Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 9

Rune sudah tertelan ke alam mimpi dengan cepat, kekuatannya benar-benar terkuras, nafasnya masih berat meski dia mulai bernafas dengan teratur dalam tidurnya, badanya juga sedikit memanas.

"Kekuatannya bertambah dengan perlahan. Dia juga terus mengalirkan kekuatannya ke segelmu," jelas Zeal sambil melepas tangannya dari kening Rune. "Aku sedikit khawatir Darkness akan mengambil kesempatan ini untuk memperkuat dirinya. Aku sudah membuat pencegahan di dalam tubuhnya, semoga saja cukup,"

"Maaf Zeal..." gumam Hana lirih sambil membelai rambut Rune. "Gara-gara aku Rune jadi menderita lagi seperti ini,"

"Kalau Rune mendengarnya, dia pasti akan marah dan sedih," celatuk Zeal lalu perlahan dia mulai menguraikan diri, kembali ke dalam tubuh Rune.

Hana diam mendengar ucapan Zeal karena memang itulah yang akan terjadi jika Rune sampai mendengar ucapannya barusan, "Maafkan aku..." bisiknya lirih.

***

Perlahan Rune membuka mata, merasa bingung dan terkejut karena dia tidur di pangkuan Hana. Apa yang terjadi? Otaknya masih berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

"Selamat pagi," sapa Hana saat menyadari Rune sudah membuka mata. "Kau sudah bangun akhirnya."

"Huwaaaa!!" Rune langsung bangun dengan cepat. "Ma-maaf Hana,"

Hana tertawa kecil melihat tingkah Rune, "Kau sudah lebih baik?"

"Eh?" Rune berpikir sejenak untuk mencerna pertanyaan Hana. Oh benar, dia tadi kehabisan tenaga, "Sudah. Terima kasih Hana. Berapa lama aku tidur?"

"Sekitar 2 jam kurasa," jawab Hana mengingat-ingat. "Aku tak melihat jam,"

"Jangan bilang kau lupa kalau kau menyuruh putri untuk tidak bergerak," celatuk Zeal sambal kembali memunculkan diri lewat partikel cahaya.

"E-eh? Benarkah?" Rune merasa bingung. Langsung saja Zeal memunculkan memori yang dimaksud. "A-a... ma-maafkan aku Hana. Aku sudah bertindak tidak sopan kepadamu,"

Hana tertawa kecil mendengar ucapan Rune, "Tidak apa-apa Rune, aku senang bisa membantumu," ucapnya santai. "Lagipula, aku sudah banyak merepotkanmu,"

"Eh... ti-tidak apa-apa. Sudah tugasku," Rune memandang ke arah lain selama menjawab, wajahnya bersemu merah karena malu.

"Kau tahu aku bisa membaca isi pikiranmu kan Rune?" tanya Zeal dengan sengaja.

Rune terlihat semakin memerah, sementara Han terlihat bingung dengan perkataan keduanya.

"Kau kan bisa tidak usah mem-ukh!" Rasa sakit tiba-tiba menyerang dada Rune.

"A-apa yang terjadi?" tanya Hana panik sambal memeriksa Rune.

"Ti-tidak apa-apa," jawab Rune sedikit meringis nyeri, "Sebentar..." dia segera menutup matanya perlahan, menarik nafas Panjang beberapa kali. Zeal tidak melakukan apa-apa tapi dia mengawasi setiap gerakan Rune untuk berjaga-jaga.

"Apa yang terjadi?" Ulang Hana masih belum puas dengan jawaban Rune.

"Darkness sedikit menguat tapi sekarang sudah kembali stabil. Aku baik-baik saja," jelas Rune menenangkan.

"Sungguh? Syukurlah," ucap Hana terlihat lega. "Maaf Rune, gara-gara aku,"

"Tidak apa-apa, aku justru senang, "Rune mengusap kepala Hana lembut untuk menenangkan. "Kekuatanku ini bisa berguna untukmu. Ingat kau adalah seorang putri dan aku adalah Guardianmu, kau boleh menggunakanku untuk melakukan apa pun. Apa pun perintahmu adalah sesuatu yang wajib aku patuhi. Aku ini milikmu, semuanya milikmu. Jadi gunakan aku sesukamu,"

Mendengar penjelasan Rune, wajah Hana semakin memerah. Mulutnya terbuka tapi dia tidak menemukan kata-kata yang cocok untuk membalas ucapan manis yang baru saja dia dengar.

Zeal menggeleng dan dengan sengaja menjitak kepala Rune, "Kau membuat dia bingung Rune,"

"Eh? Tapi kata-kataku benar kan? Aku juga tidak mau kalah darimu," ujar Rune membela diri.

"Runeeee!!!" Akari segera berteriak ceria begitu pintu terbuka. Dia terlihat bingung dengan pemandangan di hadapannya. Rune sontak terlihat melepaskan tangannya dari atas kepala Hana. "Hmmm.... Apa yang terjadi disini?" selidik Akari dengan senyum menyeringai.

"Tidak ada apa-apa!" balas Rune cepat. "Mau apa kau kemari dengan suara menyebalkan seperti itu?"

Akari tertawa puas melihat tingkah Rune, "Tidak ada apa-apa, aku hanya sedang merindukanmu saja," balas Akari menggoda.

"Omong kosong!" ucap Rune menggerutu. Dia segera berdiri dan beralih ke meja kerjanya, membuka layer monitor terlihat mulai sibuk mengerjakan sesuatu.

"Selamat siang Akari," sapa Hana tersenyum. "Kau mau teh?"

"Tidak perlu Hana, aku cuma datang sebentar kok," ucap Akari santai. Dia segera menuju ke meja Rune.

"Kau ini tidak ada manis-manisnya sama sekali," gumam Akari sambal mengusap-usap kepala Rune. Sementara yang di balas hanya cuek. Akari merogoh sesuatu dari saku seragamnya, sebuah emblem bergambar siluet serigala dengan langit malam berbintang, emblem resmi Kuroki. "Kiriman untukmu," dia meletakkan emblem tersebut di tengah meja.

"Tsk," Rune menggerutu melihat emblem yang tergeletak di hadapannya.

Akari hanya mengangkat bahu kemudian dengan santai duduk di sofa, disebelah Zeal yang asyik membaca sebuah novel. "Ah, ternyata aku tetap mau teh buatan Hana,"

"Sungguh cara yang merepotkan," gumam Zeal sambil menutup novel di hadapannya.

"Tradisi?" gumam Akari cuek.

"Tradisi?" ulang Hana bingung sambil meletakkan teh untuk Hana dan Zeal. Dia duduk di hadapan Akari. Sekilas dia melihat Rune yang masih terlihat enggan menyentuh emblem tersebut.

"Emblem itu berisi pesan Kuroki kepada Rune. Dibandingkan pesan mungkin lebih seperti perintah atau tugas untuknya," jelas Akari.

"Ternyata begitu," Hana kembali melihat ke arah Rune.

Terlihat Rune akhirnya mengambil emblem tersebut, seketika dari emblem tersebut muncul asap hitam gelap yang langsung menyelimuti tubuh Rune. Wajah Rune terlihat kosong seolah asap tersebut merasuki dirinya.

"Apa itu tidak apa-apa?" Hana sedikit khawatir melihat Rune.

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa," ucap Akari melambai santai. "Hal itu sudah sering dia alami," dia mengambil teh miliknya dan meminum beberapa teguk. "Kita tunggu saja disini,"

Tak berapa lama asap hitam yang mengelilingi Rune terlihat memudar dan matanya mulai mengerjap fokus kembali. Dia menghela nafas Panjang sebelum akhirnya bergabung duduk di sofa sebelah Hana.

"Kapan kau menerima emblem ini?" selidik Rune menatap Akari dengan raut kesal. "Kenapa mereka tidak menyerahkannya langsung kepadaku?"

Akari mengangkat bahu, "Aku sedang berpatroli di Kawasan barat saat tiba-tiba Kuri muncul membawa emblem ini,"

Rune kembali menghela nafas Panjang, dia menyenderkan punggung ke sofa, terlihat Lelah. "Kau bisa mengurus izin dinas keluar untuk kita bertiga kan? Ayah ingin mengadakan rapat keluarga,"

"Serahkan padaku," seru Akari. Dia mengambil tehnya dan segera menghabiskannya. "Sampai nanti Hana. Bye Zeal," dia pun segera keluar dari ruangan.

"Rapat keluarga? Aku juga ikut?" tanya Hana bingung.

"Lebih tepatnya pertemuan para Guardian," kata Rune. "Meski kerajaan saat ini tidak memiliki raja, para Guardian masih sibuk mengatur semuanya. Akademi ini pun sebenarnya salah satu milik kerajaan untuk membimbing calon prajurit kerajaan,"

"Ah jadi begitu," Hana mengangguk paham. "Tapi kenapa aku juga harus ikut?" dia baru teringat pertanyaannya belum terjawab.

"Karena kau sudah ditemukan Hana. Sudah saatnya semuanya kembali seperti semua. Tapi untuk saat ini, mereka hanya ingin bertemu denganmu. Memperkenalkanmu secara resmi,"

"Secara Resmi?" ulang Hana masih bingung.

"Setelah Greatwar, banyak orang yang sangat berharap kau masih hidup. Dan mendengar kau hidup sehat tentu mereka sudah berusaha menahan diri untuk tidak menganggumu. Tapi sekarang kau sudah belajar banyak tentang kami dan masa lalu. Karena itu, sekarang saat yang tepat untuk bertemu mereka," jelas Rune.

"Tapi, aku tidak pernah bertemu dengan mereka. Bagaimana jika setelah bertemu justru mereka akan kecewa padaku? Aku bahkan tidak pandai bertarung," jawab Hana sedikit ketakutan.

"Phfftt—Ahahaha!!" tiba-tiba saja Rune tertawa kencang.

Wajah Hana spontan bersemu merah karena malu dan kesal. "Aku serius Rune," dia memukul-mukul Rune tanpa ampun.

"Ma-maaf Hana—Ahahahaha— aduh sakit, ampun," Rune sebenarnya tidak merasakan sakit sama sekali tapi tingkah Hana justru terlihat semakin lucu.

Zeal hanya menggeleng melihat tingkah dua orang dihadapannya. Jelas terlihat kedua seperti sibuk dengan dunia mereka sendiri.

"Dengar Hana, kau tidak perlu khawatir," ucap Zeal akhirnya. "Mereka pasti akan sangat menyukaimu. Kau adalah harapan mereka dan masa depan mereka. Dan tentu saja, tidak ada yang lebih membahagiakan Ketika para pengikut akhirnya menemukan kembali tuan yang memerintahnya. Mereka mungkin sudah tidak sabar untuk melayanimu kembali. Mereka itu sangat menggilai keluarga kerajaan. Mereka Bahagia karena menemukan tujuan mereka kembali, yaitu melindungi dan melayanimu,"

"Zeal benar," gumam Rune menyetujui, "Kami semua hidup untuk melayani dan melindungimu, jadi kau tidak perlu cemas Putri Hana. Jika ada yang macam-macam. Mereka akan berhadapan denganku,"

Zeal menaikan satu alisnya mendengar ucapan Rune, "Masih ada aku disini Rune,"

"Te-terima kasih..." Hana terlihat sangat terharu mendengar ucapan Rune dan Zeal kepadanya. Kini dia terlihat lebih rileks dari sebelumnya. "Mohon bantuannya kalau begitu," tambahnya sambil tersenyum.

[to be continued]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro