Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

The End (Short Story)

Happy Reading!;;) 

          Aku menggigit bibirku yang memang sudah berdarah. Berusaha menahan rasa sakit yang menjalari sekujur tubuhku. Aku merinding. Mengingat bagaimana 4 jam kebelakang. Hanya 4 jam. 4 jam yang menghancurkanku hampir tanpa sisa.

            Nafasku tersengal. Peluh dan darah sudah bercampur menjadi satu. Air mata tak henti-hentinya keluar dari pelupuk mataku. Aku merasakan kepalaku pening. Pandanganku sedikit kabur. Dan yang paling parah adalah, badanku yang terasa semakin ringan.

            Lantai ini terasa semakin dingin. Lantai berwarna merah pekat darah. Tentu saja, itu darahku.

            Aku merasa semakin takut. Seakan jarak antara aku dan kematin hanya satu jengkal. Aku menyesali banyak hal. Banyak hal baik yang belum kulakukan maupun kuselesaikan. Apa ini yang orang-orang sebut dengan sekarat? Dimana kamu hampir mati, dan kamu melihat semua kejadian yang sudah kamu lalui di hidupmu seperti sebuah film.

            Isakanku hampir tak terdengar. Aku benar-benar takut. Aku takut mereka kembali menyiksaku. Aku takut aku tak bisa pulang dan menemui orang tua ku. Aku takut… takut akan banyak hal yang tak bisa kujelaskan.

            2 minggu yang lalu aku baru saja menjadi sarjana. Aku ingat betul, saat keluarga terutama orang tuaku tersenyum dengan bangga ke arahku yang berdiri di atas podium, aku adalah salah satu mahasiswi terbaik.

            Dadaku semakin sesak. Aku ingin menghapus air mata ini, tapi tak bisa. Tanganku bergetar hebat. Aku bahkan tak bisa mengendalikannya. Ketakutanku lebih terasa ketimbang rasa sakit yang menjalari sekujur tubuhku yang hampir membuatku mati rasa.

            Seharusnya, saat ini, aku sedang berada di kantor. Merintis karirku… seharusnya.

            Udara di sekitarku terasa semakin dingin di ruangan pengap ini. Ibu… maafkan aku. Maafkan aku yang belum bisa membahagiakanmu. Aku teringat senyum hangat wanita itu. Aku merasa sangat merindukan senyuman itu, padahal aku baru melihatnya tadi pagi. Aku takut, aku tak akan bisa melihatnya lagi. Sangat takut…

            Wajah lelah ayah yang selalu membuatku mengiba, membuatku semakin sesak. Dia ayah yang hebat. Dengan susah payah, ayah menyekolahkanku, membiayai pendidikanku hingga aku menjadi seorang sarjana. Belum lagi petuah-petuah ayah yang harus kuakui sangat bermanfaat.

            Mereka orang tua yang hebat. Jangan tanya seberapa besar aku menyayangi mereka. Aku juga teringat adikku. Satu-satunya saudara kandung yang aku punya. Dia sudah tumbuh menjadi remaja tampan yang mempesona. Dia bukan lagi adik kecilku yang merengek jika aku menjahilinya. Dia cowok hebat, dia selalu berusaha melindungiku dan ibu. Melindungi keluarga kami. Aku merasa menyesal, kadang bersikap tak baik padanya.

            Aku menangis. Saat waktumu hampir habis, dan banyak hal yang belum kau lakukan, tentu saja kau akan merasa sangat menyesal bukan?

            Setiap detik terasa begitu berharga untukku. Ya Tuhan, maafkan aku. Pandanganku semakin kabur. Di tengah ketakutanku, aku masih bisa mendengar mereka. Mereka yang tengah tertawa dengan begitu puas di ruangan sebelah. Aku merasa sangat marah. Namun, apa daya.

            Aku harus bangkit. Nyeri yang amat sangat melanda organ intimku, juga kedua lenganku yang terluka. Aku bahkan bisa melihat sedikit daging yang menyembul di lenganku. Sekujur tubuhku penuh luka sayatan dan juga darah.

            Aku tak tahu bagaimana pantulan wajahku di cermin. Aku tak ingin tahu. Luka itu semakin menyiksaku. Dengan susah payah, aku berhasil menggerakkan tanganku. Menyentuh wajahku yang aku yakin terlihat sangat menyeramkan. Banyak luka disana-sini, luka sayatan pisau.

            Aku merasa semakin ringan. Pandangan dan pendengaranku pun seperti tak lagi berfungsi. Sesak itu tak kunjung pergi. Kejadian yang telah kulewati selama ini terus berputar seperti film.

            Aku yang baru masuk TK. Perayaan ulang tahunku. Kelahiran adikku. Saat aku tengah bercengkrama dengan keluargaku. Ya Tuhan.

            Aku belum bisa membahagiakan orang tuaku. Aku belum bisa menepati janjiku untuk memberangkatkan ayah dan ibu ke tanah suci. Aku masih ingin ada di samping adikku. Membantu nya mengerjakan tugas sekolah. Menjadi kakak yang baik untuknya. Aku…

            Aku juga teringat kekasihku. Apa dia akan sedih saat aku pergi? Apa dia akan melupakanku? Tawa nya yang sehangat mentari pagi untukku. Bagaimana dengan impian kami untuk membina rumah tangga? Aku menelan ludah getir.

            Mengingat bagaimana tadi kesucianku terenggut orang mereka yang bengis. Hatiku sakit. Kesuciaan yang selama ini aku pertahankan untuk suamiku kelak. Aku gagal… aku telah gagal.

            Aku tak ingin melihat orang-orang yang aku sayang meneteskan air mata di hari pemakamanku. Tidak. Itu menyiksaku. Terlebih lagi… ibu. Aku tak ingin melihat wanita itu terluka karena gadisnya meninggal dengan cara mengenaskan. Aku tak bisa membayangkan bagaimana kemarahan dua pria yang paling aku sayang di dunia ini. Ayah dan adikku.

            Dengan tenaga yang tersisa, aku berusaha bangkit. Namun, tak bisa, tubuhku malah terasa semakin tersiksa. Aku terus berusaha, hingga akhirnya aku menyerah. Hingga akhirnya aku pasrah. Aku akan menerima semua ini dengan ikhlas.

            Aku memutuskan untuk berdamai. Berdamai dengan kematian, dengan malaikat yang akan menjemputku. Aku ingin pergi dengan tenang. Aku tak ingin menyesalinya…

            Aku tak lagi berusaha. Aku hanya kembali bernostalgia. Memikirkan mereka yang aku sayang dan kucinta. Apa mereka akan merasa sedih? Apa sahabat-sahabatku akan menangisiku? Apa mereka akan merasa kehilangan?

            Aku berhenti. Berhenti untuk membuat pertanyaan yang tak akan bisa kujawab saat ini. Karena, jawabannya nanti, saat pemakamanku terjadi.

            Aku menggumamkan apa saja, ayat-ayat yang terlintas di benakku. Air mata tak jua berhenti mengalir. Aku tak berusaha membendungnya. Dan hatiku kini terasa damai. Seperti beban yang begitu berat menyiksaku tadi sudah menghilang.

            Aku terus berdoa. Memohon maaf juga ampunan. Wajah orang-orang yang aku sayang semakin lekat di benakku.

            Saat kau tidak bisa memerangi sesuatu, maka yang harus kau lakukan adalah berdamai bukan?

            Dan hal terakhir yang aku lihat sebelum semuanya menggelap adalah, senyuman mereka yang kusayang.

***

Penemuan mayat perkosaan

            Kemarin, ditemukan sesosok mayat gadis muda yang disekujur tubuhnya terdapat luka sayatan. Polisi segera membawa dan mengidentifikasi mayat itu. Diduga, gadis ini merupakan korban perkosaan yang mengerikan.

            Polisi berhasil mengidentifikasi mayat tersebut sebagai Ananda Pradita Qeenanti. Wajah cantik korban hampir tak dikenali oleh pihak keluarga karena banyaknya luka sayatan.

            Tak lama setelah itu, polisi berhasil meringkus para pelaku yang berjumlah 6 orang. Keenamnya merupakan orang yang sudah lama memerhatikan gadis ini.

            Menurut pengakuan mereka, penyiksaan itu terjadi selama 4 jam. Gadis itu diculik saat di tengah perjalanan menuju ke kantor. Lalu, para tersangka membawa korban ke rumah milik salah satu tersangka. Disana, korban tidak hanya diperkosa secara bergiliran, namun juga disiksa dengan cara yang mengerikan.

            Di sekujur tubuh korban, di temukan luka sayatan. Para tersangka meninggalkan korban di kamar setelah menyiksanya. Dan saat mereka kembali, alangkah terkejutnya mereka menemukan si korban sudah tak bernyawa. Karena panik, mereka memutuskan untuk membuang mayat korban di depan sebuah pusat perbelanjaan saat malam hari.

            Para tersengka terancam hukuman seumur hidup. Belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait dengan kasus ini.

***

            Duka menyelimuti pemakaman Dita. Sahabat-sahabatnya tak kuasa membendung kesedihan mereka. Kekasih Dita, Arkan, bahkan terlihat amat terpukul. Keluarga besar Dita berduka. Dita adalah salah satu anggota keluarga kebanggan mereka. Gadis cantik, dengan kepribadiannya yang mempesona.

            Ibu Dita tak sadarkan diri berkali-kali bahkan sebelum tubuh gadisnya di masukan ke liang lahat. Wanita paruh baya itu menangis seperti orang kerasukan. Dia begitu terkupul dengan apa yang menimpa anaknya.

            Ayah dan adik Dita tak henti-hentinya menguatkan ibu Dita. Dua pria itu berdiri menjulang mengapit satu-satunya wanita yang tersisa di keluarga kecil mereka.

            Keadaan ayah Dita tak berbeda jauh dengan istrinya, hanya saja dia terlihat lebih bisa mengendalikan diri, mungkin karena statusnya sebagai kepala keluarga. Tetapi, pria itu tak bisa menahan air mata yang terus mengalir, kepergian gadis kebanggaannya itu adalah suatu hal yang amat berat. Tetapi, pria itu tahu, mereka harus ikhlas.

            Davi, adik Dita, terlihat begitu lemas, mata cowok itu memerah. Dan ketika tubuh kakak tercintanya tertimbun tanah merah, dia kembali menangis. Menangisi kakak yang begitu dia sayang. Kakak kebanggaannya.

            Dan hari itu, adalah hari yang tak dapat dilupakan oleh orang-orang yang menyayangi Dita. Keluarganya, sahabatnya, kekasihnya, bahkan orang-orang yang tak begitu dekat dengannya pun ikut merasa kehilangan.

            Dan kini, terjawablah semua pertanyaan Dita.

Tamat.

***

Tysm for your reading!! Please leave comment or vote.

Please leave your trail. 

Will be more happy if you give suggestions or criticism<3<3.

Thank you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro