Chapter 14
"Apa mereka selalu seperti ini?" gumam Hana kepada diri sendiri. Detik berikutnya dia merasakan partikel cahaya berkumpul di sebelahnya dan muncul sosok Zeal. "Oh Hai Zeal, selamat malam,"
"Mereka memang selalu seperti ini sejak kecil," jawab Zeal menjawab pertanyaan Hana. "Ide permainan petak umpet ini juga berasal dari mereka Ketika mereka pertama kali mendapatkan pelatihan dari Guardian,"
"Ah... pantas saja," Hana mengangguk paham.
"Wow! Zeal muncul," komentar Natsu yang tiba-tiba muncul dari seberang taman. Di belakangnya terlihat ada Ichigo, Sora dan Momo, ketiganya terlihat menyapa dengan gugup kepada Zeal.
Mereka akhirnya terdiam sambil melihat pertarungan Rune dan Akari yang sepertinya tidak akan segera berhenti.
"Sepertinya mereka tidak akan segera berhenti dalam waktu dekat," celatuk Momo sudah mulai bosan. "Lebih baik kita pergi minum teh saja putri,"
"Berapa lama biasanya mereka bertarung?" tanya Hana penasaran.
Semuanya mengangkat bahu, "Masih akan sangat lama putri," ucap Sora akhirnya. Bisa berjam-jam jika mereka sedang sangat ingin bermain dan jika tidak ada yang menghentikan mereka,"
"Susah juga ya," gumam Hana. "Padahal aku juga ingin bermain dengan kalian,"
"Bagaimana jika kau mengendalikan bayangan mereka saja Hana. Itu akan lebih cepat untuk menghentikan mereka," usul Zeal santai.
"Benar juga," ucap Hana menyetujui. "Tapi... " dia kembali melihat pertarungan Rune dan Akari. Sepertinya mereka terlihat sangat menikmati pertandingan mereka.
"Mereka terlihat sangat gembira bisa bebas bertarung seperti ini. Aku jadi tidak tega,"
"Maka kita akan menunggu berjam-jam sampai mereka selesai Hana," kata Zeal. "Aku yakin semua juga ingin bersenang-senang seperti mereka. Aku bisa menghentikan mereka jika kau tidak mau,"
"Jangan!" cegah Hana. "Biar aku saja, aku akan mencoba menghentikkan mereka,"
Zeal terlihat seolah mempersilahkan Hana untuk mncobanya.
Hana menghela nafas Panjang, dia menarik nafas Panjang agar oksigen mengisi paru-parunya, kemudian, "Runeee!!! Akarriiiiii!!! Waktu kalian habis!!!"
Tapi yang dipanggil terlihat tidak mendengar panggilan yang Hana teriakkan. Mereka bahkan terlihat semakin sengit bertarung.
"Runeee!!! Akariii!!! Aku juga ingin bermaiinnn!!!" teriak Hana kembali dan hasilnya masih tetap sama.
"Mereka sepertinya tidak mendengarkan putri," gumam Momo yang sudah menduga hal ini terjadi.
"Baiklah, tidak ada cara lain kalau begitu," ucap Hana pasrah. "Kalian jangan bergerak ya. Tetap berdiri di tempat atau kekuatanku menyerang kalian."
"Baik putri," meski tidak memahami apa yang terjadi, Sora, Ichigo, Momo dan Natsu langsung mengangguk patuh.
"Kau tidak bisa menggunakan kekuatan murnimu Hana," Zeal mengingatkan.
"Tapi aku juga menggunakan kekuatan element kan?" Tanya Hana santai.
"Ah ya, kau benar," Zeal mengangguk paham. "Jangan terlalu berlebihan kalau begitu,"
"Serahkan saja kepadaku," ucap Hana riang. Meski dia jarang menggunakan sihir element tapi dia tahu bahwa dia bisa pandai menggunakannya meski tak sehebat para guardian.
Hana segera memejamkan mata untuk merasakan kekuatan yang dia cari. Kekuatan pengendalian bayangan milik Kuroki, milik Rune. Ketika sudah merasakannya, dia menangkap kekuatan itu untuk dia gunakan. Detik berikutnya dia membuka matanya perlahan.
"Perasaanku saja atau bayangan pohon-pohon di sekitar taman melebar?" tanya Momo penasaran.
"Tidak, mereka memang bergerak," Sora menyetujui.
Detik berikutnya Hana hanya menjentikkan jari dan bayangan pohon-pohon tersebut berubah menjadi sulur-sulur tajam yang langsung menyerang Rune dan Akari. Sigap, Rune dan Akari segera menghindar dari serangan dadakan tersebut sebelum ujung tajam hitam tersebut melukai mereka.
"Siapa itu?!" seru Rune dan Akari bersamaan, pandangan mereka mengarah ke tempat Hana dan yang lain berdiri dengan waspada.
"Aku," jawab Hana santai sambil tersenyum.
"Jangan macam-macam dengan putri Hana," bisik Natsu lirih kepada yang lain yang dijawab dengan anggukan mantap. Hana pura-pura tak mendengar mereka.
"Kau ingin membunuh kami berdua?" tanya Rune masih terkejut.
"Tapi kalian tidak mati kan?" tanya Hana balik.
"Serangan tadi bisa membunuh kami jika kami terlambat menghindar satu detik saja," protes Akari.
"Dan salah siapa sampai aku melakukannya?" tanya Hana masih tersenyum.
Rune dan Akari seolah tersadar apa yang baru saja terjadi. Keduanya terlihat pasrah dan malu karena terlalu asyik dalam bertarung.
"Maafkan kami," ucap Rune dan Akari bersamaan.
"Nah, sudah beres," Hana tersenyum lebar. "Ayo cepat akhiri Rune. Aku juga ingin cepat-cepat bermain,"
Semuanya akhirnya kembali ke tugu, dan menempelkan tangan ke tugu sebagai tanda kalah kecuali Hana. Rune menutup tugas dia sebagai hunter dengan memberikan cap tangannya di tugu.
"Oke, sekarang aku akan menghitung sampai dua puluh, kalian bersembunyilah," Hana segera berbalik menghadap tugu, segera memejamkan mata dan berhitung.
"Dua puluh!" Hana membuka mata dan segera berbalik. "Kyaaaa!!" Rune berdiri dengan santai di belakangnya. "Astaga Rune! Kau mau membuatku terkena serangan jantung!"
"Tidak, tentu saja tidak," jawab Rune polos sambil tersenyum riang.
"Kau ya nanti!" gerutu Hana. Dia tahu Rune hanya membalasnya tapi tetap saja rasanya menyebalkan karena terjatuh ke lubang dia buat sendiri.
"Tadi kau menggunakan kekuatan element kan saat berusaha menghentikkanku? Apa sekarang kau baik-baik saja? Kau tidak bisa menggunakan kekuatan murnimu kan?" tanya Rune memastikan.
"Oh, aku baik-baik saja kok," ucap Hana riang. "Begini-begini aku putri mahkota Kerajaan langit kan, mengendalikan satu atau dua element bukan masalah,"
"Baguslah kalau begitu," Rune mengusap lembut kepala Hana sekilas.
"Ayo saatnya mencari mereka!" kata Hana bersemangat.
Keduanya segera melakukan pencarian dan tak sampai sepuluh menit Hana berhasil menemukan mereka semua bahkan Akari tanpa ada perlawanan, seperti bermain petak umpet biasa.
"Kalian sengaja mengalah dariku ya?" gerutu Hana kesal karena dia tidak mengalami adegan pertarungan seperti Ketika Rune berjaga.
"Kami sudah cukup yakin bahwa kami akan kalah dari putri," ucap Ichigo gugup.
"Eehh? Kalau belum dicoba mana bisa tahu aku lebih kuat dari kalian," protes Hana.
"Saat melihat putri menghentikan Rune dan Akari kami sudah tahu kalau putri sangaaat kuat," tambah Natsu.
"Tapi kan tetap saja itu bukan kekuatan asliku," Hana masih belum mencoba menyerah.
"Sudahlah, mereka tidak akan berani melawanmu Hana, kapan-kapan saja kita akan bermain Bersama oke?" ucap Akari sambil mengusap lembut kepala Hana yang cemberut.
"Baiklah," kata Hana menurut.
"Nah, sekarang giliranku. Cepat kalian bersembunyi," Akari segera pergi ke tiang sambil menutup mata dan mulai berhitung.
Hana segera menarik tangan Rune dan mengajaknya berlari untuk mencari tempat persembunyian Bersama. Dia menggunakan sedikit sihir angin untuk mempercepat langkah mereka, kali ini Hana menemukan sebuah tempat dibawah jembatan di pinggir sungai. Mereka bersembunyi di bawahnya, berharap tidak terlihat dari atas Ketika Akari mulai mencari mereka.
"Semoga Akari tidak bisa menemukan kita disini," seru Hana bersemangat. Dia sesekali melirik dari tempatnya untuk melihat apakah Akari sudah mulai mencari mereka atau sudah dekat. Mereka sepertinya bersembunyi cukup jauh tapi tidak ada yang tahu seberapa cepat Akari mencari.
"Ini sangat menegangkan!" tambahnya lagi. Tapi dia merasa aneh karena Rune tidak merespon apa pun ucapannya sejak tadi, dia berpaling ke belakang dan melihat Rune terlihat duduk kesakitan sambil meremas dadanya.
"Rune!!! Apa yang terjadi?!" panik Hana segera mengecek keadaan Rune. Keningnya sedikit panas, wajahnya berkeringat tapi tidak terlihat ada luka. "Zeal?! Apa kau bisa keluar? Apa kau bisa mendengarku?!"
[to be continued]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro