Chapter 20
Setelah jatuh Hana menjadi sedikti kehilangan keseimbangan dan membuat Darkness lebih mudah menyerangnya. Tubuh terkena gores dagger disana-sini karena sekarang dia lebih terfokus untuk bertahan dari setiap serangan Darkness.
"Bagaimana putri? Bahkan tanpa sihir pun aku masih bisa mengalahkanmu disini," ucap Darkness menyeringai puas. "Menyerahlah putri dan aku akan menjadikanmu Wanita paling Bahagia di dunia ini," kali ini dia berhasil memojokkan Hana dan membuatnya tak bisa bergerak sama sekali. Daggernya mengancam hanya beberapa senti dari leher
"Bunuh saja aku," Hana menatap tajam ke arah Darkness. Dia tahu dirinya tidak bisa bergerak sama sekali. Kesempatannya adalah memberikan aliran energi sihir sebanyak mungkin berharap Zeal atau Rune bisa secepatnya bebas.
"Kau menantangku?" tanya Darkness menyeringai lebar.
"Bukankah kau suka tantangan? Tidak seru bukan jika lawanmu langsung menyerah begitu saja?" tanya Hana balik mencoba mengulur waktu.
"Kau mem-Ahk!" Tiba-tiba Darkness mundur sambil memegang keningnya, terlihat kesakitan. "Apa yang kau lakukan?" geramnya menatap Hana garang.
Melihat Darkness yang kesakitan, Hana justru mengalihkan matanya menatap ke tempat Rune berada. Secara perlahan, Hana bisa melihat Rune membuka matanya meskipun dia bisa merasakan bahwa pandangan itu masih terlihat kosong.
"Rune!" Secepat kilat Hana langsung berlari ke arah Rune. Dengan mudah Hana melewati Barier yang membungkus Rune. Dia memeriksa wajah lelaki yang masih terdiam di hadapannya. "Rune, apa kau melihatku? Apa kau mendengarku?" tanyanya panik sekaligus senang.
Rune terdiam beberapa saat dengan matanya yang masih terlihat kosong, butuh beberapa detik kemudian hingga pandangan tersebut berubah jernih. Mata cokelat yang Hana kenali. Menatap Hana dengan pandangan bingung. "Hana? Kenapa kau ada disini?"
"Syukurlah... syukurlah..." Hana menghela nafas lega. Dia kemudian beralih memperhatikan Darkness yang masih terlihat kesakitan.
"Bagaimana kau bisa bangun?" geram Darkness. "Seharusnya kau sudah jatuh ke dalam lubang kegelapan milikku,"
"Kau tidak lupa kan kalau aku adalah penguasa element?" tanya Hana balik bertanya dengan senyum puas di wajahnya. "Aku menggunakan kekuatanmu sendiri untuk membebaskan mereka."
Darkness tertawa mendengar ucapan Hana tersebut. "Ternyata begitu. Aku pikir kau putri tidak terlalu pintar dalam ini. Ternyata aku kalah karena meremehkanmu. Tapi tenang saja. Aku pandai mengevaluasi diri sediri," dia segera mengeluarkan dagger di kedua tangannya dan bergerak cepat menyerang Hana.
"Hana!" Zeal berhasil membawa Hana pergi menjauh ke tempat aman. Dia juga telah bebas dari rantai Darkness dan langsung pergi menyelamatkan.
"Terima kasih Zeal," Hana merasa terkejut sekaligus lega karena melihat Zeal akhirnya bebas. Dengan begini kesempatan untuk membebaskan Rune semakin besar.
"Aku akan memberimu waktu tapi tidak banyak," ucap Zeal. Dia mewaspadai Gerakan Darkness.
"Aku tidak akan mengecewakanmu," Hana mengangguk mantap.
Keduanya kemudian berlari maju. Zeal berfokus untuk mengalihkan perhatian Darkness dari Hana sementara Hana akan menggunakan kesempatan tersebut untuk membebaskan Rune. Darkness melihat celah dan dengan segera melempar dagger ke arah Hana tapi bisa di tangkis oleh Zeal.
"Lawanmu adalah aku!" seru Zeal. Dia segera menyerang Darkness, membuat perhatiannya beralih kepadanya sementara Hana bekerja.
"Rune," panggil Hana begitu dia mendekat. Rune membuka matanya perlahan tapi kali ini pandangannya tidak kosong. "Apa kau bisa memakai kekuatanmu sedikit untuk menggerakan badanmu?"
Rune menggeleng lemah, "Dia terus menyerap kekuatan dan tenagaku," dia bisa merasakan awan gelap yang membungkusnya terasa semakin kuat menyerap kekuatannya. Mungkin karena saat ini Darkness sedang bertarung dengan Zeal.
"Hana, sebaiknya kau sege—" belum selesai Rune menyelesaikan kalimatnya, bibirnya sudah dibungkam oleh bibir Hana. Rune merasa kaget sekaligus bingung. Tapi detik berikutnya dia menyadari, ini bukan sekedar ciuman biasa. Dia bisa merasakan Hana memberikan kekuatan murninya ke tubuhnya. Meski Darkness menyedot kekuatannya, kekuatan murni yang diberikan Hana seolah lebih banyak mengisi tubuhnya sehingga dia mulai merasakan tubuhnya menjadi semakin kuat. Dia juga merasakan belengu awan hitam di tubuhnya perlahan-lahan menghilang. Begitu Hana melepas ciumannya, Rune sudah sepenuhnya bebas dari belengu tersebut. Tubuhnya pun terasa lebih bertenaga dari biasanya.
"Te-terima kasih," Rune berlaih menatap langit gelap di kejauhan, bingung apa yang harus dia ucapkan selain kalimat ucapan terima kasih. Terutama karena berkat ciuman Hana, dia bisa bebas dari belengu Darkness.
"Sa-sama-sama," Hana memilih menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang merona merah.
"Huwaaa!!" Zeal terlempar jauh akibat serangan Darkness.
"Zeal!" Rune dan Hana serentak berteriak, kedua segera kembali ke realita tentang situasi apa yang sedang mereka alami saat ini. Mereka langsung menghampiri Zeal dan membantunya berdiri.
"Aku tidak apa-apa," jawab Zeal. Kekuatannya belum kembali sepenuhnya karena Darkness masih mengambil alih Rune meski saat ini kesadaran Rune sudah kembali. "Dia masih merepotkan meskipun kau sudah sadar. Kita harus secepatnya mengirim dia kembali ke dalam segel sebelum dia mengambil alih tempat ini lagi,"
"Aku mengerti," Rune mengangguk paham, dia segera berbalik menghadap Hana, "Kau harus segera keluar dari sini. Berada terlalu lama disini akan membahayakan dirimu,"
"Tidak" tolak Hana. "Aku bisa membantumu menyegel Darkness. Hanya aku yang bisa melakukannya. Kau tahu sendiri sehebat apa kekuatannya,"
"Tapi ini sudah terlalu lama kau berada di dalam pikiranku Hana. Pikiranmu bisa terjebak selamanya disini," pinta Rune khawatir.
"Putri, Segel di tubuhmu, bersinar," tunjul Zeal. Matanya masih mengawasi Darkness yang terlihat mencoba untuk menguasai diri karena Rune baru saja lepas dari belenggunya.
"Eh?" Hana reflek menunduk melihat dadanya. Dan benar, segelnya meski itu bukan segel asli seperti kata ayahnya, segel tersebut bersinar terang. Peringatan untuknya.
"Saatnya pergi," Rune menyentuh kening Hana dan saat itu juga Hana seolah tersedot keluar oleh cahaya yang menyilaukan mata.
Ketika Hana membuka mata, dia sedang terbaring di lantai tempat terakhir mereka bertarung. Ada diagram sihir berkilau dibawahnya yang terlihat meredup. Ketika matanya akhirnya fokus, dia melihat wajah khawatir Akari.
"Akari?" panggil Hana sedikit linglung. Ketika bangun kepalanya terasa pusing dan ada darah mentes dari hidung. Namun dengan cepat di sekanya. "Dimana Rune?"
"Kau benar-benar membuatku cemas!" Akari memeluk Hana dengan erat. "Syukurlah kau kembali. Aku hampir saja ikut masuk ke dalam sana untuk menarikmu keluar,"
"Aku baik-baik saja. Hanya terlalu banyak mengeluarkan kekuatanku saja," balas Hana menenangkan.
"Kau terlalu lama di dalam pikiran Rune dan hidup meneteskan darah. Itu bukti kau tidak baik-baik saja," omel Akari.
"Maafkan aku," kata Hana mengalah. "Rune dimana?"
Akari menghela nafas Lelah. "Dia di sebelah sana," dia menunjuk ke tubuh Rune yang terbaring tak jauh dari Hana. Sebuah diagram sihir hitam pekat menyala di bawah tubuhnya. Meski terliaht tenang, terlihat raut kesakitan di wajahya.
"Rune! Kenapa dia tidak bangun juga?" Hana segera menghampiri Rune dengan cepat.
"Begitu putri masuk ke dalam pikiran Rune, kalian sama-sama hilang kesadaran dan diagram sihir itu muncul dengan sendirinya. Kami tidak bisa berbuat banyak selain menjaga kalian, kami takut sesuatu terjadi jika kami berusaha mengusik diagram sihir ini," jelas Natsu.
"Dia memaksaku keluar dari pikirannya," gumam Hana.
"Itu memang harus. Jika tidak putri bisa selamanya terkurung di dalam pikiran Rune," jelas Ichigo.
"Dimana para Guardian? Apa kata mereka tentang keadaan Rune?" tanya Hana memeriksa sekitar. Tidak terlihat siapa pun selain anak-anak ini.
"Mereka ada di ruangan lain. Begitu Rune tak sadarkan diri. Keadaan Kuroki pun ikut melemah. Sepertinya Darkness berusaha menyerap element kegelapan dari segala sumber yang bisa dia raih. Saat ini para Guardian yang lain berusaha menjaga Kuroki agar kekuatannya tidak terserap oleh Darkness karena pecahan inti murni ada di tubuh Kuroki," jelas Sora.
"Putri, di dadamu ada diagram sihir yang besinar," tunjuk Momo.
[to be continued]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro