Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

68. Ke Kampus

Buset kalian gercep amat. Vote beneran 200+ wkwk. Meskipun ada yang salah tangkep spam komen 200. Kalo komen mah bisa diakali, kalao vote kan enggak 🤣 jadi tolong tetep fokus ya.

Karena kalian sudah menyelesaikan tantangan dari aku. Sesuai janji aku up lagi.



Happy reading ❤️

-

-

-


Pandangan Kirana mengedar saat kakinya menjejak di halaman salah satu perguruan tinggi swasta yang berada di kawasan Jakarta Timur. Dia sudah mendaftar via online seminggu lalu. Dan hari ini akan ada urusan administrasi yang harus dia selesaikan. Di sela jam istirahatnya, dia melipir mendatangi kampus. 

Gedung berwarna dominan biru dan putih itu menyambutnya dengan gagah. Dada Kirana berdebar hebat. Untuk pertama kalinya  menginjak tempat yang dulu pernah dia impikan. Menjadi mahasiswa lalu lulus dan menggunakan toga. Meskipun sangat terlambat, Kirana bersyukur masih bisa mendapatkan kesempatan ini.

Kirana menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sebelum berjalan menuju lobi gedung. Dia tidak memiliki banyak waktu, sebisa mungkin semua urusan administrasi dan pemberkasan harus selesai siang ini juga.

"Kiran?"

Langkah Kirana terhenti mendengar suara itu. Dia bergegas menoleh dan menemukan Nugo berdiri tidak jauh darinya sedang tersenyum. Wanita yang mengenakan setelan kemeja biru muda itu terperangah mendapati teman sekolahnya itu di sini.

"Nugo?"

Nugo tersenyum lebar seraya menghampiri Kirana. "Ternyata memang benar kamu. Tadi kupikir bukan. Kamu lagi apa di sini?" tanya Nugo sesampainya di dekat Kirana.

"Aku mau menyelesaikan administrasi," ucapnya sedikit lirih.

Nugo melebarkan mata. "Kamu kuliah di sini?"

"Baru mau masuk, sih, Nug. Jangan keras-keras aku malu. Harusnya aku kuliah itu empat tahun lalu, tapi ini malah baru mau masuk," ucap Kirana meringis.

"Hei, nggak apa-apa. Yang namanya nyari ilmu mah nggak pandang umur. Ayo, aku antar kamu ke admin akademik."

Kirana mengangguk, dan berjalan di sisi Nugo. "Aku nggak nyangka bisa ketemu kamu di sini. Kamu kuliah di sini, ya?"

"Iya, tapi udah lulus. Ini mau lanjut ambil pasca sarjana sih."

Teman Kirana banyak yang beruntung juga. Lulus sekolah bisa lanjut berkuliah seperti Nugo ini. "Hebat, kamu Nugo."

"Nggaklah, biasa saja. Kamu ambil jurusan apa?"

"Aku ambil ekonomi manajemen, disesuaikan sama kerjaan. Tapi, aku ambil kelas malam yang kelas buat karyawan itu. Maklum kan nyambi kerja."

Nugo mengangguk paham. "Hebat kamu masih ada keinginan lanjut sekolah lagi. Biasanya kan kalau udah kerja malas mikir lagi."

Mendengar itu tawa Kirana meluncur. "Nggaklah, Nug. Aku masih semangat kok. Seenggaknya harus bisa lulus S1."

"Bagus, harus tetap semangat. Kayaknya kita bakal sering ketemu nanti, soalnya kuliah pasca sarjana ada di jam malam."

"Serius? Wah, seneng aku kalau ada temannya. Meskipun beda tujuan. Seenggaknya ada orang yang aku kenal di sini."

Tidak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan administrasi. Saat Kirana keluar dari ruang akademik ternyata Nugo masih menunggunya.

"Mau makan enggak? Udah makan belum?" tanya Nugo, yang langsung dijawab gelengan kepala oleh Kirana.

Saat Gama memberinya izin untuk ke kampus, Kirana langsung saja pergi tanpa makan siang terlebih dulu.

"Oke, kita sekalian tour kampus tipis-tipis, ya, biar kamu nggak bingung."

"Dengan senang hati."

Nugo langsung menuju fakultas ekonomi tempat yang akan sering Kirana datangi. Lorong-lorong fakultas masih terlihat ramai meskipun sekarang masih bulan-bulan libur perkuliahan. 

"Fakultas ekonomi memiliki kantin yang gabung dengan kantin fakultas hukum. Lumayan besar kantinnya," jelas Nugo, langkahnya lantas berbelok menuju kantin tersebut diikuti Kirana.

"Mahasiswa masih belum aktif jadi yang buka paling cuma sedikit. Waduh, Kiran. Kayaknya kita harus puas makan siang mi rebus dan telur doang nih," ujar Nugo ketika langkahnya dan Kirana memasuki kantin, pasalnya hanya ada satu counter yang buka.

Kirana terkekeh. "Nggak masalah, sih. Mi rebus juga enak. Aku biasanya pake telur dua," sahut Kirana seraya menunjukkan dua jarinya, dan langsung disambut kekehan Nugo.

"Ternyata porsi makan kamu besar juga ya."

Mereka benar-benar memesan dua porsi mi rebus untuk mengganjal perut. "Harganya lumayan terjangkau, paslah buat kantong mahasiswa," ujar Nugo terkikik setelah menerima mangkok mi rebusnya.

"Kelihatannya juga enak, Nug. Aku langsung makan aja, ya."

Efek lapar dan rasa mi rebus yang enak membuat Kirana lahap. Dia hanya meniup dua kali dan langsung menyuap ke mulut. Rasa pedas dan gurihnya kuah sontak menggoyang lidahnya.

"Kamu kenapa langsung lanjut ke magistra? Memangnya kamu nggak mau kerja dulu?" tanya Kirana di tengah suapannya. Bibirnya tampak memerah akibat kepedasan.

"Aku udah kerja kok, ini ambil magistra karena diberi kesempatan dan waktu aja. Jadi, ya nggak aku sia-siakan."

Kirana hanya mengangguk - angguk, rasa pedas kembali menyambar lidahnya. Dia buru-buru menggapai gelas es teh. Mulutnya seperti terbakar sampai-sampai dia meminum langsung es teh tersebut dari gelas tanpa menggunakan sedotan.

"Pedes, banget, ya? Kamu pesen level berapa sih?" tanya Nugo seraya mengernyit.

Kirana hanya menjawab dengan acungan tangan.

"Level lima? Itu level yang paling pedas, Kirana. Perut kamu nanti nggak apa-apa?" tanya Nugo sedikit ngeri. Pantas saja kuah mi Kirana sangat merah.

"Aku udah biasa kok, jadi tenang aja."

Mi level lima itu akhirnya tandas, hanya tersisa mangkok dan sendok saja. Kirana mendorong mangkok kosong ke tengah dan kembali meminum es teh yang sudah nambah botol kedua. Nugo sampai tertawa melihat tingkah Kirana.

"Mulutnya masih panas?" tanya Nugo ketika mereka keluar dari kantin.

Tangan Kirana mengibas di depan mulut. "Udah mulai berangsur hilang, sih."

"Mau es krim? Itu bisa mengurangi rasa pedas."

"Boleh."

Keduanya lantas keluar dari gedung kampus sembari makan es krim. 

"Makasih, ya. Udah ditraktir mi rebus dan es krim. Lain kali aku traktir balik," ucap Kirana. Matanya lantas melirik arloji, waktu istirahatnya sebentar lagi habis. Gama bisa mengomel kalau dia terlambat.

"Nug, kayaknya aku harus segera balik ke kantor. Nanti kena semprot bos kalau telat."

"Mau aku antar? Kebetulan aku bawa mobil, " tanya Nugo. Namun, langsung Kirana tolak.

"Aduh, nggak usah, Nug. Aku naik ojek aja biar cepet. Sekali lagi makasih, ya." Kirana lantas bergegas melangkah.

"Kirana!" seru Nugo memanggil.

Kirana yang hampir keluar dari gerbang kampus menoleh dan menunjukkan wajah bertanya.

"Malam minggu ada acara nggak?" tanya Nugo setengah berseru.

Kirana tampak berpikir dan dia tidak menemukan jawaban yang dia ingin. "Aku nggak tau."

"Ya udah, hati-hati. Nanti aku telpon."

Kirana mengangguk lantas melambaikan tangan sebelum lanjut berjalan. Beruntung ada tukang ojek yang sedang mangkal dekat dengan halte. Tanpa pikir panjang Kirana langsung meminta tukang ojek mengantarnya menuju kantor Gama Group.

Masih tersisa waktu lima menitan ketika wanita yang menjepit rambutnya asal-asalan itu sampai. Langkahnya terayun cepat di lantai lobi. Dia harus bergegas kembali ke ruangan Gama sebelum lelaki itu kembali.

Dia menyapa sekadarnya beberapa orang yang berpapasan dengannya saat berjalan di koridor lantai ruangan Gama berada. Workstation sudah ramai kembali. Kirana makin mempercepat langkah  melewati meja sekretaris.

"Woy, Kirana dari mana aja?" tanya Lita yang duduk di mejanya.

Kirana hanya menjawab sambil lalu dan segera membuka pintu ruang CEO. Gama tidak ada di meja kerjanya. Hal itu sontak membuatnya membuang napas lega. Namun...

"Kamu habis lari maraton?"

Kirana terlonjak kaget, saat tiba-tiba suara berat bosnya terdengar.

_________



Nugo bakal jadi batu sandungan nggak kira-kira?



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro