ikan?” Tanyaku.
“…” Ram hanya menggangguk.
Kami berdua masuk ke dalam restoran itu dan duduk di meja yang terletak di sudut restoran ini. Aku lalu memanggil pelayan restoran ini untuk memesan makan.
“Kamu kan yang mentraktir aku?” Tanyaku lagi.
“…” Ram hanya mengangguk lagi.
Aku bukan orang yang bodoh. Dia pasti menyeretku ke sini untuk berterima kasih padaku karena mau mengajarinya.
Kali ini aku tidak melihat kearahnya dan melihat ke sekelilingku. Kota Bangkok benar-benar sangat indah pada saat malam hari. Lampu gedung dan mobil yang lewat menciptakan suasana yang sangat romantis.
Saat ini ada seorang paman yang meletakkan dua mangkuk nasi kepada kami.
Saat pelayan itu datang dan melihat Ram, pelayan itu berusaha untuk menggoda Ram. Aku ingin melihat bagaiman reaksi Ram saat ada orang yang menggodanya.
“Kamu Ram kan?” Tanya pelayan itu.
“…” Ram hanya mengangguk.
“Kita pernah bertemu dan aku ingin berteman denganmu..” Kata pelayan itu lagi.
“…”
Tetapi Ram benar-benar mengabaikan pelayan itu dan tidak Mau melihatnya lagi. 😅
“Hm.. baiklah kalau kamu tidak mau..” Kata pelayan itu dan kemudian pelayan itu berbalik lalu pergi.
“Wow.. Kenapa kamu bersikap sangat dingin kepadanya?” Tanyaku.
“Kenapa kamu tidak mau membantuku? ” Balas Ram.
Aku tidak menyangka bahwa Ram akan bertanya kepadaku kenapa aku tidak mau membantunya. Aku hanya menggelengkan kepalaku karena aku berpikir ini bukan urusanku. Jadi lebih baik untuk Ram yang mengurusnya sendiri. Jika aku ikut campur dalam masalah ini maka akan semakin rumit.
“Itu adalah urusanmu dan bukan urusanku. Aku tidak mau ikut campur..” Balasku.
“…”
Ram mengangguk mengerti dan kembali fokus dengan makanan yang ada di depannya.
“Berapa banyak lagi pekerjaan yang belum kamu selesaikan?” Aku bertanya lagi padanya.
“…”
Ram menunjukkan aku selembar kertas. Aku merasa saat ini aku mulai mempelajari bahasa tubuhnya. 😅
“Aku mau minum jus jeruk..” Gumamku saat aku melihat toko sebelah yang menjual jus jeruk.
Kami berdua makan dengan tenang setelah itu. Setelah kami selesai makan, Ram segera membayar makanan itu.
---
“Bagaimana caranya kamu pulang ke rumahmu?” Tanyaku.
Saat aku melihat jam tanganku ini sudah hampir jam sembilan malam dan aku benar-benar lupa untuk menelepon teman-temanku yang sudah mengajak aku minum-minum tadi.
“Jalan..” Jawab Ram.
“Kamu jalan kaki? Apakah rumahmu dekat dari sini?” Tanyaku lagi.
“…” Ram hanya menggelengkan kepalanya.
“Apakah kamu tinggal di asrama?” Tanyaku lagi.
“…” Ram kembali menggelengkan kepalanya lagi.
“Kamu tinggal di kondominium?” Tanyaku lagi.
“…” Ram mengangguk.
“Kamu boleh pergi dulu karena aku masih ada urusan lain..” Kataku sambil menoleh ke arah jalan yang kami lalui tadi dan mengucapkan selamat tinggal padanya.
Aku harus melalui jalan itu lagi untuk menuju mobilku yang aku parkir di parkiran Universitas. Tetapi aku merasa ada yang mengikutiku. Saat aku melihat ke belakang ternyata Ram mengikutiku.
“Kenapa kamu tidak pulang ke rumahmu? Aku bisa pergi sendiri..” Kataku padanya.
“Anjing..” Balas Ram.
Aku segera sadar bahwa Ram tahu bahwa aku takut dengan anjing. Aku kemudian mengangguk dan kami berjalan bersama-sama. Dia masih ingat bahwa aku takut anjing dan memutuskan untuk menemani aku kembali ke Universitas.
Sebenarnya saat aku melihat anjing-anjing itu, mereka cukup jinak dan baik, tetapi ketika mereka mendekatiku, aku mulai merasa panik.
“Jika kamu mempunyai pertanyaan tentang pelajaran itu atau membutuhkan bantuan untuk mempelajari pelajaran itu, kamu bisa bertanya kepadaku. Aku akan mengajarimu..” Kataku.
“…”
Ram menoleh untuk menatapku selama beberapa detik dan kemudian berbalik menatap jalan lagi, lalu menggelengkan kepalanya.
“Apakah kamu selalu belajar di meja itu setiap hari?” Tanyaku.
“…” Ram hanya menganggukkan kepalanya.
Kalau seperti itu aku akan pergi menemuinya sendiri untuk mengajarkan dia. Karena aku tahu bahwa Ram tidak akan pernah meminta bantuan siapapun.
Tidak lama ponselku berdering dan itu adalah telepon dari sahabatku Tee. Dia meneleponku pasti mau menanyakan apakah aku jadi ikut bergabung dengan mereka minum-minum.
“King.. Apakah kamu akan datang?” Tanya Tee.
“Iya.. aku akan datang kesana, tetapi aku masih memerlukan sedikit waktu untuk sampai kesana..” Balasku.
“Aku akan menunggumu..” Balas Tee lagi.
“Tidak bisakah kamu minum disana sendiri?” Tanyaku.
“Aku tidak mau minum disini sendirian..” Balas Tee lagi.
“Baiklah.. Aku akan datang kesana..” Balasku lagi dan berbicara dengannya sedikit lagi sebelum aku menutup ponselku.
Ketika aku sudah selesai berbicara dengan Tee, aku menoleh ke sekelilingku dan Ram menghilang. Aku melihat kesekelilingku, tetapi tidak menemukannya.
'Dia pergi kemana?’
Aku berpikir mungkin kita sudah sampai di parkiran sehingga Ram mungkin sudah pulang ke rumahnya.
Aku menunggunya selama beberapa saat, lalu aku mulai berjalan ke arah mobilku. Aku ingin segera pulang dan mengganti pakaianku sebelum pergi ke klub dimana Tee sudah menungguku.
Aku mulai membuka pintu mobilku dan duduk di dalamnya untuk menghirup udara malam yang segar.
“Hei!”
Tiba-tiba aku melihat ada bayangan di samping jendela mobilku dan berteriak dengan kaget. Aku sedikit merasa panik karena aku berpikir orang itu pasti pencuri. Tetapi setelah aku sadar bahwa orang itu adalah Ram, yang terlihat berkeringat seperti dia telah berlari jauh.
“Kenapa kamu masih belum pulang juga? Aku pikir kamu sudah pulang..” Kataku.
“…”
Ram tidak menjawab pertanyaanku. Dia hanya memberikan aku sebotol jus jeruk.
NB: Jus jeruk itu adalah jus jeruk yang di restoran King ingin minum. 😁
“Apa ini untukku? Makanya kamu tadi…” Kataku.
Tetapi sebelum aku selesai berbicara, Ram mengangguk lalu berbalik dan berjalan pergi.
Dia meninggalkan aku yang sedang bingung di dalam mobilku.
Aku mendapatkan pesan dari Facebookku. Aku sebenarnya tidak terlalu merasa aneh saat menerima pesan dari Facebookku itu, tetapi aku mendapatkan pesan dari orang yang baru saja pergi dari sini. 😅
Ram Vira
Terima kasih P'King mau mengajari aku hari ini.
TBC
Vote and comment 🙏😊
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro