Chapter 10
Keesokan harinya, Akari, Rune dan Hana berangkat menuju kediaman Kuroki alias tempat tinggal Rune. Zeal memilih untuk tetap di dalam Rune kali ini. Untuk mempersingkat waktu, mereka menggunakan helicopter militer dari markas. Hal ini sekaligus untuk menjaga keamanan Hana. Setelah mendarat di helipad yang tak jauh berada dari area kediaman, ketiganya segera turun dan naik mobil ke area kediaman utama. Begitu sampai di pintu gerbang, terlihat beberapa orang sudah menunggu di gerbang bergaya tradisional Jepang. Yang pertama keluar dari mobil jelas Rune.
"Runeee!!!" empat remaja berhambur mendekat, salah satu dari mereka berhambur memeluk Rune, seorang anak perempuan yang memakai baju terusan selutut.
"Hai momo, kami pulang," Rune mengusap kepala Momo sebentar, dia melihat dua remaja lain akhirnya mendekat, "Aku tidak tahu kalian akan menyambut kami.
"Momo memberitahu kami kalau kau akan segera sampai jadi dia menyeret kami untuk cepat-cepat menyambutmu," jelas salah satu anak laki-laki bermata sayu.
"Kalau aku tidak menyeretmu Ichigo, aku yakin kau akan menyesal karena itu berterima kasihlah kepadaku," jelas Momo kepada laki-laki mata sayu Bernama Ichigo tersebut dengan bangga.
"Rune baru sampai, Kalian baru sampai tapi sudah berisik," gumam Natsu yang tiba-tiba berbicara, lebih tua dari ketiga laki-laki yang datang menyambut.
"Selamat datang," sapa anak laki-laki yang terakhir yang terlihat lebih muda
"Terima kasih Sora," jawab Rune. Dia kemudian berbalik dan membantu Hana keluar dari mobil. Ketiga anak remaja tersebut terpana melihat sosok Hana di hadapan mereka.
"Kyaa~ Natsu!! Kau semakin tampan!!" Akari tiba-tiba memeluk Natsu dengan gemas. "Aduh sepupuku ini semakin lama semakin menggemaskan, bagaimana ini,"
"Le-lepas Akari," protes Natsu berusaha melepaskan diri tapi sepertinya tidak membuahkan hasil. "Aku sudah bukan anak kecil lagi! Kau harus ingat umurmu sudah tua,"
"Apa katamu tadi Natsu?" tanya Akari merapatkan wajahnya ke Natsu dengan senyum misterius.
"Ti-tidak ada. Kau sangat cantik seperti biasanya," jawab Natsu langsung merasa ketakutan.
"Rune ayo main petak umpet lagi," rengek Momo tiba-tiba.
"Tidak boleh, Rune janji latihan denganku," protes Natsu.
"Dia juga sudah janji Latihan denganku," tambah sora.
"Denganku juga," tambah Ichigo.
Mereka berempat mulai bertengkar memperebutkan Rune, sementara Rune terlihat kewalahan bagaimana menenangkan mereka berempat. Melihat hal tersebut, Hana tertawa kecil. Rune melihat Hana dengan tatapan mengiba tapi Hana pura-pura tidak paham.
"Bantu aku Hana, Jangan tertawa terus," Pinta Rune akhirnya.
"Kalian terlihat akrab sekali, aku jadi tidak berani menyela," ucap Hana membela diri masih menahan tawa.
"Oh.. Putri Hana," keempat remaja yang berebut Rune segera tersadar akan kehadiran Hana dan dengan segera mereka menunduk hormat di hadapan gadis tersebut.
"Maaf atas kelancangan kami karena tidak menyadari sosok sang Putri. Kami mohon maaf Putri," gumam Natsu masih menunduk hormat.
"Eh! Em..." Hana melirik Rune yang hanya dibalas kedipan mata oleh Rune. "TI-tidak apa-apa, kalian berdirilah,"
"Terima kasih putri," keempatnya akhirnya kembali berdiri.
Hana masih terlihat kaget dengan adegan tadi dia kembali melihat ke arah Rune dan Rune balas menatapnya, seolah memberitahu bahwa kecemasan Hana tidak terbukti.
"Ayo masuk, aku mulai lapar," Ajak Rune. Mereka semuanya segera memasuki gerbang dan disambut oleh beberapa pelayan. Rumah bergaya tradisional Jepang ini memunculkan kemegahannya, di kanan kiri terdapat taman yang di tata apik, di salah satu sudut ada pohon Sakura besar yang bermekaran. Di sudut lain terdapat kolam yang di tata secara tradisional juga.
"Luas sekali," gumam Hana kagum.
"Ini bangunan depan khusus untuk menerima tamu. Nanti di dalam akan ada rumah utama dan disana tempat kita akan tinggal untuk sementara waktu. Tapi kediaman ini khusus untuk keluarga utama dan kerabat khusus. Sepertinya keturunan Kuroki sangat menyukai budaya Jepang," jelas Natsu Panjang.
"Oh begitu," Hana masih tampak asyik menganggumi keasrian taman di hadapannya sampai sudut matanya menangkap pemandangan Rune sekilas memegang dadanya sebelum kembali melepasnya. "Kau tidak apa-apa Rune?"
"Aku? Kenapa?" tanya Rune balik bertanya.
"Tadi aku melihat kau memegang dadamu, Apakah—"
"Oh! Aku hanya merapikan baju bagian depanku saja," potong Rune cepat. "Aku baik saja-saja kok. Tapi kabar buruk untuk Zeal, dia tidak terlalu akur dengan Ayah,"
"Kenapa?" tanya Hana kini penasaran.
"Nanti kau akan tahu," jawab Rune sambil berkedip ke Hana. Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan memasuki bangunan utama.
"Aku tidak menyangka Rune sekarang pintar menggoda wanita," celoteh Momo yang berjalan di belakang Rune dan Hana.
"Hush! Dia itu putri, jaga mulutmu Momo atau nanti Rune akan menghukummu," omel Ichigo lirih.
"Hmph!" Momo hanya memalingkan wajahnya dengan kesal.
Mau tidak mau Hana yang mendengarnya hanya tertawa kecil sementara Rune pura-pura tidak mendengar apa pun.
Setelah berjalan di lorong Panjang, mereka sampai di sebuah aula yang cukup luas untuk menampung hingga lima puluh orang sekaligus. Di kanan kiri mereka terlihat beberapa orang tua sudah duduk dengan rapi sementara di hadapan mereka terdapat enam orang laki-laki berusia paruh baya dengan memakai seragam kimono dengan jubah yang berbeda. Merah, cokelat, hijau, biru, kuning dan hitam. Mewakili setiap element.
Begitu Hana sudah berada di tengah ruangan, seketika semuanya menunduk begitu juga dengan Rune dan yang lain.
"Selamat datang Putri Hana," ucap Kuroki laki-laki berkimono warna hitam yang diikuti serentak oleh semua orang yang hadir.
"Selamat datang Putri Hana,"
"E-eh... te-terima kasih," Hana memandang sekeliling dengan gugup karena semua orang menunduk kepadanya bahkan Rune. "Su-sudah cukup. Angkat kepala kalian,"
"Terima kasih Putri Hana," serempak mereka pun menegakkan kepala mereka.
Berikutnya, Hana dibimbing untuk duduk di tempat tinggi yang berada di antara para Guardian yang kini Hana masih bingung siapa saja tapi tertolong berkat warna kimono mereka yang berbeda. Rune dan yang lainnya ikut duduk di pinggir kanan kiri para Guardian, menunjukkan posisi mereka dalam pertemuan ini.
Beberapa pelayan muncul, mereka mulai menyajikan makanan dan minuman untuk disantap oleh setiap orang. Seperti komando, mereka baru menyentuh makanan dan minuman mereka setelah Hana menyentuhnya. Dia beberapa kali memandang Rune untuk meminta pertolongan.
Setelah suasana terlihat lebih santai, Hana sudah mulai merasa nyaman karena kini Rune dan yang lain duduk di dekatnya.
Tak berapa lama, para Guardian mulai berbalik dan menghadap ke Hana sambil menunduk hormat.
"Maafkan kami karena kami baru bisa menyapa anda Tuan Putri," sapa Kuroki menunduk hormat kemudian menegakkan kepala. "Perkenalkan saya Hiro Kuroki dan anda tentu sudah bertemu dengan Putra saja, Rune,"
"Ah ia, salam kenal tuan Kuroki," jawab Hana malu.
"Tolong panggil saja saya Kuroki atau Hiro, bagaimanapun kami adalah Guardian anda," ucap Kuroki memaksa.
"Ba-baiklah kalau begitu," jawab Hana pasrah.
"Perkenalkan saya Ino Kazeki dan putra saya Sora," Kazeki dan Sora menunduk beberapa detik sebelum menegakkan kepala kembali.
"Saya Sato Hikari dan putri saya Akari," Hikari dan Akari menunduk sekilas.
"Saya Mori Tochiki dan putra saya Ichigo, "
"Saya Kanae Mizuki dan putri saya Momo,"
"Saya Tomo Honoki dan putra saya Natsu,"
Satu persatu mereka memperkenalkan diri sambil menunduk hormat. Hana merasa takjub dengan keenam Guardian dan anak-anak mereka. Sepertinya mereka sangat dekat.
"Salam kenal untuk semuanya," sapa Hana tersenyum. Merasa senang memiliki keluarga baru yang sangat besar.
[to be continued]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro