Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

02

Saya tidak begitu pro dalam menggambar dan jarang mewarnai. Jadi mohon pemakluman dari kalian.

Terima kasih dan selamat membaca~

……


……

"Seperti yang sudah aku katakan bahwa kau adalah reinkarnasi Alsovi."

"Ya Alsovi tu siapa?"

"Reinkarnasimu."

"Jangan membalikkan perkataan!" seruku sambil menunjuk lelaki berambut merah dengan geram. Ia hanya bersiul dengan wajah ceria dan memalingkan wajahnya.

"Mungkin anda akan tahu dengan membaca ini," lelaki berambut bitu itu menyodorkan sebuah buku.

"Akan lama nggak?" tanyaku sambil menunjuk buku itu.

"Anda akan tahu setelah membukanya," katanya di sertai sebuah senyuman.

Aku menatap lelaki berambut biru sambil menatapnya bingung. Akhirnya aku meraih buku itu dan membuka halamannya.

Di buku itu menjelaskan mengenai Alsovi yang di keluarkan dari lingkungan orang-orang sekelilingnya. Hanya ada keluarga dan beberapa teman dekat orang tuanya.

Aku terdiam sejenak. Sedikit mirip. Hanya saja dia terlihat lebih kaya.

Dari foto yang terpampang di sana, pakaian yang ia pakai seperti baju bangsawan ala barat dengan rambut yang di ikat setengah. Ekspresinya terlihat cuek dengan wajah datar. Yang membuatku tertarik bahwa setelah ia kehilangan kedua orang tuanya, ia mencoba sesuatu yang aneh dan gila.

Beberapa penemuannya diluar akal manusia pada zaman itu, membuatnya di cap gila oleh orang banyak. Penemuannya juga tak di beri nama, kebanyakan telah hancur tetapi buku yang berisikan penemuannya dan cara membuatnya masih tersimpan baik di rumah kecilnya. Rumah itu di lindungi oleh lima makhluk ciptaannya.

Ciptaannya?! Lima makhluk?! Pandanganku langsung melihat kelima lelaki di depanku yang menungguku dengan sabar (sepertinya).

"Kelima makhluk itu...."

"Iya, itu kami," kata lelaki pirang itu menunjukan senyum manisnya.

Seketika aku merasa tak dapat mengatakan apapun. Otakku kosong dalam sekejab.

"Oh iya, maaf kami belum memperkenalkan diri. Aku adalah Porfirio, yang berambut merah di sebelahku adalah Ruber."

"Yo."

"Yang berambut biru adalah Glaucio."

"Senang bertemu dengan anda," katanya sambil sedikit menunduk.

"Yang berambut hijau adalah Irvine." Lelaki berambut hijau hanya menunduk sejenak dengan wajah datarnya.

"Lalu yang terkahir adalah Elidyr."

"Halo," sapanya dengan senyum lebar.

"Halo.... tunggu! Tidak! Ini tidaklah benar!" seruku cepat sambil kembali memukul meja.

"Apanya?" tanya Rubet eh Ruber dengan wajah kagetnya dan keempat lelaki lainnya juga kaget melihatku kembali memukul meja.

"Dari mana kalian yakin jika aku adalah reinkarnasi dari... siapa tadi?"

"Alsovi."

"Nah itu! Alsovi!"

"Tentu saja insting," kata Ruber dengan ceria.

"Memangnya kalian ini hewan?" tanyaku sambil menyerit kepadanya.

"Wajah kalian mirip." Aku menoleh pada sumber suara dan ketiga lelaki itu melihat Irvine yang melihatku tetap dengan tatapan datarnya.

"Selain wajah?"

Terlihat ia kembali berpikir. "Sifat dan pikiran juga sama," katanya sambil menunjukku.

"Jadi kalau kalian menemukan seseorang dengan wajah, sifat, dan pikiran yang sama bagaimana?" tanyaku sambil melihat kedua tanganku di depan dada.

"Entahlah."

Suaraku langsung tertahan mendengar jawaban polos darinya. Rasanya seperti terkena batu yang berat. Astaga nggak boleh main fisik ya?

"Lagi pula, aku sama sekali tidak pintar seperti apa yang ada di dalam buku itu," kataku sambil menunjuk buku yang tadi diberikan Glaucio.

"Tidak," kata Irvine sambil menggeleng. "Kepintaranmu masih ada. Walaupun dengan cara yang sedikit berbeda."

"Kenapa kau sebegitu percayanya denganku Vin?" tanyaku sambil membuang pandanganku.

"Kau bilang apa tadi?"

"Huh? Mengenai kepercayaan?" tanyaku kembali melihatnya bingung.

"Tidak. Panggilan itu...." Porfirio menatapku dengan pandangan sendu dan tegas bersamaan.

"Oh aku hanya meninyingkatnya agar aku dapat menghafalnya dengan mudah. Porfirio menjadi Rio, Galucio menjadi Glau, Irvine menjadi Vin, dan Elidyr menjadi El. Apakah tidak apa-apa?" tanyaku sambil menunjuk mereka satu per satu.

"Aku tidak ada?" tanya Ruber sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Namamu sudah semudah itu. Untuk apa di singkat lagi? Nanti namanya jadi seperti jasa antar kendaraan dong," ejekku sambil tertawa pelan.

"Jasa apa?" tanya Ruber bingung.

"Sudahlah, abaikan saja itu," kataku sambil tersenyum jail.

"Bahkan nama panggilannya sama."

Aku menoleh pada Irvin ato Vin yang menatapku dengan senyum tipis dan sorotan mata sendu. "Eh, anu! Aku jadi lapar. Haha. Mau makan apa? Aku beli di luar aja ya."

"Bolehkah aku ikut?" tanya El.

"Tentu saja."

El tersenyum lebar lalu mengikutiku ke pintu keluar setelah aku berhasil meraih dompet di kamarku. Akhirnya aku pamit sedikit pada mereka yang di dalam, begitu juga El.

Author POV

Setelah pintu tertutup, Glaucio melihat Irvine yang masih tersenyum tipis. "Apakah kau merasa senang?"

Irvine menatap Glaucio lalu menajamkan matanya tetap pada senyum tipisnya. "Tentu saja. Semuanya sama."

"Rasanya seperti kembali di saat itu. Sudah lama tak melihatnya salah tingkah seperti itu," kata Ruber sambil tertawa.

"Tentu, tetapi kali ini kita harus bisa meyakinkan bahwa dulu ia adalah Alsovi," kata Porfirio dengan wajah serius.

"Tentu saja," kata Ruber. Irvine dan Glaucio mengangguk juga dengan wajah seriusnya.

...........

Novi POV

"Apa kau tidak percaya dengan kami?" tanya El saat kami menunggu pesanan kami.

Aku melihatnya lalu menunduk. "Entahlah. Sejujurnya aku masih belum begitu mempercayai adanya reinkarnasi," kataku pelan.

"Loh neng vivi nggak tau kalau banyak berita soal reinkarnasi? Anak saya sering banget loh ngelihat gituan di yucup," celoteh bang Harja yang memasak nasi goreng sambil melirik aku dan El sekali-kali.

"Ya soal itu sih aku juga tau bang," kataku sambil menghembuskan nafas.

"Ada bagian yang membuatmu tak percaya?" tanya El dengan sorotan mata sedihnya.

"Tentu saja."

"Apa itu?" tanya El dengan semangat.

"Um... dia pintar. Bukankah di katakan bahwa ia telah membuat sesuatu yang luar biasa? Sedangkan aku? Aku hanya bisa bermain game yang ada di tab maupun hpku. Ah aku belum main dari tadi."

"Eh neng vivi kok gitu ngomongnya?"

"Kenapa bang?" tanyaku bingung.

"Neng vivi pintar pasti. Cuman pintarnya belum keliatan. Banyak loh yang bilang kepintaran bukan hanya dalam hal sekolah aja. Neng vivi harus positif," kata bang Harja sambil menunjukan senyumannya.

"Makasih bang."

"Sama-sama neng vivi. Ini nasi gorengnya. Ada banyak tamu ya neng? Makannya banyak. Hehe," bang Harja menyerahkan bukus yang cukup besar itu kepadaku.

"Ya gitu deh bang. Ini uangnya," kataku sambil menerima dan menyerahkan beberapa lembar uang kertas.

"Pas neng. Makasih ya neng."

"Oke, kami pergi dulu ya bang," kataku sambil menunduk kecil dan tersenyum.

"Hati-hati neng."

"Siap."

"Aku bawakan barangnya," kata El sambil merebut keresek di tanganku.

"Eh, nggak usah."

"Walaupun begitu, aku adalah lelaki dan juga pelayanmu. Tak mungkin aku membiarkan tuanku membawa barang berat," katanya dengan sorot mata serius.

"Aku tidak mau mempunyai pelayan!"

"Maka biarkan aku membawanya sebagai lelaki," katanya sambil tersenyum manis.

"Tapi tetap saja, kau adalah tamu."

"Bukankah tamu adalah raja? Maka ini keinginanku," katanya sambil tertawa pelan.

Aku terdiam lalu menghembuskan nafasku. "Baiklah, aku menyerah." Tas keresek itu langsung di bawa oleh El.

Ya walaupun ia terlihat paling muda tetapi tetap saja ia lebih tinggi dariku. Walaupun wajahnya imut-imut tetapi tetap saja ia terlihat tak jauh dari umurku.

Ini bukan game otome kan?

........

Setelah menikmati makan malam, Glau memaksaku membiarkan dirinya membantuku mencuci piring. Akhirnya aku membiarkannya karena terlalu lelah untuk menolak.

Aku melirik jam dan menunjukkan bahwa sebenar lagi akan menuju jam delapan. Mengapa hari ini cepat sekali berlalu? Aku belum sign-in di game-gameku lagi. Tetapi hari seperti ini tak begitu buruk.

"Nah, sekarang... Hm... hanya ada satu kamar... maaf jika aku meminta kalian untuk tidur di ruang tamu apakah tidak masalah? Aku ada dua extra bed yang biasa di pakai oleh kedua kakakku."

"Extra bed?"

"Maksudnya kasur tambahan! Ah kalian bisa melihatnya sendiri di ruang itu. Untuk kainnya ada di laci sebelahnya, begitu juga dengan bantal nya. Kalau begitu aku ke kamar dulu ya," kataku sambil berjalan ke kamar.

"Selamat malam," kata Glau sambil menunduk kecil.

"Semoga tidur anda nyenyak," kata Rio yang menunjukan senyum menenangkannya.

"Mimpikan aku ya," kata Ruber dengan senyum lebarnya.

"Aku lebih suka memimpikan para hosbando," ucapku pelan.

"Huh?"

"Tidak bukan apa-apa. Selamat malam," kataku lalu menutup pintuku. Seketika aku mengingat sesuatu dan langsung kembali membuka pintu. "Itu ada remote ac di atas meja agar kalian kepanasan. Kalau perlu sesuatu ketuk saja pintuku."

"Bagaimana cara menyalakannya?" tanya El yang sudah memegang remote ac.

"Pencet tombol power, yang ada tulisan on-off. Ketemu?"

"Oh iya!" seru El yang langsung memencet tombol itu dan suara ac menyala sudah terdengar.

"Baiklah, selamat malam," kataku yang langsung menutup pintu. Saatnya menikmati game!!!

Enaknya buka yang mana ya? Rpg dulu? Escape dulu? Otome dulu? Visual novel dulu? Hm... Apa aja deh.

Setelah jarum menunjuk tengah malam maka saat inilah waktuku untuk tidur. Aku langsung mematikan lampu dan menikmati kasur empukku dan pergi ke dunia yang paling menyenangkan.

.
.
.
.
.
.

Jangan mengatakan bahwa itu adalah kebiasaan ku. No, saya nggak pernah di ganggu sama ikemen :v

Btw welcome back, terima kasih yang sudah membaca cerita absurd ini. Masih sedikit mentah, tapi semoga berkenan buat kalian. Oh iya, nggak ada romance ya... kayaknya.

Saya tahu saya nggak pinter gambar sampe bisa bikin cowok ganteng banget... tapi anggep aja mereka ganteng. Ok? :v

Yang penting saya up kamis. Nggak perlu tahu jam berapa kan? Hehe. Sampai jumpa minggu depan. Berharap lah saya bisa terus up tiap minggu wkwkwk.

-(21/06/2018)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro