Chapter 13
"Wah...wah.. kau membuat putri menangis," goda Natsu.
"A-aku baik-baik saja putri. Tolong berhentilah menangis," ucap Rune panik tidak tahu apa yang harus aku lakukan. "Akari, bantu aku,"
"Dasar tidak peka," balas Akari. "Tenang saja putri. Rune tidak akan semudah itu untuk mati, apalagi ini di rumahnya sendiri dan dia ada di kamarnya. Kecuali kalau koleksi majalah dewasanya ketahuan mungkin dia akan benar-benar habis di kamarnya,"
"Iiiihh~~ Rune ternyata~~" Momo pura-pura terkejut
"Aku pernah melihatnya," ucap Sora tiba-tiba. "Dia suka dengan yang berdada besar,"
"Astaga, kau menjijikan Rune," balas Akari ikut menimpali.
"He-hei! Itu bukan milikku. Itu milik Natsu!" ucap Natsu panik.
"Tapi kau tidak pernah mengembalikannya kepadaku. Aku bahkan belum pernah membacanya. Jadi itu milikmu," balas Natsu menimpali.
"Apa!!! Teganya kau meracuni Natsu! Rune kau benar-benar mesum," Akari pura-pura marah.
"I-itu bukti kalau aku laki-laki normal Akari!" sembur Rune dengan panik.
"Pfft!! Ahahaha~ Kalian ini," sontak saja tiba-tiba Hana tertawa.
Melihat wajah Hana yang tertawa semuanya terlihat lega dan mau tak mau mereka ikut tertawa.
"Putri sangat menangis jika tertawa," ucap ichigo tiba-tiba yang sedari tadi diam. "Jangan menangis lagi putri, tetaplah tertawa seperti itu,"
Semuanya hening seketika dan berbalik menatap ichigo. Yang di tatap pun berubah wajahnya dengan tatapan terkejut dan malu.
"Kyaaa~~ Ichigo sudah besar," Akari mengacak-acak rambut Ichigo dengan gemas.
"Hentikan Akari!" Ichigo berusaha menghindar tapi tidak bisa.
Sontak yang lain kembali tertawa melihat tingkah Ichigo dan Akari. Hana terlihat sudah kembali Bahagia dan Rune pun sudah tidak terlihat kelelahan seperti sebelumnya.
"Ne~ Ne~ Bagaimana kalau kita semua main petak umpet?" usul Momo setelah semuanya tenang.
"Kita sudah terlalu besar untuk itu Momo," ucap Sora menolak.
"Bukan petak umpet biasa. Tapi seperti saat kita berlatih dengan para orangtua," kata Momo menjelaskan. "Aku yakin putri pasti akan menyukainya,"
"Oh! Kalau itu sih aku mau," kata Sora antusias. "Aku belum balas dendam kepada Natsu,"
"Aku tidak akan semudah itu kalah darimu Sora," balas Natsu tak mau kalah.
"Petak umpet yang seperti apa?" tanya Hana penasaran.
"Hmm... mungkin kalau di markas lebih seperti Tag Hunting game," jelas Akari. "Kau sering mengikutinya kan saat pertama kali datang ke markas?"
Hana sedikit berpikir kemudian wajahnya berubah cerah. "Oh! Kalau yang seperti itu aku juga mau ikut," ucapnya bersemangat.
Rune menghela nafas Panjang melihat semuanya sangat antusias, "Baiklah aku akan minta izin kepada ayah," ucapnya pasrah sambil mengancing bajunya kemudian pergi ke ruangan dalam.
"Asyik!" seru yang lain bersemangat.
"Kenapa harus minta izin kepada Kuroki?" tanya Hana bingung.
"Karena ini sudah malam dan kita harus membuat ruang dimensi khusus atau seluruh wilayah disekitar sini akan menjadi medan pertarungan, apalagi jika Akari atau Rune atau Natsu berniat untuk menang," jelas Ichigo.
"Ah! Aku mengerti," ucap Hana paham. "Kalau begitu aku ganti baju dulu agar lebih mudah bergerak," dia segera masuk ke kamarnya, tak lama Nina muncul dan ikut masuk ke kamarnya untuk melepaskan kimono dan segala pernak perniknya. Dia berganti dengan dress terusan tanpa lengan berwarna biru dengan sabuk untuk menunjukkan lekuk tubuh serta tetap terkesan elegan untuk seorang putri.
Ketika Hana keluar kamar, Rune dan yang lain sudah siap, sehingga mereka bertujuh segera pergi belakang halaman rumah. Kemudian dia mengeluarkan sebuah bola void hitam yang semakin lama semakin besar. Suara-suara malam tiba-tiba tidak terdengar, seolah hanya mereka bertujuh yang masih hidup.
"Oke, Jadi apa peraturannya?" tanya Hana antusias. Dia sudah lama tidak melakukan permainan ini karena dia dilarang untuk bertarung.
"Radius tempat ini adalah sepuluh kilometer berbentuk lingkaran dengan rumah ini sebagai titik tengah," Akari mulai menjelaskan. "Kita akan menarik undian untuk menentukan siapa yang akan berjaga dan siapa yang akan bersembunyi. Secara berurutan nanti yang mendapat angka 1 akan menjadi penjaga pertama kemudian nomer 2 akan menjadi penjaga berikutnya dan seterusnya. Jika dalam waktu setengah jam berhasil menemukan kami, lebih tepatnya berhasil membuat kami menyerah atau berhasil membuat kami ikut dengan penjaga dia mendapatkan point. Yang berhasil membawa paling banyak pengikut dia yang akan menang,"
"Oh! Sepertinya seru," sedikit berbeda dari peraturan di markas tapi Hana sudah tidak sabar untuk mencobanya.
"Disini adalah tugu penjaga," Ichigo melanjutkan sambil membuat sebuah papan tiap berbentuk persegi dengan tinggi kurang lebih dua meter. Kemudian di bawahnya ada garis tanah berbentuk lingkaran dengan diameter 2 meter. "Bagi yang sudah kalah wajib menunggu disini, timer akan muncul jika permainan dimulai,"
Rune mengeluarkan sebuah kotak kecil berisi bola bernomor, "Disini ada bola bernomor, yang mendapatkan angka 1 akan menjadi hunter pertama, sisanya akan sebagai pray. Ketika babak pertama selesai, yang mendapat angka 2 akan jadi hunter, sisanya menjadi pray. Begitu seterusnya sampai kita semua selesai mendapatkan giliran,"
Begitu Rune menyodorkan kotak, semuanya segera mengambil bola secara bergiliran kemudian setelah itu, mereka mengacungkan nomor secara bersamaan.
"Aku pertama," ucap Rune senang.
"Aku kedua!" ucap Hana riang.
"Ah ini menyebalkan!" gerutu Momo, dia mendapatkan angka 7. Akari mendapatkan angka 3, Natsu angka 4, Ichigo angka 5 dan Sora angka 6.
"Oke, kalau begitu aku akan hitung sampai dua puluh, kalian bersembunyilah," Rune berbalik menghadap tiang yang sudah dibuat Ichigo kemudian menutup mata dan mulai menghitung dengan pelan. "1.... 2... 3...."
"Dua puluh," Rune membuka mata dan berbalik "Huwaaa!!!" Hana ternyata berdiri di belakangnya sambil tersenyum polos. "Apa yang anda lakukan putri? Kenapa tidak ikut bersembunyi?"
"Berhentilah memanggilku putri. Aku masih belum bisa terbiasa dengan semua ini," gerutu Hana. Dia berusaha menahan diri semenjak sampai di kediaman ini karena dia mengingat tatakrama kerjaaan yang diajarkan. Tapi saat ini hanya ada mereka bertujuh saja. Hana tidak ingin ada formalitas. "Paling tidak hanya saat kita berdua saja," tambahnya karena raut muka Rune mengisyaratkan ketidak setujuan.
"Baiklah," Rune menghela nafas Panjang. "Kau ingin mencari mereka bersamaku? Ini akan sangat menyenangkan," tambahnya menyeringai lebar.
Melihat hal tersebut mau tak mau Hana tertawa riang. "Aku tidak sabar melihatnya,"
Hana mengikuti Rune mencari tempat persembunyian teman-teman yang lain. Dalam waktu singkat mereka berhasil menemukan Momo dan Sora yang dikalahkan dengan mudah oleh Rune. Kemudian dia juga menemukan Ichigo yang bernasib sama. Kemudian mereka menemukan Natsu, mereka sempat bertarung sengit selama beberapa menit sampai akhirnya Natsu menyerah.
"Tahun depan aku pasti akan masuk ke markas dan bisa balas dendam sepuasnya kepadamu," gerutu Natsu.
"Boleh saja," timpal Rune. "Berarti tersisa Akari,"
Rune dan Hana melanjutkan pencariannya. Dengan mudah mereka menemukan Akari sedang duduk santai di atas permainan seluncur. Dia bahkan sengaja tidak berniat untuk bersembunyi seolah memang menunggu Rune untuk bertarung.
"Lama sekali," ucap Akari setelah Rune dan Hana mendekat.
"Aku perlu pemanasan terlebih dahulu," ucap Rune santai.
Hana segera menyingkir ke pinggir taman, sementara Rune dan Akari sudah berubah ke dalam mode bertarung menggunakan pedang sihir mereka. Dalam sekejap, pertarungan mereka pun dimulai.
[to be continued]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro