Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3

Hana terbangun di sofa, tak menyadari dia terlelap tidur saat membayangkan kembali awal kehidupannya di markas. Dia melihat Rune bergerak di tempat tidur, dengan cepat dia segera menghampiri.

Rune terbangun dengan wajah kebingunan, "Kenapa aku bisa di tempat tidur?"

"Zeal yang membawamu kesini," jawab Hana. "Kau mau minum atau makan sesuatu?"

"Tidak usah.. Ahk!!!" tiba-tiba rasa sakit menyerang dada Rune.

"Rune! Apa yang terjadi?" tanya Hana panik.

"Ti tidak apa-apa... ugh..." gumam Rune, rasa sakit kali ini terasa berbeda, seperti sesuatu ingin keluar dari tubuhnya tapi terhalang. "Efek sihir professor memaksa Zeal untuk keluar, tapi... ukh..."

"Sudah kubilang dia tak bisa dipercaya, kan?" omel Zeal. "Kekuatanmu berkurang dua kali lipat karenanya, aku sih senang-senang saja bisa keluar dari tubuhmu,"

"Haruskah aku panggil professor?" tanya Hana cemas. Dia bisa melihat raut wajah kesakitan Rune.

"Ja jangan... hah... hah... tidak usah..." Rune mengenggam erat dadanya, " Ze Zeal... hancurkan formasi sihirnya... ugh..."

"Bagaimana kalau aku tidak mau?" tanya Zeal cuek.

"Ke keluar dari tubuhku... Ahk!! Sekarang..." perintah Rune.

"Aku juga tidak mau itu," tolak Zeal. "Nanti kau keenakan karena aku tidak ada,"

"Ka kau...Ugh...Be beraninya..." rasa sakit di dadanya semakin menekan tubuhnya dan menjalar ke seluruh tubuh. "Aaaahhkkk!!"

"Rune!!" Hana semakin panik melihat Rune, "Zeal! Aku mohon tolong Rune! Dia bisa mati!"

"Sebenarnya dia tidak akan mati hanya karena segel ini Hana," gerutu Zeal tapi Hana tak bisa mendengarnya. "Hmmm... aku jadi penasaran,"

"A apa yang kau... Ahk!!" Rune lunglai di tempat tidur, tak bisa menjaga kekuatan tubuhnya. "Ukh... Zeal..." kekuatan tubuhnya melemah, pandangannya mulai kabur.

"Rune!! Kau bisa mendengarku Rune? Rune?" seru Hana panik, air mata mengalir dari kedua matanya. "Zeal... aku mohon... tolong Rune..."

"Baiklah, baiklah," gerutu Zeal menyerah. " Tidak perlu sampai menangis seperti itu,"

Gumpalan cahaya keluar dari tubuh Rune dan berdiri di samping tempat tidur. Gumpalan cahaya tersebut lambat laun berubah menjadi Zeal. Secara perlahan, rasa sakit di tubuh Rune menghilang, pandangannya kembali terfokus, keringat membanjiri tubuhnya.

"Sudah lebih baik, kan?" tanya Zeal.

Sepertinya Rune kehilangan kesadaran selama beberapa detik, tapi dengan cepat matanya kembali fokus, dia membiarkan Hana membantunya bangkit duduk di tempat tidur, "Apa maumu sebenarnya?" tanyanya kesal. "Kau ingin membunuh kita berdua?"

"Aku sudah memperingatkanmu bahwa Kai itu tidak bisa dipercaya, tapi kau tetap menyetujuinya. Aku ingin memberimu pelajaran untuk memperingatkanmu agar tidak main-main dengan tubuhmu," balas Zeal. "Tubuhmu juga milikku. Kau yang ingin membunuh kita berdua, bukan aku."

"Ja jangan bertengkar," pinta Hana kebingungan.

"Maaf Hana, tapi aku harus memberinya pelajaran agar dia tahu sikap kekanakannya bisa membahayakan kita bertiga. Dia harus menyadari itu," seru Zeal.

Rune memalingkah wajah dari Zeal. Dia merasa kesal karena disebut kekanak-kanakan tapi dia juga menyadari bawah dia sudah bersikap menyebalkan dan hampir saja nyawanya melayang.

"Maaf... Zeal..." bisik Rune lirih.

"Hah..." Zeal menghenyakkan diri duduk di sisi tempat tidur, " Sekarang kita harus berbuat sesuatu dengan sihir Kai. Aku tak bisa melepasnya dari tubuhmu, terlalu rumit dan berlapis. Salah sedikit saja kau bisa terbunuh."

"Bukankah sihir itu hanya untuk dua hari saja?" tanya Hana, " Besok pasti sihir itu akan hilang dengan sendirinya, kan?"

"Kau juga seharusnya tidak terlalu mempercayai Kai, Hana. kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya dia inginkan. Kenapa dia baru menawarkan sihir itu tadi sore? Dia sudah tahu tentang keadaanku sejak lama, jauh sebelum kami menemukanmu. Tapi kenapa menunggu hingga sekarang?" tanya Rune.

"Apa maksud kalian sebenarnya?" tanya Hana kebingungan.

"Sebenarnya ini rahasia. Tapi lebih baik kau juga mengetahuinya. Kemungkinan besar kau ada target utama," jelas Rune. " Zeal, buka dimensi kosong."

"Oke," Zeal menjentikkan jarinya, seketika itu juga waktu serasa berhenti. Jam dinding berhenti berdetak di ruangan tersebut.

"Dengar Hana, alasan utamaku masuk ke markas ini, selain untuk mencarimu, kami berdua juga memiliki misi untuk mencari mata-mata Shinro, musuh yang menghancurkan kerajaan langit dua puluh satu tahun yang lalu. Selama beberapa tahun, aku dan Zeal berhasil mengumpulkan beberapa petunjuk yang mengarah pada keterlibatan professor Kai pada penyerangan tersebut. Kami ingin mengetahui apakah dia benar mata-mata karena beberapa kali dia berhasil membuat alibi sempurna disaat kami menemukan kasus yang berhubungan dengan kelompok Shinro," jelas Rune.

"Shinro? Kenapa sampai ada mata-mata?" tanya Hana tidak mengerti.

"Saat Greatwar terjadi, mereka berhasil menyusup ke dalam istana. Mereka bahkan berhasil menemukan jalan pintu rahasia tempat Ratu melarikan diri. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui jalan rahasia tersebut. Mereka seperti mengetahui ratu akan masuk kesana dan berusaha melarikan diri. Oleh karena itu, para element guardian berkesimpulan bahwa ada mata-mata di dalam kerajaan," jelas Rune. " Ini adalah rahasia yang tidak boleh kau ceritakan kepada siapa pun Hana, selain kita bertiga, tidak ada yang boleh tahu."

"Bagaimana dengan Akari? Dia juga keturunan element guardian, kan?" tanya Hana.

"Para element guardian mencurigai mata-mata ini adalah orang penting di kerajaan. Hal tersebut juga tidak menutup kemungkinan bahwa ada keluarga mereka yang terlibat. Hanya para element guardian, aku, Zeal dan kau saja yang mengetahuinya. Kaulah yang mereka incar karena itu kau tidak boleh menceritakannya kepada siapa pun, termasuk Akari," kata Rune. "Sejujurnya, aku sengaja membiarkan dia menyihirku agar Zeal bisa mempelajari jejak sihirnya. Tapi, kali ini aku menanggung resiko besar karena melibatkan tubuhku sendiri."

"Itu salahmu sendiri karena tidak menuruti perkataanku," omel Zeal.

"Apa kau mengerti sekarang Hana?" tanya Rune.

"Yah... sepertinya aku mengerti. Aku akan berhati-hati mulai sekarang." jawab Hana.

Zeal segera mengembalikan mereka ke ruang semula.

"Tapi sejujurnya cukup melegakan," gumam Hana.

"Apanya?" tanya Rune dan Zeal bersamaan.

"Melihat kalian kompak seperti itu,"jawab Hana.

Rune tersipu malu, "Maaf soal itu Hana, akhir-akhir sepertinya aku memang bersikap kekanak-kanakan. Wajar saja jika Zeal jengkel, menyiksaku merupakan cara dia memperingatiku, aku sudah kebal dengan nasihat-nasihat, ahahaha.." dia mengaruk kepalanya. "Sejujurnya semenjak kau datang ke markas, aku takut kau akan lebih senang bersama Zeal daripada denganku. Karena itu...."

"Itu tidak benar," potong Hana. " Aku senang bersamamu, kalian berdua merupakan satu tubuh, dan aku merasa jauh lebih aman jika kalian berdua menjagaku. Aku membutuhkan kalian berdua. Jadi jangan berpikir yang aneh-aneh."

"Maafkan aku," wajah Rune berubah merah padam mendengar jawaban Hana.

"Apakah kau bisa mencabut sihir professor Kai, Zeal?" tanya Hana.

"Aku sudah mempelajari jejak sihir dan cara kerjanya. Sangat rumit dan meskipun aku bisa melepas sihir itu dari tubuh Rune, hal itu akan membahayakan nyawanya," jawab Zeal. "Mungkin lebih baik menunggu hingga sihir itu lenyap besok. Rune akan baik-baik saja hingga besok jika dia tidak berbuat macam-macam."

"Maafkan aku," Rune menunduk malu, "Aku akan berusaha. Kau juga tidak boleh berbuat macam-macam."

Hana melirik jam dinding di atas televisi, "Sebenarnya sudah lewat jam makan malam, tapi kau belum makan Rune. Kalian mau ke kantin?"

"Tidak, aku tidak lapar," jawab Rune. "Aku mau tidur. Zeal bisa menemanimu ke kantin Hana. Kau pasti juga belum makan malam."

"Aku tidak butuh makan, tapi memakannya sesekali juga menyenangkan. Ayo, aku siap menemanimu ke kantin," ajak Zeal.

"Hmmm..." Hana menopang dagu sebari berpikir sejenak. "Tunggu disini sebentar," dia segera pergi ke dapur. Dia memang jarang menggunakan dapur untuk memasak karena selalu makan di kantin. Dapur hanya dia gunakan untuk membuat teh atau membuat kudapan manis. Dia mengecek rice cooker dan melihat nasi putih. Ada nori dan abon tuna di kulkas, dengan cekatan dia segera membuat onigiri.

"Apa yang merasukimu sampai kau bisa berkata manis seperti tadi?" ledek Zeal setengah berbisik agar Hana tidak bisa mendengarnya.

"Tidak usah pura-pura tidak tahu," Rune memasang wajah kesal. "Kau yang mengaduk-aduk memoriku ketika aku tertidur dan sengaja memunculkannya kembali. Sengaja memilih memori ketika kau baru muncul di tubuhku."

"Tapi waktu itu kau memang manis," komentar Zeal. "Sekarang pun kau masih tetap manis jika tidak sedang bersikap menyebalkan."

Rune menarik nafas panjang dan merebahkan diri ke tempat tidur, "Aku tahu menerima sihir dari professor Kai sangat beresiko. Sebagian besar memang karena keegoisanku, tapi aku juga ingin mengetahui jejak sihirnya. Aku harus memastikan bahwa Hana benar-benar aman berada disini."

"Aku tahu itu," ucap Zeal. "Sekarang yang harus kau waspadai adalah tidak ada yang sengaja mengambil kesempatan ini untuk menyerang markas. Kondisi tubuhmu tidak stabil dan aku merasakan ada yang tidak beres pada formasi sihirnya, staminamu terkuras dengan cepat."

"Yah... aku juga menyadarinya," Rune menatap langit-langit di atasnya, hiasan bintang fosfor yang dipasang Hana masih menempel kuat disana. "Paling tidak kau punya bahan baru untuk dipelajari."

"Sudah jadi!!" seru Hana dari dapur. Dia membawa nampan ke tempat tidur, sepuluh onigiri tertata rapi di piring pipih berwarna putih. Di sebelahnya tiga gelas teh bergoyang-goyang hampir tumpah karena Hana membawanya dengan buru-buru. "Kau harus makan Rune, kau tidak akan bisa melindungiku jika kau kelaparan."

"Ba baiklah," Rune menurut karena Hana memasang wajah marah khas ibu-ibu yang menyuruh anaknya untuk makan.

Setelah makan malam dalam diam, Rune langsung pamit untuk tidur cepat sehingga Hana juga kembali ke kamarnya sementara Zeal mendapat tugas jaga malam karena dia tidak membutuhkan tidur.

[to be continued]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro