Chapter 23
"Ibu disini sayang," ucap Pemaisuri lembut sambil mengusap kepala Hana. Dia memandang Yang mulia dan keduanya seolah berbicara lewat tatapan mata sebelum saling mengangguk kecil.
"Selain Rune, bisakah kalian meninggalkan kami semua? Ada yang ingin kami bicarakan dengan Rune," perintah Yang Mulia.
"Baik Yang Mulia," ucap semuanya patuh. Segera saja mereka berdiri dan yang berada diruangan tersebut hanya Yang Mulia, Permaisuri yang masih memeluk Hana dan Rune.
Permaisuri membawa Hana untuk duduk di antara dirinya dengan Yang Mulia setelah Hana berhenti menangis. Sementara Rune kini duduk bersimpuh di tengah ruangan menghadap mereka bertiga. Hana masih menundukkan wajahnya tak ingin menatap wajah Rune.
Yang mulia mengusap kepala Hana sejenak dengan lembut sebelum akhirnya berpaling menatap Rune, "Apa kau tahu apa yang ingin kami bicarakan denganmu Rune?" tanya Yang Mulia.
"Saya tidak tahu Yang Mulia," jawab Rune, dia sekilas menatap Hana yang masih belum mau menatapnya sebelum kembali menatap Yang mulia. "Saya minta maaf atas keributan yang terjadi sebelumnya karena kesalahan saya tidak bisa menjaga Darkness dan Putri Hana sehingga menyebabkan kekacauan ini,"
"Semuanya sudah teratasi. Dan aku tidak menyalahkanmu karena aku pun tidak sepenuhnya tidak bersalah sampai Darkness bisa mengambil alih tubuhmu," jawab Yang Mulia. "Tapi untuk saat ini. Bukan itu yang ingin aku bicarakan denganmu,"
"Saya mendengarkan Yang Mulia," ucap Rune patuh kembali menundukkan kepala.
"Rune," panggil Permaisuri. "Kali ini jawablah jujur pertanyaan kami. Apa kau mencintai Hana?"
"Saya tidak tahu apa yang anda bicarakan Permaisuri. Saya hanyalah Guardiannya. Saya tidak berani memiliki perasaan tersebut," jawab Rune.
"Apa kau serius dengan perkataanmu Rune?" kali ini Hana yang bertanya.
"Saya selalu serius dengan perkataan saya putri,"
"Kalau begitu katakan sekali lagi sambil menatapku," pinta Hana.
Rune menegakkan kepalanya dan terlihat wajah Hana masih sembab karena menangis. "Hamba tidak berani memiliki perasaan tersebut putri," ucapnya sekali lagi, terasa kosong dan sakit.
"Kalau begitu biarkan aku yang mengatakannya," ucap Hana. "Aku mencintaimu Rune,"
Rune terkejut mendengar kalimat Hana. "Putri, tolong jangan bercanda di saat seperti ini,"
"Apa aku terlihat sedang bercanda saat ini Rune?" tanya Hana balik menatap serius.
"Ta-tapi, I-itu tidak mungkin untuk saya putri. Saya tidak pantas dan saya tidak bis—"
"Berhentilah memanggilku Putri!" potong Hana tiba-tiba. "Aku benci saat kau mulai menjaga jarak denganku. Aku benci kau berpura-pura di depanku! Kau sangat tahu apa maksudku tapi kau pura-pura tidak mengerti! Aku menciummu bukan semata-mata aku ingin memberimu kekuatan murniku! Aku menciummu karena aku sanagt mencintaimu Rune! Aku rela memberikan semuanya kepadamu lewat ciuman itu! Tidakkah kau tahu itu! Aku sangat mencintaimu! Tapi kau adalah guardianku!" air mata kembali mengalir dari kedua mata Hana kali ini tidak bisa dibendung. "Kau adalah Guardianku... aku tak ingin menyakitimu tapi aku tidak bisa membuang perasaan ini. Aku mencintaimu Rune..." dia kembali menutupi wajah dengan kedua tangannya.
"Jangan," spontan Rune berkata. Dia segera menutup mulutnya karena terkejut dengan kalimatnya sendiri. Begitu juga dengan Hana sama terkejutnya mendengar ucapan Rune.
"Rune," panggil Permaisuri. "Apa kau juga mencintai Hana?"
Hana menggelengkan kepalanya. Meminta Rune untuk menjawab tidak. Hana baru menyadari bahwa dirinya terbawa emosi dan akhirnya justru menempatkan Rune dalam masalah. Jika Rune ternyata mencintainya, dia mendapatkan hukuman berat. Hana yang cemas dan ketakutan tersebut memohon dalam diam kepada Rune namun Rune sendiri hanya tersenyum tipis kepadanya.
"Dia tidak mencintaiku," kali ini Hana yang menjawab.
"Aku ingin mendengar dari mulutnya sendiri Hana," ucap Permaisuri. "Katakan Rune, apa kau mencintai Hana?"
"Tidak aku tidak mencintaiku," kata Hana cepat tapi Rune hanya tersenyum.
"Saya mencintai putri Hana Permaisuri," jawab Rune sambil menatap Hana. "Jika boleh jujur, saya sudah mencintainya semenjak pertama kali saya berhasil menyelamatkannya,"
"Apa kau tahu hukuman apa yang menantimu karena kesalahan yang baru saja kau akui Rune?" tanya Permaisuri.
Rune menunduk patuh, "Saya siap menerima segala hukuman yang akan diberikan,"
"Tidak---tidak---tidak---tidak----" Hana menggelengkan kepalanya dan bergumam. "Rune kau tidak mencintaiku. Kau tidak mencintaiku,"
"Aku sangat mencintaimu Hana," ucap Rune hanya kepada Hana. "Sudah sejak lama aku memendam perasaan ini. Aku tahu aku hanyalah seorang Guardian dan wadah Zeal. Tapi setiap hari bersamamu, aku merasa nyaman dan Bahagia. Meski awalnya aku tak mengakuinya, kali ini aku tidak akan lari lagi. Aku benar-benar mencintaimu,"
"Tidak--- tidak---tidak---" tolak Hana. "Aku tidak mau kau mati. Aku tidak mau,"
"Hana..." Permaisuri mengusap kepala anak gadisnya dengan lembut. Wajahnya terlihat sedih dan iba. "Maafkan ibu sayang. Tapi kau juga tahu, Kau adalah putri mahkota kerajaan langit. Dan jika sampai Bersatu dengan Guardian, maka kekuatan di dunia ini akan mengalami kekacauan. Keseimbangan akan musnah. Karena itu..."
"Aku tahu itu ibu... Aku tahu..." cicit Hana lirih. "Tapi jika aku tidak sanggup melihatnya jika Rune sampai dijatuhi hukuman mati karena aku. Aku tidak mau... aku tidak mau..."
"Hana..." baik Rune maupun Hana sangat tahu bahwa hukuman yang akan diterima oleh Rune adalah hukuman di penjara terdalam. Selain dijatuhi hukuman siksaan dan pencabutan kekuatan, dia akan di jatuhi hukuman mati karena berani melanggar aturan utama seorang guardian. Mencintai keturunan kerajaan.
"Maafkan aku..." Hana tiba-tiba saja menarik dagger dari pinggangnya dan berusaha menusuk jantungnya.
"HANA!!!
"Trang!!" tiba-tiba saja dagger Hana terbelah menjadi dua sementara Hana jatuh terjungkal.
"Siapa itu!!" Rune segera dalam mode waspada sementara Permaisuri dan Raja melindungi Hana.
Dari salah satu sudut ruangan terdapat lubang kecil yang makin lama makin membesar seperti terbentuk sebuah portal dimensi. Dari lingkaran tersebut muncul Raja Haru dan Ratu Luna, setelah keduanya keluar sepenuhnya, portal di belakang mereka menghilang.
"Ti-tidak mungkin," Zeal muncul dengan bantuan partikel cahaya. "Raja Haru... Ratu Luna..."
"Apa?!" Rune pun tak kalah kaget apalagi karena Zeal langsung menunduk hormat. Dia mengecek Yang Mulia Ryuhei yang juga terlihat terkejut.
"Raja Haru?! Ba-bagaimana bisa?" tanya Yang Mulia Ryuhei masih terkejut.
"Tuh kan. Mereka pasti akan terkejut," komentar Ratu Luna tiba-tiba.
"Ini lebih baik daripada garis keturunanku berhenti, kan?" balas Raja Haru tak mau kalah.
"Dasar," Ratu Luna menggeleng pasrah, dia menatap ke Yang Mulia Ryuhei dan Permaisuri dengan tatapan meminta maaf, "Raja Ryuhei, Permaisuri Ilyana. Maaf karena kami datang tiba-tiba. Kami melompat ke masa dean karena Haru mendapat penglihatan tentang hari ini," dia menatap ke arah Hana yang masih tertunduk lemas. "Untunglah kami datang tepat waktu,"
Ratu Luna berjalan lembut ke arah Hana, seketika yang lainnya segera menyingkir seolah memberi jalan. Bahkan Permaisuri Ilyana sendiri sedikit menjauh untuk memberi ruang.
"Hana..." panggil Ratu Luna. "Apa aku boleh memelukmu?" yang ditanya hanya mengangguk, namun itu sudah merupakan jawaban sehingga Ratu segera memeluk Hana dengan lembut sambil mengusap punggungnya. "Jangan khawatir Hana... kami sudah datang,"
Hana kurang mengerti apa maksud perkataan Ratu Luna tapi mendengar ucapanya, entah bagaimana Hana merasa tubuhnya terasa lebih nyaman dan hangat.
"Giliranmu Haru," ucap Ratu Luna.
"Susah juga menjadi raja," gumam Haru, meski begitu dia akhirnya duduk dan menatap yang lain. "Jadi, kedatangan kami berdua dari masa lalu lebih tepatnya dari masa waktu kehidupan kami karena aku melihat masa depan. Lebih tepatnya aku melihat Hana mengambil daggernya sendiri. Karena itu setelah berdiskusi dengan Luna dan para guardian, kami putuskan untuk ikut campur ke masalah ini. Bagaimana pun, aku tidak ingin keturunanku tersiksa karena cinta,"
"Kami tidak keberatan sama Yang Mulia," ucap Raja Ryuhei. "Jika ada jalan terbaik lain untuk masalah ini, kami tidak keberatan sama sekali,"
[to be continued]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro