Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XII

"Ingin menemaniku minum, Griseo Marinus?"

Nero mengernyit pada suara lembut itu. Dia sebenarnya juga tidak yakin apa yang dia harapkan. Sabina Gracchus sepertinya berniat untuk membuat dirinya sendiri keracunan anggur. Yah Nero tidak bisa sepenuhnya menyalahkan gadis itu. Dia satu-satunya gadis yang tidak mendaftar untuk dipilih Kaisar. Hal seperti itu terkadang terjadi, dan biasanya itu tidak berjalan baik.

"Kamu tahu? Aku belum pernah minum anggur seenak ini." Dia menuangkan lebih banyak cairan merah ke dalam cangkir, meminumnya sekali teguk, dan mendesah seolah dunia runtuh di sekitarnya. Sementara itu Nero tetap diam, berdiri dengan kaku di sisi pintu. Pelayan gadis itu melirik Nero dengan gugup, seolah berharap dia akan menghentikan Sabina. Nero mungkin harus, bagaimanapun juga tugasnya adalah menjaga Gadis Merpati tetap hidup, dan sepertinya itu cukup banyak anggur untuk membunuh.

Menghela napas kalah Nero akhirnya mendekat ke meja rendah tempat Sabina memulai acara minumnya. "Anda sebaiknya tidur."

"Oh?" Gadis itu mendongak dan Nero masih terkejut pada warna violet matanya. "Satu cangkir lagi, dan mungkin akhirnya itu akan benar-benar membunuhku. Jadi aku tidak perlu—"

Kata-katanya terpotong saat dia mulai cegukan. Matanya merah meskipun dia tidak menangis, begitu juga pipinya. Nero tidak tahu bagaimana gadis itu bisa tidak pingsan, mungkin akhirnya Nero menemukan lawan minum yang layak untuk Rufus. Tanpa peringatan Nero mendorong gelas menjauh darinya, mengangkatnya tanpa peringatan. Sabina lemas di pelukannya seolah dia telah kehilangan semua pertarungan yang tersisadi dalam dirinya. Nero merasa kasihan. Itu pasti sangat mengerikan diambil begitu saja dari hidupnya tanpa persetujuan.

Gadis Ivory yang menjadi pendampingnya menguntit di belakang Nero. Bergegas untuk membuka selimut bulu saat Nero mulai membaringkan gadis yang setengah sadar di kasurnya.

"Anda bisa meninggalkannya," ucap pelayan itu prihatin. Nero menggangguk, kembali ke ruang pertama yang memisahkan tempat tidur dari pintu masuk. Dia menyeret salah satu bulu ke sudut, memastikan dia mengambil yang lebih kecil dan menyisakan satu yang lebih tebal untuk gadis pelayan tidur. Dia hanya harus menutup mata beberapa saat sebelum harus kembali berjaga.

Berbaring di atas bulu lembut, Nero tidak bisa menghentikan pikirannya yang berkelana. Bagaimana dia baru saja terobsesi pada gadis dengan rambut emas dan mata biru paling dingin yang pernah dia lihat. Dia ingin bertanya, ingin tahu apa yang ada di kepalanya, apa yang membuat gadis itu begitu berani. Nero penasaran dan itu mungkin akan menjadi kejatuhannya. Saat dia melihat pembangkangan Nona Cassia Salvius, itu seperti melihat kilat sebelum guntur. Cerah dan menyilaukan.

"Apa yang dia pikirkan untuk menantang Kaisar seperti itu?" gumam Nero pada malam dan dia masih terkejut bahwa Kaisar tidak melakukan apa pun tentang itu.

Pada awalnya Nero pikir Gadis Merpati akan menjadi sekumpulan gadis manja yang berebut untuk menyenangkan Kaisar atau gemetar untuk lolos dari murkanya. Semua ini—sangat tidak terduga. Ada Nona Theodora yang sepertinya sangat yakin akan memenangkan hati Kaisar. Sabina yang enggan dan putus asa. Nona Rhea bagaimanapun bersikap tidak peduli, dan Laelia sepertinya hanya bingung dengan apa yang harus dilakukan. Lalu ada Nona Cassia yang sepertinya ingin mencari kematian. Mungkin Griseo tidak berada di sini untuk melindungi para gadis dari serangan luar, tapi melindungi mereka dari diri mereka sendiri.

"Anda sepertinya terkejut Griseo Marinus."

Gadis pelayan itu muncul dari sisi lain ruangan, bergerak ke tempat lilin, memadamkan dua batang lilin sehingga hanya tersisa satu cahaya yang berkedip-kedip.

"Dan kamu tidak?"

Gadis itu menatapnya dengan sedih saat menggeleng. "Nona Sabina bukan satu-satunya yang memilih mabuk di malam pertamanya."

"Kamu telah melayani di sini cukup lama?"

"Aku telah menjadi pendamping Gadis Merpati untuk tiga generasi. Tiga tahun aku telah menyaksikan banyak hal gila yang mampu dilakukan oleh gadis yang putus asa."

Kejujuran itu mengejutkan Nero, dan fakta bahwa gadis itu berbicara dengan dirinya lebih dulu adalah aneh. Ivory biasanya takut pada Griseo, mereka biasanya meninggalkan penjaga sendirian.

"Siapa namamu tadi?" ucap Nero meski dia yakin belum mendengar gadis itu memperkenalkan diri sejak dia menjemputnya setelah mengirim Nona Sabina ke kamarnya.

"Fara."

"Dan apakah kamu telah melihat pembangkangan seperti malam ini, Fara?"

Gadis pelayan itu memungut bulu yang Nero tinggalkan untuknya, menyeretnya ke sisi terjauh darinya. Dia berbaring di sana, menatap langit-langit yang tinggi seolah dia mencoba mengingat, apakah dia pernah melihat tentangan seperti itu sebelum suaranya yang halus mencapai telinga Nero.

"Tidak. Aku belum pernah melihat apa yang dilakukan Nona Cassia malam ini."

Ada kebanggaan tertentu di suaranya yang membuat Nero berpikir bahwa mungkin Fara tahu lebih banyak tentang Nona Cassia. "Tidak pernah ada yang menantang Kaisar?"

"Ada dua gadis yang mencoba untuk lari selama aku menjadi pendamping Gadis Merpati. Mereka diseret dan didorong untuk berlutut oleh Griseo yang bertanggung jawab atas mereka. Mereka menendang dan berteriak. Menangis dan mencakar. Nemun, tidak ada yang hanya membungkuk tanpa jatuh di lutut. Apa yang dilakukan Nona Cassia malam ini adalah penuh perhitungan."

Apakah begitu? Apakah Cassia Salvius yang terkenal dingin telah memperhitungkan tindakannya malam ini? Apakah itu langkah yang disengaja untuk memastikan sesuatu? Pertanyaan-pertanyaan terus muncul di kepala Nero. Dia ingin tahu karena jika Cassia benar-banar mampu menantang Kaisar di pertemuan pertamanya dan keluar tanpa satu pun luka gores, maka mungkin dia layak untuk sekutu.

"Apa yang terjadi pada gadis-gadis ini, Fara? Apa yang dilakukan Kaisar dengan mereka?"

Nero bisa mendengar Fara mendengus di sisi lain seolah berpikir pertanyaan Nero sangat konyol. Hanya saja Nero tidak percaya kalau Kaisar mengumpulkan harem hanya untuk kesenangan daging. Itu alasan yang terlalu dangkal, harus ada alasan yang lebih baik dari itu.

"Kaisar tidur dengan mereka Nero, apa yang sebenarnya kamu harapkan?"

Naro tersentak dari punggungnya, duduk tegak untuk memelototi Gadis Ivory yang masih berbaring dengan tenang beberapa meter jauhnya dari dia. Terkejut pada keberaniannya untuk memanggil seorang Griseo tanpa gelar dan hanya menggunakan nama depannya.

"Kamu lebih baik menjaga lidahmu."

"Aku bisa menyarankan hal yang sama. Jika kamu Griseo yang setia, kamu tidak akan mempertanyakan hal-hal itu. Jika kamu Griseo yang sepenuhnya patuh pada Kaisar kamu hanya akan tutup matamu dua atau tiga jam ke depan sebelum kembali berdiri di sisi pintu. Namun kamu bukan."

Ketakutan pertama merayap di tulang punggung Nero, dan itu memicu sihirnya menyala. Siap untuk dilepaskan.

"Siapa kamu, Fara?"

"Aku hanya burung Pipit kecil yang berbisik ke telinga Revival."

Mata-mata pemberontak? Di sini? Di jantung istana itu sendiri? Nero terkesan.

"Jadi mereka memberi tahumu?" tanya Nero, dan meskipun Nero kesal karena dia tidak mendapat informasi ini sebelumnya, dia masih merasa lega karena dia tidak sepenuhnya sendirian.

"Aku hanya tahu Revival mengirim seseorang tahun ini. Aku baru saja menebak orang itu dengan benar."

"Apakah kamu akan membantuku?" Nero tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Untuk kesempatan memiliki sekutu di neraka ini.

"Sebanyak yang bisa aku tawarkan, dan jika kamu berniat menikam Kaisar maka kamu harus membuat dirimu cukup dekat. Itu artinya kamu harus membuatnya terkesan."

Nero tidak bisa membantah logika itu. Dia perlu menarik minat Kaisar padanya, dan tiba-tiba Nero tahu persis apa yang baru saja dilakukan Nona Cassia. Gadis itu telah selangkah di depannya, dia telah menarik minat Kaisar kepadanya. Untuk tujuan apa Nero tidak mungkin tahu.

"Apa yang kamu pikirkan?"

"Aku punya sesuatu untuk direncanakan, tapi mungkin seseorang akan terluka bahkan mati karena itu."

Nero terbiasa dengan pembunuh, bahkan mungkin dia telah menjadi kaki tangan Eres sendiri untuk mengumpulkan nyawa manusia fana. Jadi apa salahnya dengan satu lagi kematian demi tujuan yang lebih besar?

"Aku mendengarkan!" ucap Nero pelan dan saat Fara memberi tahu dia apa yang perlu dilakukan, Nero berharap Nona Sabina akan keluar hidup-hidup. Gadis itu mungkin butuh berkat Dewi Tsara untuk melalui ini.

***

Tinggalkan komentar jika kalian menyukai The Dove Crack the Crown!
;)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro