Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

26. ilymg

'Mine mencuri pandang ke arah Futaro yang sedang menyantap bekal makan siang. Mereka berdua sama-sama ditemani oleh dua teman sekelas masing-masing dan larut dalam obrolan masing-masing. Namun tak pernah sekali pun dia tak berharap suatu saat nanti mereka bisa menyatukan meja keduanya untuk bersantap makan siang bersama'.

Jari-jariku berhenti mengetik. Kutatap layar laptop yang menampilkan puluhan halaman yang telah kutulis dari hari ke hari. Selama itu pula dengan kurang ajarnya hatiku selalu sakit saat harus mendeskripsikan perasaan Mine untuk laki-laki lain bernama Futaro.

Kurang ajar, kan? Aku tak boleh begini. Aku harus profesional dengan mengabaikan kondisi perasaanku demi selesainya cerita ini. Sudah seperti orang masokis saja.

'"A-ano. Futaro-kun!"'

'Laki-laki yang dipanggil menoleh dari lorong yang sepi. Hanya ada mereka berdua di sana.'

'Futaro mengerutkan alis terheran mendengar seorang gadis menyebut namanya dengan nama depan. Dia lalu membalikkan badan untuk lebih jelas melihat si pemilik suara tadi.'

'Mine berjalan mendekat dengan langkah lambat. Jantungnya terus berdentum cepat menyadari itu merupakan jarak terdekat mereka selama ini.'

''Bukankah dia teman sekelasku?', batin Futaro begitu Mine sudah berada cukup dekat darinya.'

'Meski sudah sedekat itu dengan Futaro, tak lantas Mine berani menatap wajahnya. Upaya untuk memanggil namanya barusan saja sudah hampir membuatnya mati. Mana pula dia kelepasan memanggilnya dengan nama depan Futaro.'

'"Kenapa?" Futaro bertanya ke Mine dengan raut penasaran.'

'Sementara yang ditatap berharap saat ini dia menghilang saja tertelan bumi dan melewatkan pertemuan ini. Namun Mine sudah berjuang keras sampai sini. Dia tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.'

'"Nishimoto-kun ...."'

''Kok manggil pakai nama keluarga lagi?' Tanpa disadarinya, Futaro tampak sedikit kecewa mendengar nama depannya tak lagi disebut.'

'Di lain sisi, Mine tiba-tiba kehilangan kata-kata dan tujuannya berani memanggil gebetannya tersebut di lorong yang sepi itu.'

'Alhasil terjadilah aksi saling diam-diaman di antara mereka.'

Seandainya Mine di kehidupan nyata sifatnya bisa selembut itu. Tapi diriku pun tak sekeren Futaro. Lagi pula sih, aku menyukai Mine yang ini. Yang keagresifannya selalu membuat aku hampir kehilangan akal sehat.

Dirinya itu terlalu tak terdefinisi.

'"Sudah lama aku memendam perasaan ini untukmu. Aku selalu melihatmu dari bangku belakang kelas, berharap kita bisa mengobrol walau satu dua patah kata, tapi sekadar menyapamu saja aku tak berani. Maka dari itu, aku akan mengungkapkannya sekarang.... Hiro-kun."'

Eh, kok Hiro-kun, sih.

Ungkapan cintanya pun terlalu cepat. Itu interaksi pertama mereka setelah berminggu-minggu saling mengenal sebagai teman sekelas.

Aku menghapusnya lagi. Kemudian memikirkan dialog manis yang harus Futaro sampaikan untuk Mine sebagai momen romansa pertama yang terjadi di antara mereka.

'"Mine-chan, kan?'"

'Mine mengangkat pandangannya, terkejut bukan main. Barusan Futaro memanggilnya dengan nama depan?'

'Futaro menggaruk-garuk tengkuk. "Kalau tak salah dengar, tadi kau memanggilku Futaro?" dia bertanya. "Kau tahu, sebenarnya itu pertama kalinya ada yang memanggilku dengan nama akrabku itu. Orang-orang selalu segan padaku. Aku pun menunggu mereka berinisiatif langsung memanggilku pakai nama depan. Tapi itu tak pernah terwujud."'

'Keterkejutan masih belum sirna dari wajah Mine.'

'Futaro memberi senyum untuk Mine. "Terimakasih atas panggilanmu tadi. Setidaknya itu menyenangkan hatiku," kata Futaro. "Kalau boleh, dan jika kau keberatan bakal dilihat oleh orang lain, apa aku boleh ikut memanggilmu dengan nama depan hanya saat kita sedang berdua saja, Mine-chan?"'

Apa-apaan dia. Terlalu tancap gas.

Berani-beraninya memperlakukan gadisku dengan selembut itu. Kalau Mine jatuh cinta padamu, bagaimana nasibku!

Karakter yang kuciptakan malah lebih keren dan manis dibanding diriku sendiri. Sialan.

Tak akan kubiarkan Mine membaca ini.

Omong-omong, aku tengah berada di bilik toilet laki-laki, berusaha menyembunyikan diri dari kehadiran Mine yang suka tiba-tiba datang ke sekolah. Aku harus merahasiakan ini dulu darinya hingga ceritanya rampung.

Pada saat itu, ponsel yang tak sengaja kumasukkan ke saku celana berdering pertanda ada yang menelepon. Kulihat nama kontaknya dan menemukan 'Daniel' di sana.

Aku mengangkatnya dengan mendengus. "Lagi sibuk. Tidak bisa diganggu."

"Oi. Kau berhutang budi padaku sepuluh milyar yen!"

"Aku tak ingat pernah menyebut nominal angkanya." Aku sama sekali tidak jantungan kok.

"Baiklah, tukar dengan nyawamu."

Aku mengumpatinya.

Daniel tertawa keras, membuang waktuku lebih banyak.

"Di mana kau sekarang, Hiro?"

"Bilik toilet."

"Astaga. Sedang buang air, ya?"

"Bukan!" Aku menghardiknya. "Cepatlah katakan apa urusanmu, Kudanil."

Daniel berdecak-decak. "Sudah kukabulkan keinginanmu kemarin, kau malah tak tahu diri."

"Serius, aku sedang tak bisa diganggu."

"Oh. Sedang bersama Mine, ya?"

Mine fiksi. Secara harfiah, dia memang fiksi.

"Bersama Mine di toilet—"

"OI!" Mukaku memerah karena dua hal. "Kututup teleponnya."

"Baik, baik. Aku ke sana sekarang."

Sekarang yang dimaksud Daniel adalah tiga menit kemudian. Aku curiga sebelumnya dia memang sudah berada di lingkungan sekolah dan tak menemukanmu di tempat biasa (perpustakaan nomor dua).

Aku keluar dengan menjinjing laptop di tangan kanan. Daniel melihatinya. "Kau sedang ngapain?"

"Bukan. Urusanmu."

"Bikin cerita mesum?"

Astaga otak manusia ini benar-benar kotor!

Aku meninggalkannya keluar toilet.

Dia mengikuti.

"Cerita yang kau tulis untuk mengembalikan Mine ke dunianya?"

Wow. Masih ingat juga dia tentang misi yang pernah kusebutkan beberapa waktu lalu.

"Ceritanya tentang apa?" tanya Daniel.

"Mine diam-diam menyukai laki-laki keren dari kelasnya." Mendadak aku lupa apa aku pernah memberitahu ini ke Daniel sebelumnya saat kami mewawancarainya musim semi lalu. Tapi Daniel pun tampak tidak tahu apa-apa.

"Yakin itu ceritanya?"

Aku meliriknya heran. "Kenapa tidak yakin segala?"

"Aku kira pemeran utama laki-lakinya kau. Tahunya orang lain." Dia sedikit mempercepat langkah kakinya. "Bukankah menulis tentang diri kita dan gadis yang kita sukai terasa lebih mudah? Daripada kau mesti menahan sesak di dada."

Baru beberapa menit lalu aku merutuki pikiran kotornya yang ditransfernya untukku. Sekarang, dia terlihat lebih berpengalaman untuk masalah ini daripada aku.

Benar juga, ya.

Aku bisa menulis kisahku dan Mine yang berujung bahagia.

Tidak perlu patah hati segala.

Atas ide briliannya tersebut yang tentu saja tak kukatakan padanya, aku pun menulis ulang ceritanya. Kali ini tokoh utamanya adalah diriku dan Mine. Anggap saja seperti menulis buku harian. Aku bisa membayangkan apa saja hal-hal yang terjadi di antara kami. Termasuk kejadian-kejadian yang sudah terjadi.

Pertemuan di perpustakaan. Pertengkaran awal. Mine tinggal di rumahku. Dia merapikan rambutku yang baru bangun tidur. Memelukku yang hendak berbelok di jalan menuju rumah. Dia yang mengigau tentang perasaannya padaku.

Tanpa kusadari, diriku tersenyum mengetahui ternyata sudah lumayan lama aku dan Mine kenal.

Jadi tiba-tiba kangen. Padahal saat ini dia sedang berada di kamar sebelah.

Samperin, ah!

Tahunya Mine tertidur.

Hasilnya aku hanya bisa memandangi wajah tidurnya yang selalu menenangkanku.

Sebelum kembali ke kamarku, kudekati dia dulu, dan mengecup keningnya.

"I love you, my girl."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro