Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XXVIII

Rasa sakit menembus punggung Cassia saat dia meringkuk di sudut kamarnya. Lantai yang dingin hampir tidak terasa saat rasa sakit yang mencabik-cabik daging di punggungnya begitu tajam. Dia pernah merasakan rasa sakit fisik sebelumnya, pernah menderita beberapa luka yang disebabkan karena pertarungan sembrono yang dia dapatkan di masa mudanya. Namun bukan rasa sakit seperti ini. Ini baru untuknya, dan jika Cass jujur pada dirinya sendiri, dia tidak mengharapkan hukuman sebanyak ini.

Cassia berusaha untuk mengatur napas yang keluar masuk melalui mulutnya. Menahan desis dan rengekan rasa sakit keluar sama sekali. Jatuh dan terluka, Cass tidak akan membiarkan pertahanannya longgar. Dia bisa mengambil lebih banyak, dia tahu dirinya lebih kuat dari ini.

"Ini tidak harus seperti ini," ucap suara halus yang membuainya ke dalam rasa aman yang salah.

Cass tidak mengatakan apa pun, fokus pada pernapasan dan denyut rasa sakit yang menyiksa di punggungnya. Berpegang pada tekad semata untuk mengingat setiap detik menyakitkan yang dia lalui. Bersumpah dia akan membuatnya membayar pada akhirnya.

"Aku hanya ingin kamu aman. Kamu terlalu berharga, Burung kecil." Jari lembut menyentuh pipinya, mengusap jejak air mata yang gagal dia tahan.

Mata biru Cass tersentak pada pria yang menyentuhnya, mengangkatnya dengan lembut dari posisinya yang tersungkur di lantai. Kelembutan di wajah Kaisar berbading terbalik dengan genggaman erat jari di tangan lain yang memegang cambuk.

Mungkin Cass salah selama ini. Kaisar sama sekali bukan pria. Bahkan bukan monster juga. Sesuatu yang lebih buruk dari itu mengintai di kedalaman mata gelap Kaisar. Cass mempertimbangkan untuk sesaat, apakah dia harus mengatakan sesuatu? Namun rasa sakit yang dia rasakan saat ini tidak akan membuatnya dapat berpikir jernih, yang terbaik untuk saat ini adalah tetap diam sampai kegelapan itu mundur.

"Kita harus menyelesaikan hitungan itu," ucap Kaisar, jarinya masih menyentuh pipi Cass dengan kelembutan yang memuakkan.

Cass tidak mengakui kata-katanya, tapi dia juga tidak membantah. Tidak menolak saat Kaisar membantunya kembali dalam posisi berlutut. Telapak tangan Cass ditekan ke lantai, menahan berat tubuhnya saat dia sedikit membungkuk ke depan dengan lutut yang bertumpu pada lantai.

"Ini akan membantumu belajar untuk mengikuti perintah. Dan kamu akan mengambil semuanya karena jauh di dalam dirimu, kamu tahu kamu pantas mendapatkannya," ucap Kaisar, membakar telinga Cass.

Gadis itu masih tidak mengatakan apa-apa. Mata lurus menatap lantai dengan leher tertekuk dan kepala yang tertunduk. Cass hanya berfokus pada pernapasan. Abaikan saat Kaisar kembali bergerak di belakangnya.

Satu ambil. Dia akan melewati ini dan selamat. Dua lepaskan. Dia akan keluar dari ini dan menjadi lebih kuat. Tiga ambil. Dia akan bangkit dari rasa sakit dan tak terhancurkan. Empat lepaskan. Dia akan membunuhnya.

Pikiran itu pecah saat cambuk memecahkan dagingnya yang telah hancur. Seratus cambukan. Itu hukuman yang dia terima karena melanggar perintah langsung Kaisar. Lebih buruk dari yang Cass harapkan tapi tidak seburuk itu. Cass tahu itu bisa jadi lebih buruk. Untuk alasan yang Cassia tidak mengerti, Kaisar telah menahan hukuman yang harus dijatuhkan. Dia akan mencari tahu pada akhirnya, tapi untuk detik ini dia hanya harus bertahan melalui setiap rasa sakit ini.

Cambuk lain menyengat punggungnya. Cass berjuang dengan gigi yang terkatup. Dia tidak akan berteriak. Tidak akan merengek. Dia tidak akan memberikan kepuasan itu pada pria yang telah memegang begitu banyak kekuatan. Cass tahu rasa sakit. Selain racun yang telah dis konsumsi secara teratur, dia juga tidak asing dengan serangan fisik.

Ayahnya pernah mengangkat tangannya beberapa kali padanya. Para Onyx saat dia tumbuh besar tidak ragu menargetkan dirinya. Tapi dicambuk seperti ini benar-benar tingkat yang ekstrem bahkan untuk Cass.

"Kamu tidak akan melanggar perintah langsung dariku lagi!" Satu lagi cambukan bertemu dagingnya. Kaisar jelas tidak terburu-buru dengan hukuman ini.

Cass mungkin kesakitan dengan kepala berkabut dan fokus kabur, tapi dia sama sekali tidak kehilangan hitungan. Dia telah jatuh ke lututnya pada hitungan ke dua puluh tujuh. Lengannya gagal menahannya di hitungan ke empat puluh delapan. Kaisar membantunya kembali tegak sebelum meneruskan hitungan. Itu sampai pada tujuh puluh dua saat sikunya tertekuk lagi dan dia meringkuk di lantai. Kaisar harus membantunya sekali lagi, dua puluh cambukan berjalan sebelum akhirnya dia gagal lagi. Itu menyisakan delapan setelah Kaisar sekali lagi membantunya duduk dengan lengan yang bertumpu di lantai. Dia telah mengambil tiga cambuk setelah itu. Hanya tersisa lima.

"Aku mengharapkan sebuah jawaban," ucap Kaisar diikuti satu cambukan, Cass memaksa kata-kata kembali tenggelam. Dia tidak akan naik pada umpan.

Saat semua ini berakhir, Kaisar akan belajar satu hal tentang dirinya. Bahwa Cassia Salvius tidak mudah pecah. Cassia Salvius mustahil untuk dihancurkan.

Empat lagi, pikir Cass muram. Pandangannya kabur entah karena air mata yang menggenang dari menahan rasa sakit atau karena kehilangan terlalu banyak darah, Cass tidak tahu yang mana.

Retakan cambuk mengoyak punggungnya. Kemudian lagi.

Tersisa dua. Dia bisa mengambilnya. Lakukan ini tanpa satu pun rengekan yang memilukan.

"Aku akan sangat kecewa jika kamu gagal mempelajari apa pun dari ini," ucap Kaisar dengan tepi ketidak sabaran yang semakin jelas di suaranya yang lembut. Cambuk lain, lebih keras dari sebelumnya membuatnya tersentak. Itu menghapus udara dari paru-parunya, memaksa suara tercekik keluar dari tenggorokan Cass yang masih sakit.

Satu lagi. Itu satu-satunya fokus Cass sekarang.

Cambuk lain mengenai punggungnya. Rasa sakit membelahnya tapi akhirnya bahu Cass sedikit terkulai.

"Aku tidak ingin kamu memaksa tanganku untuk memberikan hukuman seperti ini, Burung kecil." Satu cambukan lagi menghancurkan punggung Cass, membuatnya mendesis. "Bersumpah kamu tidak akan menentang perintah langsung dariku lagi!"

Cass menarik napas dan mengangkat kepalanya, melihat melalui bahunya untuk bertemu dengan tatapan gelap Kaisar. Saat kata-kata meluncur dari bibirnya yang pucat.

"Itu seratus satu," ucap Cass, napas lemah berkibar melalui bibirnya yang bergetar.

Kaisar tidak mengatakan apa-apa, mata menyipit saat dia menjepit Cass yang hancur dan berdarah di bawah kakinya.

"Aku menyadarinya," ucap Kaisar tenang, tidak ada yang bisa Cass katakan tentang itu. Bukan penolakan atau pun keadilan.

Pesannya jelas. Kaisar adalah hukum itu sendiri. Jika dia memutuskan seratus menjadi seribu itu tidak masalah. Dia memegang kekuasaan. Dia seharusnya mendengarkan apa yang dia perintahkan.

"Kamu seharusnya tetap di kamarmu saat aku menyuruhmu melakukan itu."

"Aku ingin menyampaikan beberapa kata terakhir, jika Tuanku mengirimku bersama beberapa Griseo, keselamatanku tidak akan pernah dipertaruhkan," ucap Cass, suaranya bergetar dan bergerigi. Dia hanya satu jengkal dari ambruk sekali lagi.

"Apakah kamu menyalahkanku?"

Cass bisa mendengar ancaman yang mengintai di balik kata-kata itu. Orang waras akan mundur dan menundukkan kepala. Sayang sekali Cass sama sekali bukan orang waras itu.

Senyum hantu mengangkat salah satu sudut mulut Cass dengan masam. Sebelum kata-kata yang hampir tidak dapat didengar meninggalkan bibirnya. "Aku tidak akan berani, Tuanku."

Kaisar mengabaikan nada tidak hormatnya, tapi pengetatan cengkeraman jari-jari pada pegangan cambuk memberitahu Cass cukup informasi. Kaisar tidak suka ditantang. Jika Cass tidak memainkan ini dengan hati-hati, dia akan mati. Sayang sekali dia tidak melihat jalan lain selain terus maju.

"Aku benar-benar berharap untuk membuatmu mengerti," ucap Kaisar, kilatan rasa sakit dan kerinduan melembutkan matanya yang keras sebelum itu tertutup sepenuhnya. Kaisar mundur, dan akhirnya keluar dari kamarnya.

Jadi sekarang itu hanya ada Cass, pikirannya, dan rasa sakit.

***

Astaga bab ini awalnya sama sekali tidak terpikirkan, tapi itu masuk akal. Kaisar tidak dikenal lembut, jadi maafkan aku untuk satu bab yang gelap. Kita akan bertemu lagi di kepala Nero, saat melihat Cass berdarah dan patah. Ahah, adakah yang penasaran seperti aku?

luv R


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro