IX
Ada lima dari mereka, dan Nero telah mempelajari masing-masing dari gadis yang terpilih tahun ini. Namun saat dia melihat kelimanya secara langsung, sulit untuk tidak terpesona. Ivory tidak berdaya tanpa sihir, tapi kecantikan mereka adalah sihir itu sendiri. Gerakan mereka begitu anggun, tapi Nero juga bisa melihat kegelisahan di postur mereka. Semuanya bergerak dengan begitu hati-hati, seolah khawatir satu gerakan yang salah akan membawa nasib buruk ke jalan mereka. Hanya ada satu yang tetap menjaga dagunya tinggi. Satu yang berjalan dengan keangkuhan yang tak terbantahkan.
Semua orang telah membicarakan putri bungsu Gubernur, Nona Cassia yang cantik dan dingin. Namun Nero juga telah mendengar banyak pujian bersama celaan yang tiada henti. Bagaimana Nona Cassia telah membantu perekonomian Gahar dengan menetapkan beberapa peraturan perdagangan. Bagaimana pikirannya yang tajam mampu menjebak Gahar pada perjanjian yang menguntungkan dengan provinsi lain. Atau bagaimana dia berhasil menyelamatkan Gahar dari kerugian transaksi baru-baru ini dengan Yuodo. Ayahnya telah sepakat berinvestasi pada anggur Yuodo yang asam untuk bersaing dengan An-solas terbaik di Gahar. Pengiriman hampir terjadi tapi itu batal saat Nona Cassia mengirimkan korespondensi atas kesepakatan bodoh itu. Nero tidak akan tahu apa yang dikatakan Nona Cassia di pesannya tapi anggur itu akhirnya dikirim ke Gem. Memerlukan beberapa koin tambahan untuk biaya pengiriman tapi itu laku keras di sana. Gem mungkin provinsi penghasil permata tapi rakyatnya miskin dan mereka mabuk untuk anggur murah. Jadi sekarang saat melihat Nona Cassia berbaris untuk Kaisar, Nero merasa itu sia-sia. Dia berharap Seneca Salvius tidak membuat keputusan bodoh lagi, karena putrinya tidak akan ada di sana untuk memberskan.
Panas turun dengan cepat saat matahari akhirnya menyelinap dari cakrawala. Malam jatuh di hamparan pasir dan Nero merasa tidak sabar saat berdiri di sudut, menunggu salah satu Gadis Merpati yang akan menjadi tugasnya. Dia tidak peduli siapa yang harus dia jaga, selama itu membawanya lebih dekat ke tujuannya. Dia hanya ingin melewati upacara ini dan bergerak. Meskipun dia tidak bisa dengan jujur mengatakan dia tidak penasaran. Dia belum pernah melihat upacara penyambutan untuk Gadis Merpati. Dia membayangkan itu akan mewah, dengan banyak cahaya dan pesta pora, tapi sajauh ini semuanya sangat tenang.
Hanya ada lampion yang diletakkan di sepanjang jalan paving dalam jarak beberapa meter, tempat para Gadis Merpati mengikuti wanita Ivory yang lebih tua. Griseo bersembunyi di bayang-bayang dengan keheningan yang memuakkan saat memindai bahaya dengan kaku, dan Kaisar—mata Nero menyimpang pada gazebo di tengah kolam dangkal, kolam yang terhubung ke danau kaca yang mengelilingi gubuk para penglihat. Airnya tenang dan saat ini memantulkan cahaya redup bulan yang pucat. Di sanalah kaisar duduk di atas bantal beludru lembut, dibatasi oleh tirai kelambu tipis dari mata dunia. Terselubung dan tak tersentuh. Seorang raja dan Dewa di saat yang bersamaan.
Dia hanya mengalihkan perhatiannya saat para Gadis Merpati mencapai ujung dari jalan paving. Nero hampir bisa merasakan kegelisahan yang menjerit di udara, kegugupan yang menguar dari para gadis yang saat ini jelas dihadapkan pada persimpangan hidup mereka. Nero memperhatikan setiap gerakan, berusaha menemukan sesuatu yang akhirnya bisa dia gunakan untuk melawan Kaisar. Di tengah keheningan itu angin kering dari gurun mencambuk jubah Nero, seolah ingin membisikkan rahasia. Seolah di keheningan yang dia tatap saat ini ada sebuah kebenaran yang dikaburkan.
Bahu Nero menegang pada rasa sihir pertama di udara, dia tidak mengharapkan itu. Dia melihat dengan panik apakah ada sesuatu yang salah, apakah ada serangan, tapi semua masih tenang dan hening seperti sebelumnya. Hanya saja rasa sihir itu tak terbantahkan, kuat dan asing. Mata Nero kembali ke tempat para Gadis Merpati berdiri, menyaksikan salah satu dari mereka masuk ke dalam kolam. Dari kejauhan Nero bisa melihat gerakan Gadis Merpati mengirim riak ke air, merusak pantulan cermin di permukaan kolam. Theodora Tarquins, dia ingat nama gadis itu. Nero memperhatikan saat gadis itu berdiri di tengah kolam, tenggelam sampai kelutut.
Sihir menguat di udara, dia bisa merasakannya tapi masih tidak tahu dari mana itu berasal. Hingga kolam yang sebelumnya gelap sekarang berpendar dengan warna hijau lembut saat Theodora jatuh ke lutut dan bersujud, membenamkan kepala sepenuhnya ke dalam kolam. Pendar menyala lebih terang, hijau berkilau dengan kesuburan. Sihir mencekik di udara dan Nero bersumpah itu datang dari Gadis Merpati yang berendam di dalam kolom, tapi bagaimana mungkin? Ivory tidak memiliki sihir, tapi rasa sihir yang dia rasakan saat ini tak terbantahkan.
Detik berlalu dan Nero menjadi gugup saat gadis itu tidak segera bangun. Apakah gadis itu mati? Apakah kolam itu ajaib dan entah bagaimana membunuhnya? Beberapa saat lagi dia yakin salah satu dari mereka harus menyeret mayat keluar dari kolam, tapi kemudian, suara yang lembut dan memikat Kaisar berdenting di keheningan.
"Bangkit! Datang padaku gadisku!"
Baru saat itulah Theodora mengangkat tubuhnya, perlahan, anggun, hampir menyakitkan menyaksikan gerakannya yang mengalir. Dia sekali lagi berdiri di kakinya, rambut dan gaunnya basah namun saat dia melangkah, bahunya lurus dengan kebanggaan. Nero menyadari dengan ngeri, bahwa gadis itu telah menahan napas di bawah air menunggu perintah Kaisar untuk bangun. Langkahnya membuat riak lain di kolam dan ketika kakinya menyentuh anak tangga pertama gazebo untuk meninggalkan air, pendar cahaya meredup dan perlahan lenyap, mengembalikan kolam menjadi gelap dan memantulkan bulan di atas.
Napas dan jantung Nero dipercepat, dia yakin sesuatu yang penting terjadi saat itu. Yakin bahwa apa pun upacara ini, itu lebih penting dari yang terlihat. Dia tidak bisa mengalihkan perhatian dari Theodora Tarquins, sampai dia menyibak kain tipis dan masuk. Menyaksikan siluetnya yang berdiri dengan tenang di depan Kaisar Thorunam, saat sosoknya membungkuk, dan Nero menyaksikan siluet Kaisar condong ke depan. Dia tidak tahu apa yang mereka lakukan di balik kelambu itu. apakah mereka membisikkan sumpah pernikahan? Apakah mereka membagikan janji kesetiaan? Yang jelas, sesuatu terjadi. Karena Nero bisa merasakan sihir lain bekerja sekarang. Rasa sihir yang sama dengan yang dia rasakan di ruang takhta saat tes terakhirnya. Semua itu terjadi dalam waktu yang begitu singkat dan kemudian Theodora kembali menegakkan tubuhnya. Mundur tanpa membelakangi Kaisar saat dia kembali melalui kelambu tipis, saat dia menuruni tangga gazebo, bahkan saat dia masuk sekali lagi ke dalam kolam sampai dia mencapai jalan paving. Nero tidak melewatkan fakta bahwa kolam tidak lagi menyala saat dia melewatinya kembali.
"Demi Sol yang terang! Apa yang baru saja aku saksikan?" gumam Nero di antara napasnya yang tertahan, dan kembali menyaksikan gadis kedua melangkah masuk ke dalam kolam. Rasa sihir yang baru memenuhi udara dan kali ini pander merah menyela pada kolam.
***
Adakah yang bisa menebak apa yang terjadi dalam upacara ini? Beri tahu R tebakkan kalian, Luv!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro