Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15. sialnya dia gadis fiksi

Aku masih di sana. Duduk bersila di dekat lututnya, mendengarnya bercerita tentang alasan mengapa dia tampak murung akhir-akhir ini.

Mine terlalu cepat mengalami perubahan di saat mentalnya belum benar-benar siap. Mine hanya ingin, bukan bisa. Dan meskipun akhirnya dia bisa melewatinya, tak ayal kondisi tubuh dan pikiran Mine menjadi agak terguncang.

Mine itu, biarpun dia mengaku gadis fiksi, dia sama seperti manusia lainnya yang butuh makan, tidur, dan mandi. Tidak tembus pandang, tidak bisa menembus ruangan, hanya saja dia memang tidak bisa menyentuh dan dilihat kebanyakan manusia lain (selain aku, Kenji-nii, dan Daniel).

Mine cuma ... ketakutan.

Berminggu-minggu 'terdampar' di suatu dunia yang tidak dikenalinya terlebih berwujud bak hantu, Mine merasa sendirian dan asing. Lebih parah dari itu, dia merasa manusia-manusia lain di sekitarnya berbahaya karena bisa menyakitinya kapan saja.

Meskipun sudah ada aku, Daniel, dan harapannya mengenaiku yang akan membuatkan cerita untuknya, tak lantas Mine terbebas dari rasa takut akut yang terus bergumul di hatinya.

Termasuk ketika dia mencoba 'suasana' baru. 'Dunia' baru.

Alasan bosan memang bukan sepenuhnya bohong. Tapi alasan terbesarnya lagi kenapa Mine sampai keluar dari zona nyamannya yaitu perpustakaan nomor dua adalah diriku.

Mine ingin tinggal dekat-dekat denganku karena tak tahan lagi dengan kesendirian dan kesunyian kala malam tiba.

Mine berhasil menembus perbatasan itu; gerbang sekolah menuju dunia yang lebih luas lagi. Berhasil. Namun dampaknya kemudian dia rasakan pada keasingan lain yang membabi-buta dan rasa waspada yang tak terkontrol lagi. Tapi Mine berusaha bertahan karena ada aku di sampingnya.

'Rumah yang terasa menyeramkan karena tidak ada Shiragami-kun di dalamnya'. Mine tak suka itu, dan lebih memilih menerobos ketakutannya pergi ke luar seorang diri demi berjumpa lebih cepat denganku.

Lebih cepat. Padahal dia bisa menunggunya.

"Maaf," kusangga kening membayangkan rasa takut Mine nyatanya lebih besar dari yang aku duga, "harusnya aku menyadarinya."

Sebenarnya aku tidak mungkin sadar tentang seorang gadis yang selalu ingin ada di sampingku.

Hiro tidak terbiasa dengan itu.

Mine menggeleng-gelengkan kepala. "Shiragami-kun sudah berusaha semaksimal mungkin. Aku-nya saja yang keras kepala dan terlalu tidak tahan dengan kesendirian."

Dia menampilkan senyumnya ke arahku dengan mata tertutup.

Lagi-lagi perasaan ini. Tak mampu memandang akibat rasa bersalah.

Kuulurkan tangan untuk menyentuh jari-jari di tangannya. "Aku janji. Mulai sekarang, aku akan selalu ada di sampingmu. Mine."

Mine semakin melebarkan senyum. "Iya, Shiragami-kun."

"Aku kan sudah memanggilmu dengan nama depan. Tidak adil kalau aku saja yang begitu."

Akhirnya kuutarakan juga.

Namun Mine tampak bingung. Atau pura-pura. "Begitu gimana?"

"Sudahlah."

Aku tahu dia hendak menggodaku.

Aku menyingkir dari tempat tidurnya, lagaknya ngambek. Dan persis di seperempat langkahku, Mine menginterupsi. "Jelasin yang jelas dong. Aku perlu tahu niat sesungguhnya Shiragami-kun yang sulit kau utarakan itu."

Tanganku mengepal. Kenapa rasanya begitu memalukan.

"Tidak jadi." Kulanjutkan langkah yang tertunda karenanya.

"Eh, tunggu." Mine keluar dari kasur, menggapai pinggangku. "Bilang lagi yang Shiragami-kun ingin bilang tadi."

Ck. Harusnya aku mengucapkannya di akhir obrolan agar tak bisa dia sanggah dan terlihat keren.

Aku mengatur kata-kataku. "Jadi begini, Mine. Aku pernah mendengarmu menyebut nama depanku berkali-kali ketika kau sedang tertidur. 'Hiro-kun', 'Hiro-kun', katamu. Nah, masalahnya, aku lebih suka dipanggil begitu jadi kau lanjut saja memanggilku 'Hiro-kun', oke?"

Kenapa malah panjang!

Sudahlah.

Aku melepaskan tangannya yang menangkap pinggangku lalu masuk ke kamar. Menguncinya!

Tapi suara tawa Mine tetap terdengar sampai ke dalam sini. "Hiro-kun astaga, lucu sekali."

Pada dasarnya, Mine itu jail.

Aku melihat di cermin dan kutemukan lagi wajahku yang merah entah karena apa.

Karena Mine-lah! Apalagi.

Besok paginya Mine menjelma menjadi manusia paling bahagia di dunia. Senyum lebar dan cerahnya sampai membuat Kenji-nii silau.

"Semalam kau diapakan Hiro?"

"Dipeluk."

Kenji-nii bersiul.

Dasar orang-orang gila!

Aku membawa sarapanku ke atas.

Mine bahkan sudah bersiap masuk sekolah. Hanya memakai seragam. Tanpa tas dan niat mengikuti pelajaran.

"Hiro-kun biasanya jalan kaki ke sekolah?" Mine bertanya ketika aku memakai sepatu.

"Memangnya naik apa lagi?" Jarak dari rumah ke sekolah tidak sejauh itu sampai harus naik kereta segala.

"Tidak punya sepeda?"

Aku mendongak menatapnya.

Mine memasang tampang bertanya.

"Punya," Kenji-nii menyahut dari arah sofa. "Dia punya sepeda."

"Bukan berarti aku mau menaikinya." Aku berdiri.

"Tidak bisa mengendarainya jangan-jangan?" Mine mencurigaiku yang tidak-tidak.

Aku kesal. "Ya bisalah."

Cukup sampai di situ. Aku tidak akan termakan niat jailmu, Mine.

"Tapi badanku masih lemas. Bakalan susah kalau dipaksakan berjalan jauh. Harus naik sepeda."

"Hiro, kau tega sekali terhadap perempuan."

Bisakah dua orang ini mulutnya dilakban?

Dan pada akhirnya, meski aku sudah melarangnya berpegangan padaku, Mine tetap melakukannya. Dia yang duduk di bangku belakang sepeda mengencangkan pegangannya ke tubuhku, membuatku kegelian karena sangat tidak terbiasa.

Fokusku jadi harus terbagi dua.

Kukencangkan saja laju sepedanya supaya cepat sampai ke sekolah.

Mine lalu protes sebab nyawanya serasa dilayangkan ke jurang.

Karena di situ sudah banyak murid yang berdatangan, Mine memintaku mengantarnya terlebih dahulu ke perpustakaan nomor dua.

"Terima kasih, Hiro-kun."

Tugas selesai, aku pun berjalan ke kelas dengan napas ngos-ngosan.

Belakangan ini agaknya aku banyak melakukan hal-hal aneh.

Karena Mine.

Tapi aku malah tersenyum.

Hiro-kun, ya?

"Sudah berpacaran?"

Daniel menghakimi kami ketika siangnya di perpustakaan. Dia masih duduk di kursi kepunyaan Mine, di hadapan kami.

Seperti biasa aku menulikan pendengaran sambil anteng pada posisi merebahkan kepala di meja. Kuduga Mine tengah menatapku, meminta bantuan sekaligus mencari kejelasan.

"Tidak ada yang mau mengonfirmasi?"

Memangnya apa yang perlu dikonfirmasi?

Mine tidak mengatakan 'aku menyukaimu, Hiro-kun' lagi. Aku apalagi. Tidak mungkin kan aku menyukai diriku sendiri?

Daniel terang-terangan mendecakkan lidah. "Tidak asyik, ah."

Dia lalu pergi meninggalkan kami berdua di meja ujung perpustakaan itu.

Suasana menjadi hening dan hangat.

Mine tetap duduk di kursi sampingku meski kursinya yang biasa telah pemilik palsunya tinggalkan. Tiba-tiba aku merasa akan ada sesuatu yang terjadi atas kegembiraan Mine yang belum pudar.

"Hiro-kun."

Kuabaikan sahutannya.

"Aku boleh mengucapkan kalimat yang mungkin ingin Hiro-kun dengar dariku?"

Masih kuabaikan ucapannya di tengah debar jantungku yang sudah menggila.

Kemudian.

"Aku mencintaimu. Mine."

Kepalaku berbalik ke arahnya, menatap wajahnya yang juga memerah, sama sepertiku setiap aku merasa malu atas perlakuan Mine.

"C-curang! Hiro-kun curang!"

Aku menertawakannya. "Memang apa yang akan kau katakan tadi?"

"Sama sepertimu!"

"Apa?"

"Aku ...."

"Aku tahu."

Aku berdiri, mengusap kepalanya lalu pergi.

Tidak kusangka, secepat ini, aku akan jatuh cinta pada seorang gadis.

Sialnya dia gadis fiksi.

Sudahlah.

Yang penting, aku mencintainya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro