Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 2: Pasrah

~•~
"Rayden, bagai sebuah racun untuk nawasena, estetika fatamorgana mendustakan mata. Membuat Astley berhasrat akan asmaraloka nan lengkara. Hingga terjerumus kepahitan yang amerta."
-Astley
~•~

"KAU PRAJURIT ATAU SIPUT!" Bentak pria dengan rambut hitam kemerahan kepada prajuritnya yang datang terlambat.

Prajurit dengan seragam putih keemasan itu tengah menyamar menjadi pasukan lawan, "Maafkan hamba, Tuan."

Rayden hendak menendang perut pria itu, tetapi Dolf dengan sigap mencegah, "Tuan, ampunilah dia. Dia membawa informasi penting untuk kita."

Rayden menahan diri, "Baik, aku ampuni keterlambatanmu."

Pria itu tersenyum, "Terima kasih, tuan."

"Beritahu aku, apa informasi yang kamu dapatkan?" tanya Rayden kepada prajuritnya.

"Kerajaan Alfaxon tengah terdesak. Kemungkinan akan terjadi pemberontakan, saat kita menyerang mereka atau setelah penyerangan," ucap prajurit dengan serius dan jujur.

Rayden menatap ke arah langit biru, "Ternyata cukup berisiko."

Dolf berusaha berbicara kepada pemimpinnya, "Tuan Rayden, penyerangan kita kali ini memang sangat berisiko. Pemberontak bisa saja datang setelah Kerajaan Alfaxon dikuasai oleh kita."

Rayden menganggukkan kepala, "Iya, kau benar. Pasukan kita sudah terkuras saat penyerangan Kerajaan Alfaxon, kekuatan kita akan berkurang saat pemberontak datang."

Dolf memberikan saran, "Bagaimana dengan tawaran Kerajaan Alfaxon?"

Rayden tampak menimbang-nimbang keputusan, matanya yang setajam elang menatap Dolf dengan serius, "Dolf, siapkan kuda sekarang, kita akan pergi ke Kerajaan Alfaxon!"

Dolf masih bingung, ia tidak paham dengan instruksi Rayden, "Kita akan perang?"

"Tidak. Kita akan melihat, seberapa pantas putri Kerajaan Alfaxon bersanding denganku dan menjadi ratu Kerajaan Malvado."

"Baik, Tuan."

Jauh dari keberadaan Rayden dan pasukannya, Astley tampak gelisah. Keringat dingin membasahi kening hingga leher, tetapi kedua kaki jenjang itu tidak berhenti berjalan mondar-mandir di dalam kamar bernuansa putih dan emas. Sesekali Astley menggigit bibir untuk menyalurkan keresahan dan kebingungannya. Putri Kerajaan Alfaxon itu benar-benar dilema, ia harus memutuskan pilihannya sebelum terjadi penyerangan.

Emona, tampak khawatir melihat Astley, "Nona muda, kaki Anda merah."

Astley tidak peduli dengan kedua kakinya yang terasa panas, "Aku bingung Emona. Apa yang harus aku lakukan?"

Emona tersenyum, "Percayalah pada hati nona."

Astley berjongkok dan menangis, "Aku frustrasi Emona, aku bingung. Aku tidak pernah membayangkan hal seperti ini sebelumnya."

Emona ikut berjongkok dan memeluk Astley, mereka menangis bersama di kamar itu. Hingga tidak menyadari, bahwa raja dan ratu Kerajaan Alfaxon tengah mengintip dari balik pintu. Mereka menangis tanpa suara, tidak tega melihat putri tunggalnya memikul beban yang berat. Tidak sepatutnya, seorang raja menumbalkan putrinya sendiri untuk keberlangsungan kerajaan.

"Nona, jangan menangis lagi. Hamba tidak tega melihat nona seperti ini," ucap Emona kepada Astley yang begitu rapuh di dekapannya.

Astley menatap Emona dengan lesu, "Apa yang harus aku lakukan Emona?"

Emona tersenyum pahit, "Hanya ada satu pilihan, nona menerima lamaran itu untuk keberlangsungan Kerajaan Alfaxon."

Astley merengek, "Aku tidak mau menikah dengan raja tua yang gendut dan jelek!"

Emona tertawa pelan mendengar majikannya merengek seperti anak kecil, "Tidak nona, raja Malvado tidak tua."

Astley mendelik tajam ke arah Emona, "Kau jangan menghiburku Emona, semua raja itu tua. Contohnya ayahku."

"Hamba benar nona, kemarin hamba bertanya kepada Tuan Theodoric sebelum ia kembali ke perbatasan," ucap Emona meyakinkan Astley yang menangis membayangkan raja tua, dengan perut buncit, serakah dan memiliki banyak istri.

Astley menatap Emona, mencari kebohongan di mata hitam pelayanan setianya, "Kau tidak berbohong?"

Emona menggelengkan kepala, "Tidak nona, Tuan Theodoric mengatakan, Raja Malvado itu masih muda, usianya mungkin empat tahun lebih tua dari nona. Wajahnya rupawan dan ia gagah berani."

Astley memutar bola matanya dengan malas, "Usianya dua puluh enam tahun?" tanyanya.

Emona mengangguk kepala dengan antusias, "Katanya ia begitu sempurna, tubuhnya ideal, tatapan mata tajam bagai elang, hidung mancung dan kulit putih bersih."

"Kau mengaguminya?" Astley merasa Emona melebih-lebihkan cerita.

Emona tersenyum, "Di luar Kerajaan Alfaxon, ia digemari kaum hawa, tetapi ..."

Emona berhenti berbicara, tidak sanggup memberitahukan informasi yang akan membuat Astley menangis.

"Emona, katakan kepadaku. Informasi apa yang kau tahu tentang Raja Kerajaan Malvado itu?" Astley sangat penasaran dengan cerita Emona.

Emona terdesak, akhirnya mengatakan semua informasi yang ia dapat, "Sejujurnya, banyak yang mengatakan raja itu tampan dan begitu sempurna, tetapi ia kejam."

"Lalu?" Astley sudah siap mendengarkan kelanjutan cerita.

"Aku dengar, ia pernah menikah dengan seorang wanita. Namun, ia membunuh istrinya sebelum malam pertama pernikahan," ucap Emona dengan takut.

Astley semakin lemas, tapi ia tetap kuat mendengarkan ucapan Emona, "Lalu, adakah informasi lain?"

"Ia pernah membunuh dua saudaranya agar bisa naik Tahta kerajaan dan menaklukkan lima kerajaan," Emona tidak pandai menyimpan rahasia dari majikannya, ia telah bersumpah untuk mengabdi seumur hidup.

Astley gemetar, "Bagaimana nasibku, jika aku menikah dengannya?"

"Hamba rasa, nona akan bahagia melihat paras rupawan Raja Malvado itu," ucap Emona dengan polos.

"EMONA!" Astley sudah frustrasi, dibuat takut hingga gemetar seperti ini oleh pelayan setianya.

"Iya, nona?" Emona yang sedikit bodoh itu, menyahut ucapan Astley.

"WAJAH RUPAWAN ITU TIDAK BERGUNA, JIKA SUAMIKU KEJAM DAN MUNGKIN AKU AKAN MATI SEPERTI MANTAN ISTRINYA!" Astley menangis frustrasi dengan kesal.

Emona menggaruk kepalanya, "Tapi, itukan hanya rumor yang beredar di luar kerajaan. Paling pasti adalah informasi dari Tuan Theodoric yang pernah melihat wajah Raja Malvado."

"Sudah cukup Emona, keluar dari kamarku sekarang! Aku tidak ingin mendengarkan informasi tentang pria itu lagi!" bentak Astley sembari bangkit dan berjalan ke ranjangnya dengan lemas.

Astley menangis sembari memeluk bantal, Emona pun pamit keluar. Di luar kamar, raja dan ratu hendak masuk. Tetapi melihat kondisi Astley, mereka mengurungkan niatnya dan kembali ke singgasana yang berada di lantai bawah.

Astley terus menangis, ia frustrasi dengan takdir yang ia terima. Ia tidak pernah bermimpi menjadi putri yang dikorbankan seperti ini. Sedari kecil, ia selalu yakin bahwa ayahnya sangat hebat di medan pertempuran. Tidak mungkin kalah oleh para musuh. Namun sekarang, Kerajaan Alfaxon berada di tepi jurang kehancuran. Dimana Astley sebagai penopangnya.

Tuhan, bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mencintai pria itu. Bahkan, aku tidak mengenalnya sama sekali. Aku ingin menolak lamaran ini, tapi Kerajaan Alfaxon bergantung nasib kepadaku.

Astley berusaha mencari cara agar bebas dari bayang-bayang pernikahan. Namun, tidak ada cara yang bisa ia tempuh. Ia bisa saja loncat, bunuh diri dari balkon Kerajaan Alfaxon. Mengakhiri beban sebagai putri. Tetapi, ia memiliki tanggung jawab. Ia tidak ingin rakyatnya menderita dan kedua orang tua meninggal oleh kekejaman Raja Malvado.

Di saat Astley menangis, ia mendengar langkah kaki memasuki kamarnya, "EMONA, KELUAR DARI KAMARKU!" teriak Astley dan menatap bengis ke arah pintu.

Di depan Astley, seorang pria dengan rambut hitam kemerahan menatap datar ke arahnya, "Kau ingin memecahkan gendang telingaku?"

"Siapa kamu? Dimana penjaga? Bagaimana kamu bisa masuk ke kamarku?" tanya Astley dengan ketakutan melihat pria asing.

Pria itu terkekeh, "Snow White dari Alfaxon. Tidak buruk."

"Ha?" Astley turun dari ranjang.

"Dolf, kita terima tawaran pernikahan si tua bangka itu," ucap pria itu kepada ajudannya yang berada di ambang pintu.

Pria itu hendak keluar kamar, tetapi Astley menarik tangan kanan pria itu, "Siapa kamu sebenarnya?"

"Menurutmu?" tangan Astley dihempaskan begitu saja oleh pria itu. Astley terus mengekor dari belakang hingga ke lantai bawah.

Pria itu berjalan menuju kursi kebesaran ayahnya, duduk dengan kaki kiri terangkat. Tampangnya begitu angkuh dan bengis. Sementara di tengah ruangan, raja dan ratu duduk di lantai.

"Ayah-ibu," gumam Astley melihat pemandangan menyedihkan itu.

"Aku suka kursi Kerajaan Alfaxon, terasa nyaman. Ayo, kemarilah calon istriku. Duduk di pangkuanku."

Astley menatap ayah dan ibunya, lalu Emona yang berada di sudut ruangan dengan menunduk takut.

"Kau Raja Kerajaan Malvado?" tanya Astley dengan terkejut.

"Ya, aku Rayden de Archilles."

"Dolf, lempar surat perjanjian kita kepada Raja Cardafel!"

Dolf melempar surat perjanjian ke hadapan Raja Cardafel dan ratunya. Astley hanya bisa menonton dengan kesal. Ia tidak bisa berbuat apa-apa, rasa takut menyelimutinya.

"Baca surat itu dengan baik."

Raja Cardafel baru membaca paragraf pertama dari surat perjanjian itu, matanya melotot karena terkejut, "Tawanan?"

Rayden tertawa, "Kau menjual putrimu kepadaku untuk keselamatanmu sendiri. Raja bodoh dan pengecut."

Astley terkejut mendengar ucapan Rayden, sang ayah menjualnya kepada raja iblis yang kejam. Ia memang di korbankan. Sedikit sakit, tapi Astley tetap berdiri tegak di ruangan itu. Ia tidak ingin terlihat lemah.

"Lihatlah putrimu, ia berpura-pura tegar di hadapan ayah dan ibunya. Terlalu penurut dan rela dikorbankan."

Raja Cardafel menundukkan kepala dengan sedih, lalu kembali membaca isi perjanjian yang tertulis dengan tinta hitam.

Surat perjanjian Kerajaan Malvado dengan Kerajaan Alfaxon.

Saya Raja Cardafel, pemimpin Kerajaan Alfaxon dengan ini menyerahkan kekuasaan Kerajaan Alfaxon kepada Kerajaan Malvado. Adapun beberapa kewajiban yang harus dipatuhi:

1. Tawanan akan dibawa ke Kerajaan Malvado dan tidak dapat dikembalikan.

2. Tawanan dilarang bertemu dengan keluarganya.

3. Tawanan hanya diperbolehkan membawa satu pelayan ke Kerajaan Malvado.

4. Kerajaan Alfaxon menyerahkan setengah wilayah kepada Kerajaan Malvado.

5. Kerajaan Alfaxon menyerahkan hasil bumi dan membayar pajak kepada Kerajaan Malvado.

6. Sistem pemerintahan Alfaxon di alihkan ke Kerajaan Malvado.

7. Kekuasaan tertinggi berada di tangan Raja Kerajaan Malvado.

8. Kerajaan Alfaxon berada di pengawasan tetap Kerajaan Malvado.

9. Kerajaan Alfaxon berhak meminta perlindungan kepada Kerajaan Malvado.

10. Raja Kerajaan Alfaxon tunduk dan patuh kepada perjanjian yang telah dibuat, bila mana melanggar akan dihukum mati.

Sekian isi dari perjanjian, ditandatangani dengan persetujuan kedua belah pihak dan dicap resmi kerajaan.

Raja Cardafel terdiam sejenak, menatap manik mata putrinya yang menahan tangis. Ia benar-benar mengorbankan putri tunggalnya untuk bertahan hidup. Di depan para saksi, Raja Cardafel menandatangani perjanjian itu.

Runtuh sudah pertahanan Astley, tubuhnya merosot ke lantai, air mata membasahi kedua pipinya.

"Bagus, siapkan pernikahan besok!" perintah Rayden dengan angkuh di atas singgasana raja.

BERSAMBUNG

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro