VII
Bros di genggaman Nero terasa dingin, dia menggosok jempolnya di sepanjang permukaan ukiran sayap merpati dengan perlahan. Memutar ulang percakapan singkatnya dengan gadis Ivory yang baru saja dia temui. Dia tidak bisa melihat wajahnya, tapi nada suaranya yang liris telah menghantuinya. Bukan hanya bagaimana itu terdengar sangat halus, dan menggairahkan, semua Ivory punya suara indah itu, tapi sesuatu di dalam suara gadis itu terdengar berbeda. Tajam hampir memotong sesuatu yang dekat dengan apa yang dia rasakan.
Nero menghela napas, sadar kalau dia telah terobsesi pada pertemuan singkatnya dengan gadis Ivory yang misterius. Membuang pertanyaan-pertanyaan yang terbang di kepalanya, dia menyematkan Bros untuk menjepit jubah ke bahunya. Dia tahu dia seharusnya tidak menyimpan bros untuk dirinya sendiri, tapi dia tidak bisa memaksa dirinya untuk menyerahkan bros. Bukan untuk ganti upeti Kaisar yang dicuri, alih-alih Nero hanya memberikan beberapa koin Solidus miliknya sendiri.
"Kamu terlihat gelisah sejak semalam, Griseo Marinus."
Nero mendongak pada suara, dan secara refleks meluruskan bahunya. Matanya mengamati pendekatan Griseo Tiberius. Dia tidak pernah merasa nyaman berada di sekitar lelaki itu. Mungkin itu fakta bahwa dia Griseo kepercayaan Kaisar yang membuat Nero membencinya, atau mungkin itu hanya fakta bahwa Griseo Tiberius begitu acuh tak acuh.
"Beberapa pikiran menggangguku," jawab Nero, dan dia tidak melewatkan mata Griseo Tiberius yang menyimpang pada bros di bahunya. Nero tidak yakin seberapa banyak yang Griseo Tiberius lihat sejak dia keluar dari pemandian dan berpakaian. Mungkin sudah melihat terlalu banyak.
"Kuharap itu tidak akan mengganggu dalam tugas pertamamu."
Nero memiringkan kepalanya dengan lebih tertarik. "Aku sudah ditempatkan?"
"Iya," jawab Griseo Tiberius, mata cokelat kopinya memindai Nero dengan hati-hati. Itu membuat Nero bergerak dengan gelisah di kakinya. Nero belum tahu unsur apa yang dikuasai Griseo Tiberius, tapi dia menebak itu akan menjadi angin. Sesuatu yang liar, hampir tak terbendung. Karena begitulah yang dirasakan Nero saat berada di sekitarnya, dia seperti energi yang tak teratur, terlalu liar untuk dikekang.
"Aku asumsikan kamu datang untuk memberi tahuku?"
"Kamu akan ditugaskan sebagai salah satu pengawal dari Gadis Merpati."
Rahang Nero berdetak, dia tidak mengharapkan itu. Dia berharap setelah dia mengalahkan beberapa Griseo senior dalam sparing pagi ini, dia mungkin akan cukup beruntung berada di bawah Elit Kaisar. Namun dia mencegah kekecewaan muncul ke wajahnya, membiarkan satu anggukan yang sederhana sebagai gantinya. "Aku merasa terhormat."
"Kamu harus," balas Griseo Tiberius, matanya sekali lagi pergi ke bros perak di bahunya, "hanya yang paling dipercayai Kaisar yang akan dipilih untuk tugas ini."
"Upacara penyambutan mereka malam ini, bukan?"
Griseo Tiberius mengangguk, dan dia mengambil beberapa langkah lebih dekat. Nero mengikuti gerakannya, waspada untuk serangan yang mungkin harus dia tangani tapi Griseo Tiberius hanya meletakkan kedua tangannya di bahu Nero. Memaksa Nero untuk menatap tepat ke mata gelap seperti sumur hitam. Dia bisa merasakan sihir bekerja di udara, tapi dia tidak bereaksi dan tetap menjaga wajahnya lurus. Nero tidak bisa kalah sekarang, dia tidak bisa membiarkan seseorang di dalam istana meragukan motifnya.
"Kaisar membutuhkan gadis-gadis ini Nero," ucap Griseo Tiberius dan itu membuat Nero mengernyit, "kita harus melindungi mereka. Mereka sangat penting, tanpa keberadaan gadis-gadis Merpati, Thorunam tidak akan bertahan selama ini."
"Mereka adalah simbol—"
"Mereka lebih dari sekadar simbol," ucap Griseo Tiberius, memotong kata-kata Nero.
Nero ingin bertanya, ingin menggali lebih dalam tentang lima gadis Ivory yang sepertinya dipilih secara acak setiap tahun untuk menjadi selir Kaisar. Gadis-gadis kasta terendah yang dihargai lebih dari apa pun karena terpilih. Nero pikir itu hanya karena keinginan bengkok Kaisar Darkling, tapi melihat tangan kanan Kaisar memberikan peringatan yang begitu mendesak, Nero yakin ada lebih dari itu.
"Aku tidak mengerti," ucap Nero.
"Kamu akan mengerti Griseo Marinus, hanya lakukan tugasmu dengan benar."
Nero mengangguk dengan serius, meski dia tidak bisa memikirkan kenapa para gadis perlu dijaga dengan begitu buruk? Setahu Nero, tidak ada yang pernah mengancam Gadis Merpati sebelumnya, mereka relatif diabaikan.
"Aku akan, Griseo Tiberius."
"Lima dari kalian akan ditugaskan pada masing-masing Gadis Merpati. Kalian akan selalu berada dekat dengan mereka, mengawasi dan menjaga mereka tetap aman. Tidur tepat di luar pintu kamarnya, pergi ke mana dia pergi, kamu diharapkan untuk tidak pernah melepaskan perhatian darinya. Namun kamu harus ingat," Griseo Tiberius melepaskan bahu Nero dan melangkah mundur, saat itu Nero membuang napas yang telah ia tahan, "jangan jatuh cinta padanya. Mereka adalah hal yang indah, tapi dia bukan untukmu."
"Aku tahu itu, Griseo Tiberius. Mereka milik Kaisar, hanya Kaisar yang diizinkan untuk—"
"Kita tidak akan membicarakan itu," ucap Griseo Tiberius, Nero punya perasaan bahwa pembicaraan tentang wanita adalah zona yang tidak nyaman untuknya. "Kamu masih baru, tapi aku ingin percaya padamu Nero Marinus. Thorunam butuh orang-orang yang setia pada Kaisar Solarus untuk tetap berdiri."
Tenggorokan Nero terasa tercekat dan untuk sesaat dia mengira sihir Griseo Tiberius telah mencekiknya, tapi kemudian dia dapat kembali bernapas.
"Kamu bisa mempercayaiku Griseo Tiberius," ucap Nero, suaranya setenang udara yang ada di antara mereka.
"Galen."
Nero mengerutkan dahinya dalam kebingungan. "Maaf?"
"Galen Tiberius, kamu akan memanggilku Galen mulai sekarang. Karena aku akan membawamu di bawah sayapku."
"Tapi kenapa?" Nero tidak melihat itu datang, dia tidak bisa membayangkan cara yang lebih baik untuk berada di lingkaran dalam Kaisar.
Jika dia berada di bawah bimbingan Griseo Tiberius, tangan kanan ke Kaisar Darkling sendiri, dia mungkin punya kesempatan. Mungkin semua pembunuhan yang mengotori tangannya tidak sia-sia.
"Apa yang kamu tahu tentang afinitas-ku?"
Nero menggeleng, karena sejauh ini dia belum pernah melihat Griseo Tiberius melakukan sihir. "Aku menebak itu adalah udara."
Griseo Tiberius tersenyum, seolah dia telah mengharapkan jawaban itu akan datang. "Banyak yang salah mengira hadiahku."
"Itu bukan udara?"
"Air."
"Lalu kamu mungkin melakukan kesalahan dengan memilihku sebagai anak didik," ucap Nero, tersenyum dengan masam.
"Unsurmu adalah api, bukan?"
"Yang membuat kita berdua tidak akan pernah bisa bekerja sama, air dan api tidak pernah baik bersama," jawab Nero, tapi Griseo Tiberius hanya tersenyum. "Apakah aku telah melewatkan sesuatu?"
"Katakan padaku Nero, Gray dengan unsur apa yang paling kamu takuti?"
"Aku tidak takut pada Gray jenis apa pun," jawab Nero, karena Griseo seharusnya tidak takut. Griseo adalah perisai bagi Kaisar dan rasa takut tidak dapat ditoleransi.
"Mari kita menjadi masuk akal, karena aku yakin kamu punya otak di dalam sana. Aku ingin kamu terbuka padaku Nero, aku punya firasat—"
"Aku pikir firasat adalah milik Gray dengan unsur udara, mereka yang berbakat dengan masa depan," potong Nero, dan ketika Griseo Tiberius tertawa, Nero melihat pria itu dalam cahaya baru. Mungkin mereka yang paling dekat dengan Kaisar sendiri bukan monster, mungkin mereka hanya perlu melihat kenyataan di luar ilusi.
"Ahh, para Penglihat, ya?" kata Griseo Tiberius. Dia mulai untuk berjalan dan berhenti saat menyadari Nero tidak mengikutinya. "Ayo! Aku akan menunjukan sesuatu!"
Nero mengejar di belakangnya, tidak melewatkan tatapan ingin tahu dari Griseo lain saat mereka keluar dari ruang ganti. "Kemana kita?"
"Apa yang kamu pikirkan tentang para Penglihat?" tanya Griseo Tiberius mengabaikan pertanyaan Nero sama sekali.
Empedu mengancam mencapai tenggorokan Nero saat dia memikirkan para penglihat. Dia telah melihat penderitaan di mata Rufus saat dia membuat ramalan. "Aku dengar kemampuan mereka menuntut harga yang sangat tinggi."
"Mereka adalah sebuah anomali, dan untuk mengintip masa depan, kamu perlu membayar." Mereka telah mencapai sisi lain dari kompleks istana, dan dia terkejut pada kemewahan di sana. Pada bangunan batu kokoh, dan alih-alih pasir, tanah dipenuhi rumput. Pohon tumbuh begitu subur, dan di tengah semua itu, kolam yang begitu luas dengan air sejernih cermin memantulkan awan putih di langit. Nero bertanya-tanya bagaimana tempat yang begitu hidup terjebak di dalam sini, tanpa banyak yang tahu.
"Di sana," Griseo Tiberius menunjuk bangunan paling besar. Dinding batunya diukir menjadi pola-pola bunga, dan terlihat selalu dipoles. Itu bukan jenis batu mulia tapi itu adalah kemewahan di tengah surga hijau yang begitu hidup. "Itu adalah tempat para Gadis Merpati tinggal selama satu tahun, sebelum mereka dipindahkan. Kamu juga akan berada di sana."
"Sangat baik," jawab Nero singkat karena dia masih belum tahu kenapa Griseo Tiberius membawanya ke tempat ini.
"Namun aku ingin kamu melihat hal lain," ucap Griseo Tiberius, dia memimpin Nero melewati jalan batu paving. Membawanya lebih dekat ke kolam hingga mereka dapat melihat bangunan kayu yang berdiri di tengah-tengah air setenang kaca. "Para penglihat."
"Aku tidak mengerti, Galen."
"Tugasku adalah menjaga mereka."
Sekarang semua air itu masuk akal, pikir Nero. Apakah para Penglihat tidak pernah diizinkan keluar dari pondok itu? Apakah ini nasib yang harus dijalani Rufus jika dia tidak datang saat itu?
"Agar mereka tidak lari?" ucap Nero pelan, tahu dia seharusnya tidak menyuarakan pikirannya dengan keras.
"Jadi kamu telah mendengar rumor di luar sana, itu memalukan," ucap Griseo Tiberius. Anehnya dia terdengar tulus, seolah rumor itu benar-banar mengganggunya.
"Banyak hal yang aku dengar di luar sana." Nero melangkah untuk berdiri di sisi Griseo Tiberius, mengambil satu langkah lebih dekat ke air yang mungkin adalah tindakan bodoh. Namun Nero merasa Griseo Tiberius punya lebih banyak hal dari pada yang terlihat dan Nero ingin tahu apa itu. "Dan aku yakin tidak semua yang aku dengar adalah benar."
"Istana mencoba melindungi mereka, para penglihat, dari orang-orang yang ingin mengambil keuntungan dari kemampuan mereka. Karena itulah kami merekrut, tapi rumor yang tersebar membuat orang-orang dengan kemampuan ini takut, dan bersembunyi. Lebih sering, mereka jatuh ke tangan yang salah."
"Jadi mereka tidak dipaksa melihat masa depan untuk Kaisar?"
Griseo Tiberius mengalihkan tatapannya dari bangunan di tengah kolam untuk melihat Nero. "Apakah kamu menuduh Kaisar Darkling adalah seorang manipulator keji?"
"Aku tidak akan berani," ucap Nero, menyisipkan begitu banyak rasa malu ke dalam suaranya, "bukan maksudku untuk menghina."
"Kaisar sering kali disalah pahami. Kamu akan lihat Nero, ketika kamu cukup dekat kamu akan melihat. Menjadi Griseo adalah sebuah kehormatan."
"Aku yakin setiap keputusan yang dibuat Kaisar adalah untuk kepentingan terbaik Thorunam." Nero merasakan kata-kata itu pahit di lidahnya, dan menghela napas lega saat mata Griseo Tiberius kembali menatap ke seberang kolam.
"Salah seorang penglihat telah melihat sesuatu," ucap Griseo Tiberius pelan. Nero tidak yakin apakah dia bicara untuknya atau untuk dirinya sendiri.
"Ya?"
"Dia telah melihat Thorunam terbakar menjadi abu saat Kaisar jatuh."
Punggung Nero menegang pada kata-kata dan dia harus mulai menghitung detak jantungnya untuk kembali relaks. "Tentunya penglihatan itu salah. Kaisar Darkling tidak bisa mati."
"Awalnya aku juga berpikir demikian," jawab Griseo Tiberius, "tapi sulit mengatakannya sekarang. Aku yakin kamu telah melihat kerusakan di luar ibu kota, bahkan di Gahar sendiri telah ditemukan kelompok-kelompok pemberontak. Itu membuat keberadaan Gadis Merpati tahun ini lebih mendesak."
"Aku mengerti," ucap Nero, dan dia bertanya-tanya apakah penglihat itu juga melihat apinya membakar Kaisar.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro