XXVI
Meyakinkan Kaisar tidaklah mudah, tapi bukannya tidak mungkin. Cassia memikirkan pertemuan mereka sebelumnya, memperhatikan setiap emosi yang melintas di wajah Kaisar saat mengetahui salah satu gadis Menepatinya telah menipunya. Cass mengharapkan semacam ledakan kemarahan, atau penghinaan, tapi satu-satunya emosi yang terlihat jelas dari Kaisar Solarus adalah kekecewaan. Bukan karena pengkhianatan itu sendiri tapi karena sesuatu yang berharga telah disia-siakan.
"Aku benci menyingkirkan hal yang begitu berharga."
Itu adalah kalimat pertama yang Kaisar ucapkan pada Cassia saat mereka bertemu di kamarnya. Griseo pribadi Kaisar telah menjemput Cass secara langsung seolah Kaisar khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi padanya, mengingat Griseo Pollux telah ditahan.
Cassia tidak bisa menghilangkan merinding di kulitnya saat itu. Cara Kaisar mengucapkan kalimat itu seperti dia sedang menghitung kekayaan bukannya nyawa seseorang. Tidak banyak emosi yang terlibat di dalamnya, hanya perhitungan dingin yang mengingatkan Cassia pada dirinya sendiri.
"Berapa lama kita menunggu?" Griseo Marinus menggerutu di dekatnya, menarik Cass keluar dari perasaan tidak nyaman yang masih menggeliat di perutnya.
"Sebanyak yang diperlukan," jawabnya dengan tidak sabar. Ini alasan kenapa dia lebih suka bekerja sendiri, dia tidak pernah harus menjelaskan dirinya pada orang lain. Semakin sedikit orang yang terlibat, semakin sedikit kemungkinan sesuatu menjadi salah.
"Apa yang kita tunggu?"
Kata-kata Griseo Marinus kembali memecahkan keheningan di antara mereka, dan Cass mengembuskan napas lelah. Jika dia tidak menjawabnya, pria ini hanya akan terus menanyainya.
"Jam pergantian penjaga, itu peluang terbaik kita. Aku telah membayar seorang pelayan untuk memperlambat Griseo dari jadwalnya."
Itu bukan rencana yang sempurna tapi itu adalah rencana terbaik yang dapat Cassia kelola. Bagaimanapun itu membuat Cass tegang, ada banyak cara semua ini menjadi bumerang untuknya. Terlalu banyak orang yang terlibat. Terlalu banyak kemungkinan ini akan bermasalah. Namun dengan begitu sedikit kendali yang dia miliki, ini yang terbaik yang bisa dia lakukan.
"Dan kamu mempercayai pelayan ini?"
"Tidak. Dia bisa melakukan tugasnya tanpa harus tahu kenapa dia perlu melakukannya. Aku membayarnya cukup untuk menutup mulut, dan aku cukup yakin seorang pelayan Ivory tidak ingin terlibat dengan masalah kasta di atasnya. Dia tahu bahwa diam akan membuatnya aman, dan jika itu tidak cukup, rumor tentangku akan membuat dia berpikir dua kali untuk melintasiku."
Griseo Marinus tidak mengatakan apa-apa untuk beberapa menit ke depan, dan Cass menikmati keheningan itu saat dia duduk di mejanya. Mengabaikan keberadaan pria yang begitu tegang di seberangnya. Dia sedang menulis surat untuk ayahnya. Berita yang dia ungkapkan secara tersirat dan pertanyaan kapan dia harus bergerak. Jika itu terserah dia, dan jika dia tidak mengharapkan imbalan yang ayahnya janjikan, Cass akan menindaklanjuti rencananya begitu kesempatan muncul. Namun di surat terakhirnya Gubernur Gahar telah memperingatkannya untuk menunggu. Jadi sinilah dia menunggu seperti putri yang cantik dan patuh.
"Dan kamu baik-baik saja tentang itu?"
Cass akhirnya mendongak dari perkamen untuk bertemu dengan tatapan Griseo Marinus. Memiringkan sedikit kepalanya sehingga dagunya menonjol seolah dia tidak mengerti. "Tentang apa?"
"Rumor tentangmu."
Ada banyak rumor yang beredar tentangnya, mulai dari gosip yang beredar bahwa dia bukan putri kandung ayahnya sampai kabar yang tersiar bahwa sebenarnya dia memiliki sihir. Cassia tidak pernah peduli tentang semua itu, dan sebagian besar rumor terlalu konyol untuk dipikirkan. Namun beberapa yang lain memiliki kebenaran di dalamnya. Seperti fakta bahwa dia selalu membayar mereka yang berani menentangnya. Tidak peduli kasta mereka atau posisi mereka di dalam masyarakat dia selalu menghancurkan mereka yang berdiri menghalangi jalannya dan itu membuat sebagian besar orang menyingkir. Cass tidak memiliki sihir yang bisa digunakan untuk menaklukkan seperti Kaisar tapi dia memiliki caranya sendiri. Beberapa dibayar dengan uang dan beberapa dibayar dengan beberapa ancaman dan janji.
"Selama itu tidak menyakitiku, aku tidak melihat kenapa aku harus peduli," jawab Cass dengan nada netral. Itu adalah kebenaran. Dia meletakkan penanya, membiarkan tinta mengering sebelum dia menggulung suratnya.
"Bahkan jika itu tidak benar?"
Cassia mengedipkan matanya, menyatukan jari-jarinya dan membiarkan kepalanya bersandar pada mereka. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan. Membuat Griseo Marinus menyipitkan matanya dengan curiga.
"Apa itu kebenaran Griseo Marinus?" ucap Cass, sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas dengan senyum yang malas. Jika Cass jujur pada dirinya sendiri, dia akan khawatir karena terlalu menikmati membuat pria di depannya menggeliat. Ketertarikan dan perhatian seperti itu hanya akan berakhir dengan masalah dan seharusnya dia menghindarinya.
"Jadi itu tidak masalah jika itu benar atau selah selama itu menguntungkan untukmu?"
"Bukan itu yang aku maksud. Terlahir sebagai Gray kamu mungkin tidak akan mengerti ini."
Ketika pria di depannya menatapnya dengan kontemplatif, Cass menunggu. Dia lupa kapan terakhir kali dia benar-benar berbicara dengan seseorang. Sebagian besar pembicaraannya dengan orang lain adalah perintah dan beberapa hinaan terselubung. Kecuali saat dia bersama Mistress Valentina.
"Jadi apa yang kamu maksudkan?" Kebingungan telah mengerutkan dahinya, dan Cass mengangkat bahunya seolah semua ini tidak masalah. Pembicaraan ini tidak berguna.
"Benar dan salah hanyalah label. Itu hanyalah cara lain untuk memisahkan kita sama seperti kasta. Cara untuk menempatkan orang-orang sesuai dengan keinginan mereka yang menciptakan ketentuan itu. Untuk membuat kotak-kotak yang pas di dalam suatu masyarakat demi keuntungan mereka yang menetapkannya."
Kerutan semakin dalam di dahi Nero dan pria itu tanpa sadar meletakkan kedua telapak tangganya di atas meja rendah yang memisahkannya dari Cassia. Mencondongkan tubuhnya seolah dia merasakan tarikan yang tidak dapat ditolak dari wanita di depannya. Wanita yang telah menjadi misteri dan jelas akan menyeretnya ke dalam masalah jika dia tidak menjauh.
"Maksudmu, kamu percaya benar dan salah itu tidak ada? Begitukah?" ucap Griseo Marinus dan dari nada bicaranya Cass yakin pria itu tidak akan setuju dengannya.
"Sebaliknya, aku percaya benar dan salah, aku hanya tidak mengartikannya dengan cara yang sama. Itu hanyalah label, apakah kamu tidak setuju denganku Griseo Marinus?" Cass menaikkan kedua alisnya, seolah dia menantang prajurit di depannya untuk membantah.
"Aku tidak setuju. Seseorang yang tidak memiliki kompas moral cenderung menjadi monster. Benar dan salah dimaksudkan sebagai pegangan bagi seseorang untuk bertindak."
"Ohh, apakah begitu?" ucap Cass dan cemberut di mulut Griseo Marinus hanya mendorong senyumnya lebih lebar.
"Kamu jelas memiliki pikiran yang berbeda," ucap Griseo Marinus. Dia telah menegakkan tubuhnya kembali seolah akhirnya dia tidak lagi tertarik dengan perdebatan mereka.
"Memang," jawab Cass, dia melepaskan tautan jari-jarinya, dan sebagai gantinya membiarkan mereka tergeletak dengan santai di atas meja. Dia tidak menatap Griseo Marinus saat kembali bicara, "Jika seorang pria miskin mencuri gandum dari pedagang kaya untuk memberi makan anak dan istrinya yang kelaparan, dan dia tertangkap. Menurutmu dia bersalah?"
"Mencuri adalah hal yang salah."
Cassia mengangguk. "Jadi begitulah, tapi aku yakin pria itu yang mencuri tidak akan berpikir demikian. Baginya membiarkan anak dan istrinya kelaparan adalah hal yang salah dan mencuri adalah hal yang benar. Namun benar dan salah adalah label yang diciptakan oleh orang-orang yang memiliki kekuatan dan mayoritas dari masyarakat."
"Aku mengerti," ucap Griseo Marinus dengan kaku.
"Apakah kamu?"
"Kamu mengatakannya dengan keras dan jelas. Mereka yang memiliki kekuatan menentukan apa yang benar dan salah, tapi itu tidak berarti semua peraturan bisa diabaikan begitu saja. Beberapa hal adalah kesalahan tidak peduli apa pun alasannya."
"Mungkin memang demikian," jawab Cass sebelum dia akhirnya bangkit untuk berdiri. "Ayo, sudah waktunya untuk pergi."
***
Setelah bertahun-tahun akhirnya aku memperbarui ini.
Mereka yang ingin membunuhku karena menggantungkan cerita tolong mengantre dengan teratur.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro