II
Didedikasikan untuk FantasiIndonesia
Di meja seberang, Nero mengamati beberapa pria yang meminum bir seperti kuda. Tudung dari jubah menutupi wajahnya di bayang-bayang, tidak terlihat untuk mata yang tidak ramah. Duduk di sampingnya adalah sahabatnya, Rufus, meminum lebih banyak sari dari An-solas. Nero tidak tahu pasti bagaimana temannya masih tetap bertahan untuk duduk saat sudah menghabiskan satu kendi An-solas, minuman keras khas Thorunam yang dinamai setelah Dewa Matahari sendiri. Kebanyakan orang akan pingsan setelah beberapa gelas An-solas yang baik.
"Mereka tidak terlihat berbahaya untukku," gumam Rufus.
"Diam!" desis Nero, tidak mengalihkan perhatiannya dari para pria yang masih minum. Beberapa informan pemberontak memberi tahunya bahwa salah satu dari anggota Griseo Kaisar akan berada di sini, malam ini. Nero seharusnya membunuhnya, tapi sejauh ini tidak ada yang muncul. Satu-satunya orang yang menarik di kedai itu hanyalah Gubernur Gahar dan sepertinya pria itu menikmati rekan-rekannya. Nero cukup yakin pria yang bersama Tuan Seneca Salvius bukan orang-orang Gahar, dan dia bertanya-tanya siapa mereka?
"Aku kenal satu dari orang-orang itu, mereka dari Youdo," ucap Rufus seolah membaca pikiran Nero sebelum menghirup lebih bayak An-solas, menunjuk dengan jari asal ke salah satu pria yang bersama Tuan Seneca. "Kenapa Tuan Gubernur Gahar bersama orang-orang Yuodo?"
"Beberapa bisnis mungkin?" jawab Nero, dia tidak terlalu tertarik. Tidak banyak yang dia dengar tentang Gubernurnya, selain dua putrinya yang cantik, Tuan Seneca cukup diabaikan di pengadilan.
"Atau mungkin sesuatu yang menarik, aku dengar putri yang termuda mendaftar sebagai Gadis Merpati tahun ini. Aku pernah melihat Nona Cassia sekali, dia adalah keindahan di antara lautan keindahan. Rambut emas, bibir merah, dan kulit putih yang pucat, tapi matanya ...," Rufus menghela napas, "aku tidak sanggup menggambarkannya, mereka angker."
Nero juga pernah melihatnya sekali, dan dia tidak yakin dengan apa yang dia lihat. Putri termuda Gubernur berada di keretanya waktu itu saat dia menyelinap di antara kerumunan warga untuk mencuri beberapa remah roti. Nero baru berumur tiga belas tahun saat itu dan Nona Cassia mungkin baru sebelas. Namun gadis itu sudah begitu cantik dan suram. Nero juga ingat matanya yang biru pucat, yah ... angker akan tepat untuk menggambarkannya. "Dia terlahir Ivory."
"Yang aneh menurutku," sambung Rufus. "Mengingat kedua orang tuanya adalah Onix."
"Apakah kamu menyarankan Istri Gubernur Gahar berselingkuh dengan pria Ivory?"
Rufus mengangkat bahu dengan ringan. "Atau Gubernur Seneca yang berselingkuh dan memaksa Istrinya untuk menerima anak di luar nikah. Siapa yang tahu? Mereka tidak terlihat selama setahun penuh sebelum anak ini lahir dan istrinya mati."
Itu mungkin, sangat mungkin malah. Banyak orang yang akan berselingkuh untuk simpanan Ivory, mereka mungkin kasta terendah, tapi tidak ada yang meragukan bahwa pria dan wanita Ivory adalah sumber kecantikan. Nero sendiri sudah pergi dengan beberapa kekasih Ivory. "Itu bukan urusan kita."
"Bukan, tapi itu gosip yang menarik. Aku juga mendengar bahwa Nona Cassia punya kepribadian yang unik, tidak seperti banyak Ivory yang ketakutan dan merengek, dia keras."
"Apa maksudmu?"
"Beberapa rumah bangsawan membuat taruhan untuk berapa lama Cassia Salvius akan bertahan begitu dia dianugerahi gelar Gadis Merpati. Dia punya lidah tajam dan tidak seperti saudarinya, Aquila, dia tidak pernah tahu kapan waktu untuk menutup mulut."
Nero mengabaikan gosip itu, dia tidak peduli dengan Putri Gubernurnya. Dia hanya bosan menunggu targetnya muncul. Jadi saat akhirnya pintu kedai terbuka dan seorang pria dengan jubah abu-abu yang dijepit dengan lencana perak di bahu kanannya masuk, Nero tidak melewatkannya.
"Dia datang. Apa kamu pernah melihatnya?" Nero mengamati pola abu-abu yang terjalin di lengan kiri pria Griseo hingga mencapai leher. Menciptakan alur yang khas, tidak ada pola yang sama untuk masing-masing orang. "Menurutmu, apa kemampuannya?"
"Tanah? Melihat ukuran tubuhnya, itu seharusnya unsurnya," jawab Rufus. Nero mengangguk setuju, pria itu besar dan lengannya mungkin dapat meremukkan leher Nero dengan mudah.
"Itu tidak akan mudah untuk menjatuhkannya. Dia salah satu yang kuat, sedikit lebih pekat dan dia akan berada dalam kasta Onix." Rufus hanya mengeluarkan suara kekeh di tenggorokannya dan memukul bahu Nero, seringai lebar sudah menyebar di bibirnya.
"Tapi kita punya Nero Marinus, Onix dalam tubuh Gray. Kamu akan membakarnya!" Nero tidak ikut tertawa, dia tahu bahwa ada alasan kenapa anggota Griseo sangat ditakuti, mereka mematikan.
"Jika aku tidak kembali ...," Nero menghela napas dan berdiri dari bangkunya, "jangan mencariku!"
"Jika kamu mati ...," Rufus mengangkat kendi An-solas ke arahnya, "aku akan minum sari An-solas sampai mati untuk mengikutimu!"
Nero terkekeh, merasa lebih percaya diri saat sahabatnya masih mampu membuat lelucon tentang itu. Rufus adalah seorang Gray dengan elemen udara, tapi bukannya dapat mengendalikan angin, dia malah bisa mendengar bisikan dari alam. Bakat yang langka, beberapa dari mereka diburu untuk bekerja pada Kaisar sementara yang tidak cukup beruntung berakhir dengan orang-orang yang merampas kebebasan mereka, menggunakan mereka untuk menjual ramalan. Nero masih ingat saat pertama kali dia menyaksikan Rufus membuat ramalan, itu tidak cantik. Dia menggeleng, mengusir ingatan saat pertama dia bertemu Rufus.
Bertekad untuk fokus pada apa yang harus dilakukan, Nero menyelinap di antara orang-orang di kedai, membuntuti Griseo yang baru saja menghilang ke bagian belakang. Nero tetap membuat jarak yang cukup aman tidak ingin keberadaannya disadari sebelum dia siap, dan berhenti ketika pria Griseo berhenti untuk berbicara dengan pemilik kedai. Dia melemparkan beberapa koin pada pemilik kedai, bicara cukup rendah sehingga Nero tidak bisa mendengarnya, tapi dia bisa menebak ke arah mana ini akan pergi.
Tepat seperti yang Nero pikirkan, pemilik kedai akhirnya mengangguk setelah mengumpulkan koin ke dalam kantong di pinggangnya. Dia memimpin pria Griseo untuk menaiki tangga, dan sekali lagi Nero mengikuti mereka, berharap pada setiap keberuntungan yang mungkin ditawarkan Dewi Tsara yang murah hati. Dia melemparkan doa singkat dan melangkah perlahan di antara anak tangga. Sementara mata dan telinga Nero fokus pada sekitar, pikirannya mulai bekerja membentuk rencana untuk menyelesaikan misinya. Bahkan saat dia memikirkan cara terbaik untuk membunuh Griseo yang sekarang menjadi targetnya, dia masih merasakan perutnya jatuh.
Kekuatan dan sihir seharusnya digunakan dalam kebijaksanaan dan belas kasih, tapi itu sudah lama dilupakan. Hanya orang-orang yang cukup kuat dan kejam yang dapat bertahan di Thorunam, Nero belajar itu dengan cara yang sulit. Dia masih ingat tujuh tahun lalu, apa yang mampu orang-orang ini lakukan. Onix dan Gray, mereka sama-sama monster, tidak ada yang lebih baik. Terkadang Nero merasa kotor dengan tinta abu-abu yang terukir di sepanjang tulang punggungnya, sebuah tanda, orang-orang percaya dia beruntung, Nero pikir dia tercemar. Terlahir dari pasangan Ivory murni tapi dia ditandai sebagai Gray. Mengerikan, karena Gray dengan unsur api telah membunuh orang tuanya dan dia ditandai persis seperti pembunuh orang tuanya.
Nero menyaksikan pria Griseo menghilang ke salah satu kamar dan ketika pemilik kedai berbalik untuk kembali menuruni tangga Nero menyelinap ke bayang-bayang, berharap dia tidak perlu membunuh lebih dari satu orang untuk malam ini. Dia tidak percaya kalau jiwanya bersih, mengingat dia telah membunuh banyak ketika dia mulai bergabung dengan Revival. Itu masih bukan alasan dia harus menjadi haus darah. Setelah beberapa saat Nero tidak lagi mendengar langkah kaki di anak tangga, dia keluar dari persembunyian. Berjingkat untuk pintu yang menyembunyikan Griseo yang mungkin saat ini menunggu gadis Ivory yang lembut dan manis untuk menghangatkan ranjangnya. Yah, Nero yakin dia juga bisa menghangatkan dengan beberapa cara.
Dia baru saja mencapai pintu dan akan melelehkan gerendel yang menahan kunci saat derit di lantai mencapainya. Dia berbalik dan mengutuk dan terpesona di saat yang sama. Gadis yang berdiri di depannya terlalu cantik untuk menjadi gadis. Rambutnya warna pirang yang dicium fajar, matanya biru lembut dengan bulu mata panjang yang mengipasi pipinya. Lalu mata Nero menemukan bibirnya yang setengah terbuka, itu seperti kuncup mawar. Ivory seharusnya tidak seindah ini, itu hanya membawa lebih banyak masalah dari pada keuntungan untuk mereka.
"Sttss .... " Nero menempelkan jari telunjuk ke bibirnya dan mata gadis itu melebar sebelum pemahaman datang ke kepalanya. "Pergi!" perintah Nero, gadis itu mundur, cukup pintar untuk tidak ikut campur, tapi sekarang Nero harus menyelesaikan ini dengan cepat. Dia tidak yakin apakah gadis itu akan tutup mulut atau memanggil seseorang dan memberi tahu mereka bahwa orang asing menyelinap ke atas.
Jadi Nero tidak membuang waktu dengan cara yang halus. Dia mencuri setiap api dari lentera di dinding dan membakar gerendel pintu, menyeruak ke dalam dan tidak menunggu satu detak jantung saat dia melempar bola api ke arah Griseo yang setengah jalan turun dari ranjang. Api membakar kain seprai dan melahap jubah Griseo. Jeritan tidak dapat dihindari dan Nero mengutuk karena tidak mungkin dia meredam keributan. Sebagai gantinya dia memerintahkan kobaran api untuk membungkus tubuh Griseo. Nero tidak bisa memberikan peluang pada musuhnya untuk cukup fokus agar dapat memanggil kontrol pada sihirnya. Itu picik dan tidak terhormat bagi Nero untuk menyerang seseorang yang tidak siap, tapi semua adil dalam cinta dan perang. Atau mungkin itu hidup dan mati? Nero tidak tahu, tidak peduli.
Jadi setelah beberapa detik jeritan dan teriakan memilukan, Nero menarik apa yang dia pikir adalah sumur sihir di dalam dirinya. Api Nero hidup dari oranye merah ke biru dingin hingga hitam. Dia merasa seperti menguras sumur itu, selalu seperti itu tiap kali dia menciptakan api hitam, api yang sama panasnya dengan milik Dewa Matahari sendiri. Api hitam. Api kematian. Api matahari. Begitu banyak nama, dan alasan kenapa Nero disebut Onix dalam tubuh Gray. Api menghanguskan daging dan tulang Griseo menjadi abu.
Ketika semua itu selesai Nero merasa mentah, merasakan beban pembunuhan di bahunya menekan lebih berat, tapi ini demi sesuatu yang lebih baik. Dia tidak bisa berpikir lain atau dia akan mulai sekarat atas dosa yang telah dia tumpuk, Nero terus memberi tahu dirinya sendiri bahwa pembunuhan diperlukan dan membunuh dengan alasan yang benar membuatnya bukan pembunuh. Itu membuat dia pahlawan, setidaknya itu yang dikatakan Revival padanya. Dia mengulangi kata-kata itu seperti mantra di kepalanya. Memaksa kepalanya kembali jernih saat banyak langkah kaki menuju ke arahnya.
Dengan pikiran yang masih berpacu Nero melompat melalui jendela, turun di punggungnya dan memanjatkan syukur pada Dewi Tsara karena dia tidak mematahkan salah satu tulang di tubuhnya. Nero berlari ke kegelapan, menangkap bayangan Rufus di punggung kuda dan Night kudanya mengikuti di belakang. Dia baru saja akan berlari mengejar pelarian saat seseorang meraih pergelangan tangannya. Secara refleks Nero memutar tangan yang menjangkaunya dan terkejut pada pekikan lembut yang keluar. Dia memutar si penyelinap dan menemukan gadis Ivory yang telah menangkap basah dirinya di luar pintu Griseo.
"Tolong! Jangan tinggalkan aku bersama mereka! Bawa aku! Bawa aku ke mana pun kamu pergi asal menjauh dari tempat ini! Mereka akan menjualku! Aku tidak bisa membiarkan—"
"Apa kamu bisa berlari?" Gadis itu mengangguk dan mungkin itu hal terbodoh yang pernah dilakukan Nero saat dia menarik gadis itu bersamanya. "Kalau begitu lari!"
Mereka berlari, mengejar kuda dan keselamatan. Nero menangkap tali kekang Night, menyeret berat tubuhnya ke pelana dan mengulurkan tangan pada gadis Ivory. Gadis itu mencengkeram tangannya dengan erat saat Nero menarik, mungkin juga membuat tangan gadis itu terkilir dalam prosesnya tapi saat itu satu-satunya hal yang Nero pikirkan adalah pergi. Lari sejauh mungkin dari tempat pembunuhannya. Nero tidak peduli dengan tangan lembut yang melingkar di pinggangnya atau napas yang menghangatkan lehernya. Dia hanya peduli untuk memacu Night lebih cepat dan lebih cepat hingga pembunuhan di kedai memudar seperti kenangannya yang lain.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro