Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 17

Akari terus menarik tangan Hana dengan erat masuk ke dalam lorong-lorong yang Hana belum pernah lewati.

"A-akari, kita mau kemana?" tanya Hana bingung. Meski begitu dia terus mengikuti setiap langkah Akari yang berlari di depannya.

Kali ini lorong yang mereka lewati berhenti di sebuah ruangan kosong. Akari menggeser salah satu keramik di sudut meja dan sebuah rahasia muncul di salah satu sisi ruangan. Sebuah tangga gelap yang tidak terlalu curam.

"Ayo cepat!" Akari memerintah Hana untuk secepatnya masuk ke dalam sana dan Hana menurut. Setelah mengembalikan keadaan seperti semula. Akari kembali memimpin jalan. Kali ini dia hanya berjalan cepat. Jalanan gelap yang mereka lewati kini dihiasi oleh kunang-kunang cahaya yang dibuat oleh Akari untuk menerangi jalanan.

Meski bingung, Hana tetap berjalan cepat mengikuti Akari. Jalanan yang gelap tiba-tiba mulai bercahaya bukan karena kunang-kunang Akari tapi melainkan lampu yang meyala di dinding dengan jarak setiap satu meter. Ruangannya terlihat bersih dan lebih berwarna dibandingkan yang sebelumnya. Samar-samar Hana bisa mencium wangi bunga dan hembusan angin.

Hana tidak bisa mengingat dimana dia berada karena sejak masuk dari dinding jalanannya terasa sama dan setiap belokan yang mereka lewati juga terlihat sama tapi Akari seperti tahu kemana mereka harus berbelok, juga saat ini. Meski terlihat lebih hidup ruangannya, jalanannya masih terlihat membingungkan. Mungkinkah ada sihir yang melindungi tempat ini untuk membuat setiap orang yang masuk ke dalam sini kebingungan? Mungkin nanti Hana bisa bertanya. Tapi untuk saat ini dia lebih penasaran kemana Akari membawanya? Dan lagi dia harus secepatnya kembali untuk menyelamatkan Rune.

"Aka—" belum selesai Hana memanggil, tiba-tiba Akari berhenti di ujung jalan. Sebuah pintu gerbang yang besar yang terbuat dari besi. Di pintu tersebut terdapat ukiran-ukiran rumit seperti lukisan tentang Kerajaan langit.

"Hana, coba letakkan tanganmu disini," pinta Akari sambil menunjuk ke salah satu pintu, terdapat gambar telapak tangan dari lukisan Raja-raja terdahulu.

"Tapi ruangan apa ini?" tanya Hana waspada. Dia masih teringat peringatan Rune dan Guardian bahwa mungkin saja ada pengkhianat di dalam kerajaan.

"Aku tahu kau curiga kepada semua orang Hana," jawab Akari. "Tapi percayalah kepadaku. Ini adalah tempat paling aman dan kau tidak perlu takut tentang apa yang ada di dalam sana. Kau percaya kepadaku kan?"

Meski baru satu tahun Hana mengenal Akari dan Rune. Dia sangat yakin bahwa Akari adalah orang yang bisa dia percayai. Hana mengangguk. "Aku percaya kepadamu,"

Dia kemudian meletakkan tangan di tempat yang Akari tunjukkan, begitu tangannya menempel sempurna, aliran cahaya mulai merambati ukiran di sepanjang pintu tersebut dengan tangan Hana seolah menjadi sumbernya, beberapa detik kemudian terdengar deru mesin bergerak dan pintu pun terbuka perlahan. Hana dan Akari mundur perlahan untuk melihat apa yang disajikan di hadapan mereka. Sebuah kediaman yang terlihat asri dengan kolam ikan dan taman bunga kecil di hadapan mereka. Terdapat jalan setapak kecil, yang menghubungkan gerbang dengan ruangan di ujung. Mirip seperti tempat tidur Hana.

Hana melirik ke arah Akari, yang dibalas dengan anggukan. Hana pun segera berjalan perlahan kemudian menyadari Akari tidak ikut dengannya. "Akari?"

"Aku akan menunggu disini. Hanya anggota kerajaan saja yang bisa masuk," ucap Akari tersenyum tipis.

"Baiklah. Tunggu aku disini," Hana mengangguk paham.

Hana masuk tanpa ada masalah tapi saat melewati gerbang dia bisa merasakan lapisan tipis yang dia lewati. Mungkin itu pelindung yang Akari maksud. Dia terus berjalan dengan lamban dan hati-hati di salah satu sudut, terdapat sebuah ruangan seperti ruang kendali karena terdapat banyak layar yang menampil beberapa sudut kediaman Kuroki. Termasuk tempat tidur Hana. Dia bisa melihat sisa pertarungan para Guardian yang bertarung dengan Rune. Bukan Rune, melainkan Darkness. Kemana Darkness? Kemana para Guardian? Mungkinkah pertempuran sudah selesai? Hana tidak bisa menemukan jawabannya. Tapi saat ini, yang lebih penting adalah mengetahui kenapa Akari membawanya kesini.

Didepan Hana terdapat sebuah pintu yang sepertinya tidak dikunci karena Hana bisa membukanya dengan mudah. Perlahan dia membuka pintu tersebut. Ternyata di dalamnya lebih luas dari kamarnya. Terdapat sofa di kanan kiri kemudian di ujung ruangan terdapat tempat tidur besar. Di sebelah kanannya, terdapat Wanita paruh baya yang sedang sibuk mengupas buah apel. Pekerjaan Wanita tersebut terhenti Ketika melihat Hana berdiri terdiam di tengah ruangan.

"Hana?" tanya Wanita tersebut sedikit tidak percaya. Pandangan matanya terasa Lelah dan sendu tapi juga terasa hangat. Hana merasakan kerinduan yang amat sangat Ketika melihat wajah Wanita ini.

"Kau benar Hana kan?" tanya Wanita itu sekali lagi. Dia berdiri dan berjalan perlahan mendekati Hana. "Kau sudah besar sekarang, cantik sekali,"

"A-anda siapa?" tanya Hana bingung dan hati-hati. Dia pernah merasa melihat wajah Wanita di hadapannya tapi itu tidak mungkin bukan? Karena wajah yang dia ingat itu wajahnya lebih muda dari ini dan tentu saja orang itu sudah meninggal.

"Oh, maafkan ketidaksopananku," ucap Wanita tersebut tertawa. "Kita hanya Bersama sampai kau masih bayi. Aku yakin Hikari dan Kuroki pun sudah menjelaskan apa yang terjadi kepada kami seperti yang diberitakan,"

"Ta-tapi di ingatan mereka..." Hana menutup mulutnya tak percaya. Benarkah yang di hadapannya ini adalah kenyataan? Bukan ilusi Hikari atau jebakan Kuroki? "Ba-bagaimana bisa?" dia tidak bisa menahan air matanya mengalir. "I-ibu..."

"Oh sayangku..."Permaisuri langsung memeluk anak semata wayangnya, air mata pun tak berhenti mengalir dari wajahnya. Rasa haru dan lega karena bisa bertemu dengan putri satu-satunya tersebut. "Maaf karena kita harus bertemu dalam keadaan seperti ini sayang..."

Hana menggeleng cepat. Tidak ada jawaban yang bisa keluar dari mulutnya selain tangisan yang pecah karena ternyata dia tidak sendirian. Permaisuri masih hidup, ibunya masih hidup.

"Terima kasih kau sudah bertahan sampai sejauh ini Hana, Ibu bangga padamu," ucap permaisuri memeluk erat Hana.

Setelah Hana tenang, Permaisurinya membawa Hana untuk duduk di salah satu sofa, Hana sebenarnya penasaran dengan laki-laki yang terbaring di tempat tidur. Dia yakin itu adalah ayahnya tapi sepertinya ayahnya tersebut sedang tertidur dengan sangat nyenyak. Jadi Hana lebih memilih menuruti ibunya.

Permaisuri akhirnya menceritakan tentang keadaan yang sebenarnya Ketika masa Greatwar tersebut. "Kemudian Ketika kau berhasil kabur dengan Eli, pelayan setiaku, aku merasa itu sudah lebih dari cukup. Tentunya kau sudah mendengar semua cerita tentang kami dari pada Guardian bukan. Sebenarnya kami berhasil membereskan pimpinan tertinggi Shinro tapi masalah utama yang sebenarnya bukan itu. Karena itulah kami menggunakan kesempatan penyerbuan Shinro ini untuk menghilang. Menjauhkanmu dari bahaya yang sebenarnya. Kami sengaja menghancurkan Kerajaan Langit dan bersembunyi disini," tutup Permaisuri.

"Masalah yang lebih besar? Tapi aku melihat sendiri di ingatan para Guardian bahwa kalian... Kuroki yang menemukan tubuh ibu," Hana tak berani menyebut kata 'mati' karena itu terasa menakutkan.

Permaisuri Ilyana sempat terdiam sejenak mendengar pertanyaan anaknya. "Maaf karena kau harus melihat hal tersebut, tapi itu terpaksa kami lakukan,"

"Apa maksud ibu?"

"Kau ingat kan bagaimana Darkness bisa dengan mudah merasuki Keturunan Kuroki?" tanya Permaisuri.

Hana mengangguk dengan cepat. Setelah apa yang terjadi dengan Rune, dia tidak mungkin tidak menyadarinya.

"Sudah menjadi hukum tak tertulis bahwa kami harus membuat rencana cadangan untuk menjauhkan Darkness potensi bahaya yang bisa membuatnya semakin kuat. Dengan munculnya Shinro yang mengincar kekuasaan barbar seperti Ketika Darkness berkuasa, kami takut Darkness akan mengambil kesempatan untuk memperlemah segelnya. Dan itu terbukti karena beberapa kali kami berhasil menemukan bukti Darkness mengambil alih Kuroki tanpa dia sadari. Karena itu Ketika Greatwar berlangsung, kami bisa langsung tahu bahwa saat itu Darkness lah yang mengambil alih Kuroki. Kami membuat scenario yang terlihat di ingatan yang dia tunjukkan. Kami membuat berbagai macam pencegahan karena Darkness sendiri sudah menguasai Shinro sepenuhnya,"

[to be continued]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro