Chapter 19
"Apa yang membuatmu terlalu lama putri?" tanya Darkness penasaran. "Ah... aku merasakan kekuatan mereka di tubuhmu. Jadi benar kecurigaanku bahwa mereka masih hidup. Kalian pintar sekali bermain petak umpet,"
"Aku cukup berterima kasih kepadamu karena berkat kau aku bisa bertemu kembali dengan orangtuaku," ucap Hana masih menjaga senyumannya.
"Wah, tidak banyak orang yang mengucapkan terima kasih kepadaku," Darkness balas tersenyum.
Hana menyadari bahwa warna mata Rune yang tadinya cokelat sudah berubah menjadi merah gelap. Darkness sudah hampir menguasai Rune.
"Sebagai ucapan terima kasih aku akan menunjukan sesuatu yang menarik kepadamu putri," ucap Darkness tersenyum menyeringai.
"Oh, apa itu?" tanya Hana pura-pura antusias. Dari sudut matanya dia bisa melihat Akari dan yang lain sudah siap dalam mode bertarung mereka, Bersiap untuk mengepung Rune. Hanya menunggu sinyal darinya.
"Kau tahu aku tidak bisa mati bukan?" tanya Darkness. "Tapi apa kau tahu apa yang bisa kulakukan dengan tubuh ini?" dia menciptakan sebuah pisau kecil dari awan gelap yang tiba-tiba muncul di tangannya. Dengan sengaja dia melukai lehernya hingga darah menetes perlahan membasahi leher. "Aw... ternyata itu sakit. Tapi jangan khawatir. Aku tidak akan mati."
"Kau!" Hana tersulur emosi dengan segera dia melancarkan sihirnya dan Akari serta yang lainnya ikut menyerang Darkness dari berbagai sudut.
Akari dan Natsu menyerang dari jarak dekat dengan pedang sihir mereka sementara Momo dengan panah airnya, Ichigo dan Sora dengan pistol sihir jarak jauh mereka. Tapi meskipun mereka menyerang terus menyerus. Dengan mudah Darkness berhasil menyingkir.
"Kalian piker kalian bisa mengalahkan diriku? Ah.. kalian saja tidak bisa mengalahkan Rune," Tawa Darkness.
"Oh ya? Tapi Rune bahkan tidak bisa mengalahkanku," Hana langsung maju melesat dengan pedang sihirnya. Dia pun ikut bertarung dan kali ini Darkness terlihat sedikit kewalahan. Selama pertarungan Hana berusaha membuat Darkness terfokus kepada dirinya sementara Momo dan Sora kini beralih untuk membebaskan para Guardian dan Ichigo mengambar sesuatu di lantai. Butuh beberapa menit hingga akhirnya Ichigo menganggukan kepalanya sambil menatap Hana. persiapan sudah selesai.
"Sekarang!" teriak Hana lantang. Kali ini semuanya menyerang Darkness dengan jarak dekat secara beramai-ramai.
"Hoo... koordinasi yang bagus sekali putri," ucap Darkness terkesan. Dia terlihat mulai kewalahan menghadapi enam orang sekaligus.
"Terima kasih pujiannya," ucap Hana dan detik berikutnya dan melemparkan sihir yang membuat Darkness terpental ke lingkaran sihir yang dibuat ichigo, detik berikutnya enam rantai sihir mengikat Darkness agar tak bisa bergerak.
"Kau tahu ini tidak akan bisa menahanku terlalu lama bukan?" tanya Darkness tersenyum menyeringai.
"Aku tahu itu," Hana berjalan mendekat ke Darkness. Dengan cepat dia menyetuh kening Darkness dengan jari telunjukknya dan sebuah lingkaran sihir kecil mulai muncul disana. Detik berikutnya Hana terhisap ke dalam lingkaran sihir tersebut dengan cepat. Ketika akhirnya perasaan jatuh tak henti mereda, Hana mendapati dirinya di sebuah ruangan luas dengan kegelapan yang mengelilinginya. Di belakangnya terdapat sebuah pintu gerbang yang sangat besar dan terlihat ada retakan besar di tengahnya, ada lubang kecil disana tempat aliran gelap mengalir ke belakang tubuhnya. Saat berbalik dia melihat Rune yang tak sadarkan diri terkurung di awan gelap dengan rantai yang mengikat tubuhnya. Dan tak jauh dari Rune, dia melihat Zeal yang sama-sama terikat dan tak sadarkan diri tapi tidak terlihat awan gelap membungkus dirinya.
Hana segera berdiri dengan cepat. Dia berlari menghampiri Rune segera berhenti di tengah jalan karena Darkness muncul dari balik Rune. Dia masih menggunakan wujud Rune hanya warna matanya yang kini berubah menjadi warna merah terang.
"Aku cukup terkesan karena bisa menemukan jalan untuk masuk ke dalam sini," ucap Darkness. "Dan entah apa yang kalian lakukan tapi aku bahkan tidak bisa mengeluarkan kekuatan sihirku. Tapi tenang saja, aku masih bisa bergerak dengan bebas dan bisa bertarung denganmu,"
"Apa yang kau lakukan kepada mereka berdua?!" tuntut Hana. kini dia tidak bisa lagi menahan amarahnya.
"Hmmm... apa ya? Darkness berjalan menelusuri awan gelap yang mengurung Rune. "Aku butuh mereka untuk tetap bersamaku putri," dia berbalik menatap Hana sambil tersenyum "Selamanya,"
Hana secara perlahan mendekati Zeal. Meskipun Darkness tidak bisa menggunakan sihir, bukan berarti dia aman. Hana yang paling tahu seberapa hebat kemampuan Rune bertarung dan dia bukan tandingannya.
"Zeal, kau bisa mendengarku?" tanya Hana lirih masih waspada pergerakan Darkness yang entah di sengaja atau tidak, tetap berada di tempatnya berada.
Zeal membuka matanya perlahan, "Ha—na—Bagaimana kau bisa masuk kesini?"
"Nanti saja bicaranya," ucap Hana terdengar lega karena Zeal masih sadar. "Kau baik-baik saja?"
Zeal menggeleng, "Rantai ini mengunci kekuatan sihirku,"
"Aku akan segera membebaskanmu, bertahanlah," Hana segera memeriksa apakah dia bisa menghancurkan rantai tersebut. Beruntung dia bisa melakukan sihir disini.
"Lebih baik kau membebaskan Rune. Aku akan baik-baik saja," pinta Zeal. "Energi murninya semakin menipis,"
"Benar kata Zeal," Darkness menyentujui. Dengan sengaja dia mengusap wajah Rune. "Kau harus lebih mengkhawatirkan anak ini daripada dia. Jika Rune terserap olehku. Dia pun akan semakin melemah,"
Hana berbalik menatap Darkness dengan geram. Meski Rune tak sadarkan diri, Hana bisa melihat raut wajah kesakitan di wajahnya. Apakah dia bermimpi buruk atau dia bisa melihat keadaan disini dari dalam pikiran bawah sadarnya? Hana tidak tahu. Tapi yang jelas, dia harus secepatnya menyelamatkan Rune sebelum terlambat.
Entah sengaja mengalah atau ingin mempermainkan Hana, Darkness menyingkir dengan santai. Hana tak ada waktu untuk berpikir, dia tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk menghampiri Rune. Meski ternyata itu adalah jebakan, dia tidak peduli.
"Rune... Rune... apa kau bisa mendengarku?" bisik Hana. Tapi yang dipanggil tidak berkutik sama sekali tapi wajah tersiksanya tidak membaik.
"Apa yang sebenarnya kau lakukan kepadanya?" geram Hana menatap Darkness.
Darkness tertawa kecil sebelum menjawab, "Dia adalah wadahku putri. Sejak awal, seluruh keturunan Kuroki dan keturunan pertamanya akan menjadi wadahku. Dan Ketika Zeal muncul, aku menjadi semakin tersingkir, semakin sulit untuk menguasai wadahku. Karena itu yang aku lakukan adalah mengambil wadahku sehingga hama pun akan tersingkir dengan sendirinya. Kau pun akan menjadi milikku Hana. Kekuatanmu adalah kunci untuk membuatku bebas,"
"Kau!" Hana benar-benar marah. Dia semakin cepat mencari celah untuk membebaskan Rune. Tapi ada barrier yang menghalangi sehingga dia tidak bisa menyentuh Rune sama sekali. Tidak ad acara lain selain dia harus mengalahkan Darkness. Dia sangat yakin dengan kekuatan sihirnya tapi ini Rune yang dia hadapi, apakah dia tega melukai pikiran Rune? Tapi mungkin jika dia menggunakan element kegelepan, dia bisa membalik keadaan. Dia adalah penguasa seluruh element. Darkness seharusnya tunduk dibawahnya.dengan cepat dia berusaha memanipulasi sihir kegelapan yang mengurung Rune.
"Oh! Pintar sekali Putri. Memang pantas jika kau adalah putri mahkota kerajaan langit." Puji Darkness bertepuk tangan. "Tapi kau tentu tahu kalau aku tidak bisa membiarkanmu melakukannya bukan?" sebuah dagger langsung melesat menyerang Hana. Beruntung Hana bisa menghindar. "Kau tahu kan kalau anak ini menyimpan banyak senjata di tubuhnya? Dan kau pasti sadar seberapa besar kekuatannya?"
Darkness langsung melesat menyerang Hana. Meski kemampuan bertarung Hana masih dibawah Rune. Dia masih bisa mengimbanginya dengan susah payah. Mereka saling menyerang menggunakan pertarungan jarak dekat dan dagger di tangan. Sementara Darkness berkonsentrasi menyerangnya. Hana berusaha terus berusaha mengalirkan sihirnya untuk membebaskan Rune dan Zeal.
"Kyaa!!!" Hana terpelanting karena menerima tendangan Rune di tubuhnya.
"Hana!!!" teriak Zeal. Dia berusaha melepaskan diri tapi rantai Darkness masih mengikatnya. "Tsk! Hei Rune!! Bangun bodoh!!! Rune!!!"
[to be continued]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro