XX
Hari-hari Cass tinggal di Istana telah membentuk pola rutinitas yang cukup membosankan. Dia akan bangun di pagi hari diikuti mandi dan sarapan sebelum dia harus berkumpul bersama Gadis Merpati lain untuk ceramah singkat Mistress Dianara dan pengumuman siapa yang diinginkan Kaisar untuk malam itu. Kehadiran Cassia tidak pernah diminta oleh Kaisar lagi sejak malam pertama itu. Di satu sisi Cassia merasa senang karena itu artinya tidak ada kemungkinan berbaring tak berdaya di ranjang besar Kaisar, tapi itu juga berarti dia tidak mendapatkan perhatian yang dia inginkan.
Komentar sinis Theodora tentang kurangnya kemampuan Cassia untuk menyenangkan pria juga tidak membantu. Sejauh ini Kaisar sepertinya benar-benar menikmati wanita jalang itu, karena dia satu-satunya yang diinginkan Kaisar setelah Cassia. Gadis lain sepertinya baik-baik saja dengan itu sampai batas tertentu, meski Cass juga tidak melewatkan kegelisahan gadis lain. Tidak ada yang tahu apa nasib mereka jika mereka tidak lagi diinginkan.
"Menurutmu, Kaisar akan meminta Theo lagi malam ini?"
Cassia menoleh pada gadis di sisinya yang membuat wajah kontemplatif. Dia masih merasa aneh menemukan gadis itu melekat padanya dari pada dengan yang lain. Laelia Cicero mungkin hanya sekitar satu tahun lebih muda darinya tapi gadis itu terlalu polos. Dia tidak pernah tumbuh di antara orang-orang licik dan serakah untuk kekuasaan. Tidak bisa melihat melalui tipu daya dan trik. Dia sepertinya melihat dunia dengan cahaya hitam dan putih, itu membuat Cassia iri.
"Aku pikir pada akhirnya Kaisar harus bosan. Bahkan vagina ajaib hanya bisa membawa seorang gadis sejauh itu."
Pipi Laelia memerah pada kata-kata vulgar Cassia, dan itu membawa senyum yang menggerakkan sudut bibir Cassia saat dia bisa mendengar Iovita dan gadis Ivory Laelia tersedak di belakang mereka.
"Kamu pikir begitu?" Laelia meliriknya dengan malu-malu, pipinya menjadi warna merah cerah.
Mengulurkan lengannya ke bahu gadis itu, Cass menariknya mendekat dan berbisik ke telinganya dengan penuh konspirasi. "Pria selalu menyukai petualangan. Kamu tahu? Seperti—"
Laelia mengerang dan menarik diri dari Cassia. "Hentikan! Aku tidak ingin mendengar!"
Cassia tertawa, mengangkat tangannya seolah dia tidak bersalah dan kemudian melanjutkan dengan serius. "Yang aku maksud adalah pria menginginkan wanita yang menarik. Seks mungkin bagus tapi itu bukan segalanya."
Gadis itu mengangguk dan Cassia puas. Dia tidak ingin gadis polos ini dicuci otak agar percaya bahwa keberadaannya hanya untuk sebuah kesenangan daging. Sejujurnya Cassia jarang bersimpati pada orang lain, tapi sulit untuk tidak menyukai Laelia, entah bagaimana gadis itu mengingatkan Cassia tentang kepolosannya sendiri yang telah lama hilang. Dia mungkin masih perawan tapi dia tahu semua cara untuk merayu dan menyenangkan pria. Dia telah berlatih untuk itu. Dibuat untuk itu.
"Bisakah aku mengatakan kebenaran padamu?"
Itu menghentikan langkah Cassia, menarik kembali perhatiannya, dan tanpa keraguan menjawab, "Kamu bisa tapi kamu seharusnya tidak."
"Kenapa begitu?" tanya Laelia, mata hijau cerahnya berkedip pada Cassia dengan kebingungan.
"Karena mungkin itu satu-satunya senjatamu melawan dunia, dan aku yakinkan kamu ... kamu tidak ingin menyerahkan itu padaku."
"Aku masih ingin. Aku tidak tahu harus mengatakan ini pada siapa lagi," jawab Laelia, mengalihkan matanya dari Cassia seolah dia malu untuk mengaku seperti itu.
"Baik, aku akan mendengarkan," jawab Cassia. Dia kembali meneruskan langkahnya.
"Aku takut ketika waktunya tiba Kaisar menginginkanku."
Cassia tidak langsung menjawabnya. Jatuh ke dalam ingatannya sendiri saat Kaisar memintanya hari itu. Apakah itu ketakutan yang membuatnya sulit bernapas? Apakah dia sama dengan Laelia? Mungkin begitu, tapi dia tidak akan pernah ingin orang lain tahu tentang itu.
"Apa yang membuatmu takut?"
"Semuanya aku rasa. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi dan itu membuatku takut."
"Bukankah kamu tahu apa yang terjadi di antara pria dan wanita—"
"Aku tahu itu, tapi bukan itu yang aku takut. Kita wanita ivory selalu tahu apa yang diharapkan dari kita pada akhirnya. Namun itu tidak sederhana seperti itu, bukan? Kamu dan Kaisar tidak melakukannya, dan meskipun Theodora sepertinya sangat senang menceritakan secara rinci apa yang bisa dilakukan Kaisar di atas ranjang, aku pikir itu juga tidak sesederhana itu. Ada sesuatu. Dan aku tidak tahu apa itu."
Itu benar-benar mengejutkan Cassia. Mungkin dia telah salah menilai Laelia dari tampilannya yang begitu polos. Jelas gadis itu juga melihat apa yang Cassia lihat. Ada alasan kenapa mereka ada di sini. Mereka hanya tidak tahu alasan itu.
"Apa yang kamu ingun aku katakan? Kebohongan yang menenangkan?" ucap Cassia pelan.
"Tidak ada. Aku hanya ingin memberi tahumu."
"Kaisar akan memintamu malam ini."
Cassia tidak tahu dari mana datangnya keputusan sembrono itu, tapi sekali lagi ada sesuatu tentang Laelia yang tidak bisa dia jelaskan. Sesuatu yang membuatnya tertarik dan bersimpati padanya. Dorongan untuk melindunginya. Cassia bisa mendengar napas Laelia yang tersendat beberapa saat sebelum kembali normal.
"Aku pikir pada akhirnya itu juga akan terjadi."
"Kamu tidak ingin tahu bagaimana aku bisa tahu?"
"Aku yakin kamu punya cara." Laelia terdiam sesaat, seolah dia mempertimbangkan sebelum kembali bicara, "Mau mendengar satu kebenaran lagi dariku?"
"Aku tidak bisa menghentikan kamu, 'kan?" ucap Cassia dengan nada menggoda, tapi di dalam dirinya dia bisa merasakan ketidaknyamanan tumbuh. Sudah lama sejak seseorang mempercayainya seperti itu. Dia tidak terlalu menginginkannya.
"Sejak kecil tidak pernah ada yang ingin menyakitiku. Ivory, Gray, Onyx, tidak satu pun dari mereka yang ingin menyakitiku."
Cassia tidak mengatakan apa pun setelah itu. Masih terjebak pada kata-kata Laelia. Tidak ada yang ingin menyakitinya. Perasaan bodoh yang dia rasakan untuk melindunginya. Sihir saat gadis-gadis memasuki kolam. Cass menggeleng, menolak untuk percaya pada kesimpulan yang di ambil otaknya. Itu tidak mungkin.
***
Ini hanya Chapter pendek maafkan aku. Aku akan berusaha untuk menulis lebih panjang di Chapter berikutnya. Btw apakah kalian mendapatkan kesimpulan yang sama dengan Cassia? Tolong tolong tolong aku mohon beri tahu aku di sini!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro