XXX
Setelah satu minggu yang menyiksa dengan punggung yang terus menerus berdenyut dengan rasa sakit, kamu mungkin berpikir Cass akan berpikir dua kali sebelum melanggar beberapa aturan yang telah ditetapkan Kaisar.
Sayangnya logika itu sepertinya gagal dipelajari Cass dengan spektakuler. Karena sekali lagi Cass baru saja menyelinap melalui lorong di tengah malam. Cass bergerak dengan kepercayaan diri yang tak terbantahkan seolah dia berhak berjalan di lorong-lorong itu.
"Tidak perlu bersembunyi Griseo Marinus, kamu bisa bergabung denganku jika kamu mau," ucap Cass bahkan tidak menghentikan langkahnya atau menoleh melalui bahunya.
"Bagaimana kamu tahu?" tanya Nero yang akhirnya keluar dari bayang-bayang, tidak terlihat bahagia sama sekali karena gadis yang seharusnya menjadi tanggungjawabnya telah menyelinap melalui pengawasannya.
"Kenapa begitu terkejut?" balas Cass, dia melirik pria yang sekarang berjalan sedikit di belakangnya.
Cass tidak akan mengatakan mereka berteman tapi satu minggu terakhir setidaknya mereka telah mencapai semacam kesepakatan bersama. Cassia tidak akan ikut campur urusannya, dan sebagai gantinya Griseo Marinus akan meninggalkannya sendirian.
Itu berjalan dengan cukup baik di antara mereka, meski jika Cass berani mengakuinya dengan jujur, dia berharap Griseo Marinus akan mencoba dengan lebih keras untuk mengenalnya. Terutama karena sarannya terakhir kali tentang membuka diri dan biarkan orang untuk mengenalnya dengan lebih baik. Untuk alasan yang tidak dapat Cassia mengerti, dia ingin mencoba.
"Benar, seharusnya itu tidak lagi mengejutkanku," ucap Nero pelan, sarkasme begitu kental di suaranya. Itu membuat Cass sedikit tersenyum.
"Jangan terdengar begitu kecewa, Griseo Marinus," ucap Cass jelas menikmati dirinya sendiri, "Aku gadis yang penuh kejutan."
"Aku bahkan tidak akan berdebat tentang itu." Mereka terdiam sesaat sebelum Nero kembali berkata, "Ke mana tepatnya kita pergi?"
Cassia mengedikkan bahu dengan ringan, gerakan itu menyebabkan gema rasa sakit di punggungnya. Luka cambuk itu telah sembuh sepenuhnya tapi bahkan setelah delapan hari, sisa dari rasa sakit itu masih membekas. Untungnya Cass sangat pandai mengabaikan rasa sakit itu.
"Menurutmu ke mana kita pergi?" ucap Cass, seringai bermain di mulutnya. Orang yang melihatnya sekarang tidak akan pernah menebak kalau satu minggu yang lalu gadis itu baru saja hancur.
"Aku tidak tahu, tapi entah mengapa aku punya firasat kalau aku tidak akan menyukainya," gerutu Nero saat mereka melangkah keluar dari bangunan tempat tinggal Gadis Merpati.
"Jangan terlalu tegang. Secara teknis aku diizinkan untuk jalan-jalan dan mencari udara segar, terutama jika aku membawa Griseoku bersamaku."
Cass menelengkan kepalanya, melihat ke arah langit gelap di atasnya. Pepohonan yang memisahkan ruang mereka dari gurun pasir di ujung lain berdesir karena angin yang bertiup dengan kencang. Angin gurun di Thorunam tidak pernah ramah, badai pasir di sini lebih ganas dari momok paling liar di mimpi buruk seseorang.
"Hanya saja aku ragu kita berada di sini untuk mencari udara segar," balas Nero, sudah menyerah untuk keluar dari masalah. Pria itu telah belajar dengan cepat bahwa berada di sekitar Cassia Salvius berarti masalah.
"Tentu saja itu yang kita lakukan," jawab Cass hiburan di suaranya tidak mungkin disembunyikan, "itu dan banyak lagi."
Nero mengikutinya tanpa pertanyaan setelah itu, hanya berhenti dan meraih bahu Cassia saat mereka mengarah ke hutan. Cass mendesis pada kontak yang begitu tiba-tiba, punggungnya masih sakit bahkan dia belum tidur dengan benar. Kebanyakan dia akan berbaring miring atau tidak tidak tidur sama sekali karena lebih suka membuang waktunya di perpustakaan.
"Kitu tidak seharusnya pergi ke sana, apakah kamu sama sekali tidak memikirkan konsekuensi dari apa yang kamu lakukan?" desis Nero dengan geram.
Cass menyipitkan matanya, sama sekali tidak suka dengan nada menggurui yang digunakan padanya. Cass tahu ada sihir di sekitar sini. Dia tahu keluar sama sekali tidak mungkin jika dia tidak menemukan jalan yang benar, saat ini dia masih mengerjakan jalan itu. Dia mengambil risiko saat mengeluarkan Sabina dan Griseo Pollux. Sihir apa pun yang ditempatkan Kaisar di sini akan mendeteksi seseorang yang tidak seharusnya melintasinya. Itu tidak masalah untuk Sabina dan Griseo Pollux karena mereka sama sekali tidak berniat untuk kembali, tapi Cass punya pekerjaan yang belum selesai di sini.
"Apakah itu kekhawatiran yang kamu tunjukkan untukku? Manis sekali, jangan sampai Kaisar salah mengira kalau Griseonya jatuh untuk Gadis Merpati sekali lagi." Cass membalikkan punggungnya sehingga dia bisa melihat Nero sepenuhnya.
Nero mundur selangkah, bibirnya setengah terbuka sebelum akhirnya dia berhasil membalas kata-kata Cassia. "Itu tidak lucu! Kita tidak seharusnya berada di sini."
Cass mengharapkan Nero untuk mendengus dan menyangkal pernyataan kurang ajar itu dengan cepat tapi detik keraguan itu membuat Cass bertanya-tanya. Apakah itu benar? Apakah dengan cara yang kacau dan tidak masuk akal Nero peduli padanya?
Itu seharusnya tidak masalah, itu tidak berarti apa-apa untuknya. Namun, pikiran itu entah bagaimana terasa nyaman di perutnya. Seperti api kecil yang menghangatkan bongkahan es yang telah membeku selama bertahun-tahun. Cass tidak akan pernah mengakuinya dengan lantang, tapi dia menginginkan itu. Pengakuan dan pengertian dari seseorang. Dia ingin memiliki orangnya sendiri. Memiliki seseorang yang dia tahu akan berdiri di sisinya tidak peduli apa yang dia lakukan.
Tetap saja, keinginan hanyalah itu, keinginan. Itu tidak bisa menjadi nyata hanya karena kamu menginginkannya.
"Dia ada benarnya," ucap suara asing yang tiba-tiba bergabung bersama mereka. Cass melihat tubuh Nero yang berubah menjadi tegang, bersiap untuk menyerang seseorang yang sekarang berada di belakang Cass. "Kamu tidak memberi tahuku kalau akan ada yang bergabung bersama kita. Apakah dia bisa dipercaya atau aku harus membunuhnya sekarang dan selesai dengan itu, Nona?"
Cass tidak bisa menahannya, dia tertawa saat melihat wajah Nero yang memelototinya. Dia bertanya-tanya apa yang dia pikirkan sekarang?
"Kamu tahu aku tidak mempercayai siapa pun Perwira Petrus. Namun, tidak perlu bersikap begitu drastis. Griseo Nero Marinus di sini hanya untuk memastikan keselamatanku," jawab Cass.
Pria itu mendengus dengan tidak senang, tapi tidak tidak banyak yang bisa dia katakan. Bagaimanapun dia tahu Nona Cassia akan melakukan apa pun yang ingin dia lakukan hanya untuk membuat orang lain merasa tidak nyaman.
"Ayahmu memiliki pesan untukmu," ucap pria itu menarik perhatian Cass. Dia akhirnya berbalik untuk melihatnya, memberi isyarat bagi kedua pria di sana untuk masuk lebih jauh ke dalam hutan. Menginginkan sedikit penutup dari mata yang ingin tahu.
"Aku yakin dia pasti punya," balas Cass terdengar tidak peduli.
"Dia ingin kamu ingat betapa pentingnya ini, dan tidak mengacaukannya."
"Aku tidak mengacaukannya, aku hanya membuat ini lebih menarik," jawab Cassia tenang, dia tidak harus menjelaskan dirinya sendiri. Dia tidak pernah senang ketika seseorang mencoba menyuruhnya masuk ke dalam barisan.
"Dengan membuat Kaisar marah hingga memberimu hukuman cambuk?" tanya Perwira Petrus, ketidaksetujuan menggelapkan matanya.
"Aku melakukan apa yang diperlukan, dan karena Ayahku tercinta memintaku menunggu, ini semakin menyebalkan." Cass bersandar di salah satu pohon, angin malam menggerakkan surai emasnya. Tidak cukup cahaya untuk melihat masing-masing dari mereka tapi cukup untuk melihat ke dalam siluet saat mereka saling melotot. "Lagi pula aku pikir kamu berutang ucapan terima kasih padaku."
"Jangan mendorongku, kamu tahu kita impas. Aku tidak berutang apa pun padamu," ucap Perwira Petrus tajam, Cass tersenyum sinis.
Perwira Petrus adalah seorang pria dengan haknya sendiri. Tangan kanan dan orang kepercayaan Ayahnya. Satu-satunya orang yang akan dikirim Ayahnya untuk mengurus masalah sensitif seperti mengembalikan Cass ke barisan. Ingatkan tujuannya. Sayangnya Ayahnya tidak pernah tahu tali apa yang Cass miliki pada Perwira Petrus untuk membuatnya sejalan dengan keinginannya.
"Diucapkan dengan begitu berani, setelah semua upaya untuk mengeluarkan dia dari istana. Dia kembali di dalamnya! Apakah kamu bahkan tahu?" Pria itu mengatupkan bibirnya. "Jadi kamu memang tahu."
"Itu tempat yang paling aman. Kamu tahu bagaimana Ivory akan berakhir di luar sana. Bekerja sebagai pelayan Gadis Merpati adalah pilihan terbaik, tidak ada orang yang cukup bodoh untuk mengganggu dinamika di sini. Kalian praktis terisolasi dari dunia," jawab Perwira Petrus dengan keras kepala. Bersi keras pada pendiriannya.
"Memang benar, tapi itu tidak lagi aman saat Fara mencoba bermain pahlawan dan menjadi boneka untuk Pemberontak Rivive," ucap Cass tajam. Fara adalah teman di masa mudanya, pernah menjadi seseorang yang akan Cass lindungi dengan cara apa pun, tapi dia tidak bisa menjadi gadis itu lagi. Cass tidak mau menjadi gadis itu lagi.
"Dia bukan Boneka Rivive, kamu tidak memanfaatkan orang seperti—" Nero mulai tapi Cass mengangkat tangan untuk menghentikannya.
"Ohhh? Apakah mereka tidak? Aku lihat mereka dengan sangat jelas memanfaatkan kepatuhanmu. Biarkan orang-orang bodoh itu mengorbankan leher mereka. Untuk apa? Untuk tujuan yang lebih besar? Siapa yang peduli dengan tujuan yang lebih besar saat mereka mati?" jawab Cass, emosi menerobos dari lemari tempat dia menyimpan semua kemarahan terpendam itu.
Nero menutup mulutnya, tidak memiliki argumen yang cukup baik untuk membantahnya.
"Fara tidak akan bergabung dengan pemberontak," ucap Petrus, tapi keraguan membuat penyangkalannya goyah.
"Kalau begitu kamu tidak mengenal putrimu sama sekali. Aku tidak bisa menjadi tamengnya lagi. Aku tidak bisa menggertak orang-orang untuk menyelamatkan dia lagi. Seperti yang kamu katakan kita impas. Aku tidak pernah berutang apa pun padamu.
"Sekarang kenapa kamu tidak memberikan saja apa yang harus kamu berikan dan kemudian pergi? Aku yakin kamu tidak seharusnya berada di sini begitu lama," ucap Cass mulai tidak sabar. Punggung yang sakit hanya menjadi faktor lain untuk membenci pertemuan ini.
Perwira Petrus mengalah dengan enggan, tidak ada gunanya menyangkal kata-kata Cassia. Dia mengeluarkan kantung kain serut yang terikat di ikat pinggangnya dan menyerahkannya pada Cassia.
"Di mana dia sekarang?" tanya Perwira Petrus saat Cass mengulurkan tangan untuk mengambilnya.
"Di tempat yang aman, aku hanya akan mengatakan itu. Terserah Fara untuk memberi tahumu atau tidak di mana dia sekarang," jawab Cass, dia segera menyelipkan kantung itu di balik kain stolanya.
"Baik aku rasa itu adil. Aku ingin mengatakan untuk berhati-hati tapi itu hanya akan sia-sia."
"Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja," ucap Cass nada menggoda kembali ke suaranya.
Perwira Petrus tidak mengatakan apa-apa lagi saat dia berbalik dan menghilang lebih jauh di antara pepohonan.
"Jadi? Tentang apa semua itu?" tanya Nero ketika yakin hanya mereka berdua yang tersisa.
"Apakah kamu benar-benar berharap aku akan menjawab itu?" tanya Cassia yang sudah bergerak untuk keluar dari hutan.
"Tidak, aku bahkan tidak tahu kenapa aku repot-repot bertanya."
***
Yay update!!!
comments please :)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro