Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

65. Jalan Bersama Raja

Halo, Gaes. Kemarin nggak ada yang nyari kan? Wkwk. Sori, ya. Per hari kemarin aku memutuskan ikut lomba di KBM, jadi up di sini mungkin cukup 2 hari sekali, Gaes. Biar aku nggak bingung.

Sudah bab 65 di sini, udah banyak ya ternyata 😆 Yuk ah, yang belum meramaikan, ayo muncul. Dan, yang belum follow authornya, ayo follow.

Tulis kesan dan pesan kalian setelah menemukan cerita ini, ya. 😉

Happy reading, Gaes.

🔥🔥🔥

-


-


-


Raja masih tidak menyangka bisa bertemu Kirana di tempat  yang terbilang kumuh ini. Hampir saja dia habis dihajar massa kalau wanita itu tidak segera datang menolong. Dia benar-benar merasa takjub dengan wanita itu.

"Kayaknya aku harus balik dulu, deh, Yu. Nggak apa-apa, kan? Aku takut yang tadi keulang lagi," ujar Kirana pamit kepada temannya.

Meski kecewa karena cuma sebentar, Ayu mencoba paham. "Ya udah nggak apa-apa, tapi nanti kita ketemu lagi, ya."

"Iya, gampang. Tinggal WA aja. Nanti tentukan harinya."

Kirana masih ingin banyak mengobrol dengan Ayu, tapi kehadiran Raja yang tiba-tiba dan bikin gaduh membuatnya terpaksa harus menyingkir dulu dari kampung ini. Ayu mengantar mereka hingga ujung gang, lokasi masuk perkampungan di belakang ruko.

"Pokoknya kamu tenang aja soal penggusuran itu," ucap Kirana sebelum menjauh dan melambaikan tangannya.

"Terima kasih, sekali lagi, Kirana," ucap Raja begitu mereka sampai di depan ruko.

Kirana menghela napas dan menatap pria itu. "Sebenarnya apa yang Pak Raja lakukan di sana?" tanya Kirana heran.

Raja tersenyum seraya menggaruk  kepalanya yang tak gatal. "Tadi itu saya iseng survei ke sana. Ingin tahu saja keadaan di sana."

"Pak Raja bener-bener mencari mati."

Lelaki tampan di depan Kirana meringis, dan mengusap belakang kepalanya. "Kamu mau pulang?" tanya dia mengalihkan topik. Bukan mengalihkan hanya saja Raja ingin membahasnya agak jauh dari lokasi kampung.

Bibir Kirana berkerut saat melihat jam tangannya. Masih ada waktu dua jam lagi, sayang sekali jika tidak dia manfaatkan.

"Saya mau jalan-jalan dulu sebentar."

"Ke mana? Saya bisa antar kamu. Entah ini kebetulan atau apa, tapi saya senang bisa bertemu kamu di sini, tanpa ada Gama." Lelaki itu tersenyum sangat manis. Dan, Kirana rasa itu adalah senyum termanis yang pernah dia lihat.

Masih ada sisa waktu dua jam, tidak ada salahnya menggunakan waktu ini untuk sedikit berbicara dengan Raja. Mungkin saja ada hal yang bisa Kirana urai dari perseteruan antara Raja dan Gama, yang sepertinya belum usai.

"Kita mau jalan-jalan ke mana, ya?" tanya Raja, ketika mereka sudah ada di dalam mobil. "Ada tempat yang ingin kamu tuju, Kirana?"

Kirana mengangkat bahu. "Sebenarnya saya ingin menghabiskan waktu di kampung tadi. Tapi karena tiba-tiba Anda muncul lalu bikin keributan, terpaksa saya harus pamitan."

"Saya minta maaf," ucap Raja sedikit menyesal. "Saya tidak tahu reaksi warga langsung seberang itu, padahal tadi saya cuma nanya tempat tinggal ketua RW di sana, tapi mereka langsung menuduh saya yang akan menggusur tempat itu," terang Raja, masih fokus pada kemudinya.

"Memang benar, kan?" tanya Kirana melirik sekilas lelaki itu.

"Iya, tapi itu kan belum fix. By the way kok kamu bisa ada di sana?" tanya Raja, itu yang dari tadi membuatnya penasaran.

"Saya dulu tinggal di kampung itu juga. Dan saya datang menemui teman saya karena dia dengar kampung itu mau digusur. Dia galau banget, Pak. Kasian." Kirana menggeleng prihatin. "Kalau saya masih tinggal di sana pasti juga akan segalau dia. Biar gimana juga, kampung itu tempat yang nyaman buat kami."

Raja sedikit senewen mendengar cerita Kirana. Dia sudah lama mengincar tanah kampung itu untuk membangun sebuah tower apartemen dan perkantoran.

"Rencananya saya ingin membangun apartemen dan perkantoran di sana. Kalau tower itu sudah jadi, para warga bisa kok, pindah ke sana. Kami akan memberikan harga khusus."

Kirana tertawa sumbang. Pemikiran orang-orang kaya benar-benar ajaib.
"Kompensasi yang kalian berikan bahkan nggak cukup untuk harga sewanya satu bulan. Lalu setelahnya mereka akan tinggal di mana?"

"Itu..."

"Meskipun ada harga khusus, itu tak lantas membuat mereka mampu membeli harga satu unitnya. Iming-iming seperti itu nggak akan bisa mempengaruhi mereka, Pak."

Kembali Raja meringis. Tentu saja dia sadar itu cuma strategi untuk melepas tanah mereka. Perusahaan mana yang mau rugi menjual unit apartemen dengan harga jual yang murah setelah susah payah mendapatkan tanah incaran?

"Saya harap Anda juga memikirkan nasib mereka. Saya tahu betul letaknya yang strategis menjadi banyak incaran para pengembang seperti kalian. Tapi pikirkan juga perasaan mereka yang sudah bertahun-tahun hidup di sana," sambung Kirana lagi.

"Kami mempertimbangkan itu, Kirana. Makanya kami menawarkan harga tinggi untuk per meternya. Kami juga tahu mana lokasi yang punya nilai," balas Raja memberikan opininya. "Kami nggak menawarkan harga yang merugikan mereka. Kami paham tanah Jakarta itu mahal."

"Hm, lakukanlah. Tapi kalau mereka nggak mau jangan memaksa."

Raja diam. Tidak ingin mendebat ucapan Kirana. percuma. Lalu keinginannya untuk minta tolong pada Kirana agar mau membujuk Gama menguap begitu saja.

Raja membelokkan mobil ke sebuah mal di kawasan bunderan HI. Mal yang tidak diperuntukkan bagi orang-orang low budget seperti Kirana.

"Kita makan dulu, ya. Saya sudah lama ingin mengajakmu makan," ucapnya membelokkan kemudi memasuki pintu masuk parkir mal.

Kirana membenarkan posisi duduknya. Jujur dia merasa tak nyaman sekarang. "Saya pulang saja, Pak," ucapnya sedikit gusar.

"Kok pulang, sih? Bertemu sama kamu beneran susah, Kirana. Masa udah mau pulang aja?"

Kirana meringis canggung. Lelaki yang bersamanya sekarang itu tunangan orang, bagaimana kalau ada yang lihat?

"Kita makan sebentar kok nggak  akan lama."

Sepertinya Raja tidak mau dibantah. Kirana terpaksa mengikuti kemauan lelaki itu.

Dari sejak merantau ke Jakarta, jujur Kirana belum pernah masuk ke mal satu ini. Begitu pun ketika bekerja bersama Gama, dia tidak pernah menyambangi mal hanya untuk sekedar cuci mata. Biasanya segala keperluan yang dia butuhkan sudah ada di rumah. Dia tidak perlu repot-repot jika membutuhkan sesuatu.

Jadi, ketika Raja membawanya ke salah satu mal bergengsi di kawasan Jakarta Pusat ini dia sedikit takjub. Tidak seperti Pasar Beringharjo yang ramai dan padat, mal ini begitu tertata dan pastinya... sangat adem dan nyaman.

Kirana menarik napas, berjalan di sisi Raja dan berusaha santai. Meskipun dalam hatinya deg-degan. Entah deg-degan karena jalan dengan tunangan orang, atau karena ini baru pertama kalinya menginjakkan lantai di mal yang berisi toko barang-barang branded keluaran luar negeri.

"Kamu mau beli sesuatu enggak?" tanya Raja menoleh dengan senyum yang masih saja terulas.

Kirana menggeleng. Di otaknya sama sekali tidak pernah berpikir untuk memiliki salah satu koleksi barang-barang di sini. Lebih baik uang gajinya ditabung buat renovasi rumah di kampung.

"Kamu cukup bilang saja, Kirana. Saya akan membelikannya buat kamu."

Oh, manusia satu ini memang baik. Kontras sekali dengan Gama.

"Terima kasih, Pak. Tapi tidak usah. Saya tidak membutuhkan apa-apa."

"Tapi kayaknya saya perlu berterima kasih sama kamu karena sudah menolong saya di kampung tadi." Lelaki itu mengedipkan mata, lantas menarik tangan Kirana memasuki sebuah gerai yang memiliki lambang dua huruf C bergandengan.

_____________

NB : Teman-teman bagi yang punya aplikasi KBM, Mohon dukungannya ya... Di sana aku lagi ikut lomba degan judul novel "MENCURI HATIMU LAGI"

Kunjungi ya, Gaes, dan dukung dengan review+ subscribe buat yang punya apikasinya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro