Misi Pertama, Debaran Pertama
=============
Shiroyasha POV
=============
[ Kediaman Shinobu ]
"Ohayou, Shinobu-san!" Sapaku pada Shinobu yang sedang meracik obat.
"Ohayou, Shiroyasha-san, apa kau tidur dengan nyenyak?" tanya Shinobu sambil mengambil bahan lain untuk obatnya.
"Aku tidak tidur, Shinobu-san... Lebih tepatnya oni tidak perlu tidur,"ucapku padanya. Tentu saja aku tahu kalau ia hanya berbasa-basi dengan pertanyaan yang basi.
Ia menyimpan obat yang baru saja diraciknya, lalu mengambil sebotol racun wisteria.
"Ara-ara, lalu apa yang Shiroyasha-san lakukan semalaman?" tanyanya sambil tersenyum dengan racun bunga wisteria di tangannya.
"Yahh.... Aku hanya berlatih sedikit dengan teknik pernapasanku. Kau tahu, sudah 30 tahun sejak aku menggunakan teknik pernapasanku,"ucapku sambil tersenyum kecil.
Shinobu hanya menganggukkan kepalanya lalu menyimpan racun bunga wisteria yang tadi dia pegang ke balik haorinya.
"Omong-omong, Shiroyasha-san, apa kau juga mau ikut menjenguk beberapa pemburu iblis yang terluka?" ajak Shinobu.
Aku tak mengerti mengapa ia mengatakan hal itu, tapi harusnya ia sudah tahu, kalau oni biasa pasti akan tergiur oleh bau darah para pemburu iblis. Apa mungkin ia masih curiga padaku? Memang sih, sepanjang malam aku merasakan kalau ada yang mengawasiku, kemungkinan tsuguko yang ia latih. Tapi, tentu saja, aku bukan oni biasa, seperti yang kujelaskan dalam rapat pilar kemarin. Hmm, apa ia tak percaya padaku? Mungkin.
"Boleh saja, Shinobu-san.. Sudah lama aku tak ikut merawat luka para pemburu iblis," ucapku sambil tersenyum manis padanya.
Shinobu tersenyum ketika mendengar jawabanku, lalu membuat gestur yang menyuruhku untuk mengikutinya. Aku pun mengikutinya ke tempat pemburu iblis yang terluka dirawat. Ketika masuk ke ruangan itu, aku mencium bau yang amat manis.
"Ohayou, Tanjirou-kun.. Apa kamu merasa lebih baik?" tanya Shinobu pada pria berambut merah anggur yang kemarin.
"Ya, aku merasa jauh lebih sehat. Arigatou ne, Shinobu-san," ucap Tanjirou kepada Shinobu.
"Nah, Tanjirou-kun, sekarang minumlah lagi obat ini, kemungkinan beberapa hari lagi kamu mungkin sudah bisa beraktivitas seperti biasa," jelas Shinobu sambil meletakkan obat itu di meja sebelah kasur tempat Tanjirou berbaring.
Tanjirou mengangguk sambil tersenyum, ia kemudian mengambil obat itu dan meminumnya. Aku hanya menatap mereka datar, sebelum berpaling ke kotak kayu di sebelah Tanjirou.
"Tanjirou-san, apa ini adikmu?" tanyaku pelan.
"E-eh? Iya, omong-omong, nama Onee-san siapa? Aku belum pernah melihat Onee-san sebelumnya," tanya Tanjirou.
"Aku Hanami Shiroyasha, Oni no Hashira, panggil saja Shiroyasha," jawabku sambil menengok dan tersenyum ke arahnya.
Ia juga turut memperkenalkan dirinya dan mengobrol sedikit denganku, alias berbssa-basi. Setelah itu, aku menutup percakapan dengan pertanyaan yang cukup mengejutkannya.
"Boleh aku membuka kotak ini?" Tanyaku sambil meletakkan tanganku di gagang yang ada di kotak kayu ini.
"Eummh, Nezuko-chan mungkin sedang tidur sekarang, jadi silahkan saja," ucapnya pelan.
Akupun membuka pintu kotak kayu itu dan aroma manis menyeruak keluar menyapa indra penciumanku. Aku mengendus sedikit di dekat Nezuko, yang membuat Tanjirou sedikit mengernyitkan dahinya. Tak butuh waktu lama, akupun menutup pintu kotak itu untuk mencegahku memangsa adik Tanjirou itu tanpa sadar.
"Bau darah adikmu sangat manis, bahkan semanis bau darah Uppermoon," ucapku pelan.
"E-eh? Maksud Shiroyasha-san?" Tanyanya bingung.
Shinobu memasang ekspresi waspada saat mendengarku berkata demikian. Apa ia takut aku akan memangsa Nezuko?
"Kamu belum tahu ya? Aku tidak memangsa manusia, tapi memangsa oni. Mungkin terdengar menjijikkan, tapi ya begitulah,"jelasku padanya.
Tanjirou sedikit membulatkan bola matanya, sebelum kembali normal dalam beberapa saat.
"Anda... Unik sekali, Shiroyasha-san," ucapnya sambil tersenyum.
Aku hanya mengangguk, karena Shinobu mengajakku keluar dari ruangan itu. Akupun mengucapkan selamat tinggal pada Tanjirou dan pergi mengunjungi pasien yang lain. Sebenarnya pasiennya agak aneh, ada yang menangis histeris seolah akan segera mati. Bahkan ada pula yang bergelantungan di langit-langit sambil mengenakan topeng babi hutan, aneh sekali, bukan?
"Kwak! Kwak! Shinobu-sama! Segera pergi ke perbatasan untuk mengecek kuil di sana! Kwak! Kwak!" Teriak gagak Kasugai milik Shinobu.
" Ara~ara~ Sepertinya aku harus segera menjalankan misi, Shiroyasha-san. Jika kamu butuh sesuatu, minta saja pada Aoi, atau Kanao,"ucap Shinobu.
" Uhm.. Baiklah, Shinobu-san," balasku sambil tersenyum.
Setelah itu, Shinobu segera pergi keluar kediamannya dan menghilang begitu saja. Aku langsung menghilangkan senyumanku dan mencoba menghubungi Douma.
'Douma? Apa kau mendengarku?'
'Oh, Yashaku yang manis! Ada apa kau tiba-tiba menghubungiku?'
'Ada seorang pilar yang menuju ke kuilmu. Segera pindah dari sana!'
'Ya ampun, bukankah tinggal kubunuh saja? Buat apa susah-susah memindahkan kuil?'
'Aku tak ingin kau membunuhnya sekarang. Kalau kau tidak menurutiku, aku tak mau bertemu denganmu lagi!'
'E-eh, tunggu Ya-'
Aku langsung memutuskan telepatiku padanya. Aku tak begitu mengerti mengapa aku bisa menggunakan telepati, yang anehnya hanya bisa dengan Douma saja. Mungkinkah karena dia memberikan darahnya padaku? Hmm, atau karena aku berbeda dari oni lainnya? Ah, sudahlah, buang waktu saja memikirkan hal begitu.
Akupun tersenyum dan berbaring di ranjang. Kira-kira kapan aku menerima misi pertamaku?
"Ah, aku sudah tak sabar," gunamku senang.
Beberapa hari kemudian...
Sudah beberapa hari sejak aku menjadi Hashira, namun misi yang diberikan padaku hanyalah misi-misi yang cukup mudah. Kebanyakan hanya membunuh iblis rendahan, namun dalam jumlah banyak. Memang itu bisa memenuhi suplai makananku, namun itu sangat membosankan.
Shinobu-san juga sudah kembali dari misinya, yang tentu saja tak membuahkan hasil karena aku sudah memperingati Douma.
Aku berjalan lunglai keluar dari kamar karena bosan. Karena itu, aku memutuskan untuk berlatih di dojo. Ketika aku sedang dalam perjalanan, Kuro, gagak kasugai milikku, memberi tahukan misi baru lagi.
"Kwak! Kwak! Shiroyasha, segera pergi menjalankan misi bersama Pilar Api! Kwak! Kwak! Ada iblis bulan bawah yang dicurigai muncul! Kwak! Kwak!"
"Akhirnya misi yang lebih sulit!" Teriakku senang.
Aku tersenyum lebar lalu berlari
kembali ke kamarku untuk mengambil haori dan nichirin ku. Dan beberapa detik kemudian, aku sudah berada di gerbang markas pemburu iblis. Disana, aku bisa melihat pilar api, yang bernama Rengoku Kyoujurou, kemudian ada pria berambut merah anggur bernama Tanjirou, lalu dua pasien aneh yang kutemui kemarin.
"Ah, Ohayou Shiroyasha-san," sapa Tanjirou.
"Ohayou, mo, Tanjirou-san!" Sapaku.
Aku menatap Kyoujurou, sang pilar api, lalu tersenyum padanya.
"Ohayou, Rengoku-san!"sapaku padanya.
Deg!
Eh? Degupan jantung yang keras?
"Ohayou mo, Hanami-san," sapanya sambil tersenyum semangat.
Aku hanya tertawa kecil melihatnya, terutama semburat merah muda tipis di pipinya.
'Jadi dia yang waktu itu berdegup keras?' pikirku.
"HOI, KAU CURANG SEKALI, TANJIROU!! SETELAH ADIKMU KAU MENYEMBUNYIKAN PEREMPUAN SECANTIK INI!! SIALAN, BERUNTUNG SEKALI KAU!!" Teriak si pria cengeng aneh.
"E-eh? Tapi Shiroyasha-san adalah seorang pilar," ucap Tanjirou sambil tersenyum canggung.
"BOHONG!!"Teriak pria cengeng itu.
"HAHAHA! KALAU KAU PILAR SEPERTINYA KAU KUAT SHAROYUSHA! AYO BERTARUNG DENGANKU!" Teriak pria bertopeng babi yang kemarin bergelantung di langit-langit.
"Ah, omong-omong, bukannya lebih baik kita berkenalan dulu?" Tanya Kyoujurou.
"Uhm.. Watashi wa Hanami Shiroyasha, Tetsu- ah maksudku Oni no Hashira, yoroshiku!" Ucapku memperkenalkan diri.
"GYAHH!! ONI!" Teriak si pria cengeng lalu bersembunyi di balik tubuh Tanjirou.
Aku hanya tersenyum sambil menahan emosi, jujur saja, aku tersinggung mendengar pernyataannya. Aku heran, bagaimana bisa pria penakut dan cengeng sepertinya bisa jadi pemburu iblis?!
"Jangan begitu, meskipun oni, Shiroyasha-san adalah oni yang spesial. Ia seperti para manusia pada umumnya, namun ia memakan oni dan memiliki kemampuan darah oni, dan omong-omong,aku Rengoku Kyoujurou, pilar api"jelas Kyoujurou dengan semangat berapi-api.
Pria cengeng yang sudah mendengar penjelasan Kyoujurou akhirnya kembali ke posisi normalnya, namun ia tidak berani dekat-dekat denganku.
"Watashi wa Kamado Tanjirou, yoroshiku," ucap Tanjirou.
"Agatsuma Zenitsu, yo-yoroshiku," ucap si pria cengeng, A.K.A. Zenitsu.
" HAHAHA! AKU HASHIBIRA INOSUKE-SAMA! PEMBURU IBLIS TERKUAT! CAMKAN ITU SHURAYASHU!" Teriak pria bertopeng babi A.K.A. Inosuke.
"Nah, karena semua sudah memperkenalkan diri, ayo kita berangkat!" ajak Kyoujurou.
Akupun mengangguk dan mengikutinya bersama Tanjirou,Inosuke, dan Zenitsu. Selama perjalanan, aku sering tertawa melihat tingkah mereka bertiga, terutama Inosuke yang selalu salah menyebutkan nama kami.
Setelah berlari kurang lebih 2 jam, akhirnya kami sampai di sebuah stasiun. Aku hanya tertawa ketika melihat Tanjirou dan Inosuke yang heboh sendiri melihat stasiun. Kyoujurou dan Zenitsu hanya diam dan tersenyum, sedangkan aku sendiri sudah pernah melihat stasiun, kira-kira beberapa tahun yang lalu.
"UWAH!! MAKHLUK APA INI?!" Teriak Inosuke saat melihat kereta api uap.
"Itu kereta api uap,"jelas Zenitsu pada Inosuke.
"TUNGGU! MUNGKIN INI BEEBAHAYA BIAR AKU MENYERANGNYA DULU!" Teriak Inosuke yang bersiap menyerang.
"Tunggu, apa dia adalah roh penjaga tanah ini?"Tanya Tanjirou pada Zenitsu.
"Sudah kubilang! Ini namanya kereta api uap, dasar anak desa!" Ucap Zenitsu kesal.
Tak kusangka pria cengeng seperti Zenitsu dapat berlaku seperti itu.
"SERANGAN BABI!"
DUAK!
Kepala babi Inosuke menghantam kereta, setelah itu ia mengusap kepalanya yang kesakitan karena bertemu dengan besi. Aku hanya berdecih ketika melihat petugas stasiun hendak mengejar kami karena ada pedang di pinggang mereka, terutama sikap Inosuke yang seenaknya menghantam kereta.
"Tunggu apa lagi?! Ayo pergi!" Teriakku lalu menyeret ketiga bocah itu, lalu diikuti dengan Kyoujurou yang menyusulku.
Setelah lari, akhirnya kami memasuki kereta dan mencari tempat duduk. Aku melihat Kyoujurou yang memesan banyak makanan dan terus berkata lezat sampai aku muak mendengarnya, sedangkan Tanjirou sendiri menanyakan sesuatu yang tidak kuduga.
"Rengoku-san, apakah Anda tahu tentang 'Tarian Dewa Api'?" Tanya Tanjirou, setelah itu dia menjelaskan beberapa hal tentang hal itu.
"Tidak, aku tak pernah mendengar 'Tarian Dewa Api'! Aku menghormatimu yang mau menggunakan tarian ayahmu dalam pertempuran, tapi mari hentikan omong kosong ini!" Ucap Kyoujurou sambil terus melanjutkan makannya.
"Eh?! Kupikir aku bisa mendapatkan beberapa informasi,"ucap Tanjirou lemas.
"Maka jadilah tsuguko ku dan akan kulatih kau! Aku hanya tahu sejarah napas api..."ucap Kyoujurou lalu melanjutkan penjelasannya dengan semangat.
"Omong-omong, apa nama misi ini?" Tanyaku sekedar ingin tahu.
"Ini adalah misi kereta tak terbatas, Shiroyasha-san,"ucap Tanjirou, lalu akupun mengangguk pertanda aku sudah mengerti.
Sedangkan Inosuke selalu bertingkah norak di dalam kereta, sepertinya, dia benar-benar anak yang tumbuh di dalam hutan seperti rumor yang beredar. Aku hanya menatap keluar jendela kereta dan melihat pemandangan di sekeliling kami, aku tersenyum ketika mengingat dulu aku juga pernah menjalani misi begini, meskipun saat itu keretanya sangatlah lamban, bahkan lebih lamban dari ini.
Kondektur mulai mengecek tiket kami, dan sejujurnya kondektur itu cukup mencurigakan. Apa dia berkomplot dengan iblis bulan bawah yang akan kami incar?
Tak lama setelah kondektur membolongi tiket itu, semua orang tertidur. Dan karena aku merasakan kehadiran oni yang cukup kuat, akupun berpura-pura tidur.
Beberapa saat kemudian...
Aku menunggu semua orang terbangun, dan sepertinya semua sudah bangun. Karena itu, akupun membuka mataku. Lalu pergi ke gerbong depan.
"Jadi, kalian sudah bangun semua?"tanyaku malas.
"Eh?! Shiroyasha-san sudah bangun dari tadi?" Tanya Tanjirou yang sedang menyerang sambil terkejut.
"Tidak, aku tak tidur sama sekali,"ucapku datar lalu mulai menyerang tubuh oni yang menyerang kami.
Aku hanya tertawa ketika sadar kalau lawan kami hanyalah iblis bulan bawah yang lemah. Sepertinya ia menerima darah dari Muzan. Semuanya selesai dengan begitu mudah. Serius, kami bahkan tidak menghabiskan waktu lebih dari semalam untuk menyelesaikan ini. Aku kembali memasang raut wajah datar karena kesal misinya tak seseru yang kukira.
"Membosankan," ucapku pelan.
Dari dalam kereta, Nezuko keluar dan pergi menuju Tanjirou. Ah, ternyata dia juga ikut. Tak lama, aku memicingkan mataku ketika merasakan sesuatu.
'Perasaan ini, tak salah lagi. Akaza,'batinku ketika melihat sesosok oni mendekat.
Dan benar saja, itu adalah Akaza, Uppermoon nomor 3, satu tingkat di bawah Douma.
"Tanjirou, segera pergi dari sini. Kau tak akan mampu menyelesaikan ini,"ucapku padanya.
Ia hanya mengangguk dan mencoba pergi dengan susah payah dengan membawa Zenitsu bersama Inosuke. Setelah itu, aku melihat ke arah Kyoujurou dan Akaza yang mulai bertarung. Kedua serangan mereka beradu satu sama lain.
'Ini buruk,' pikirku saat melihat kondisi Kyoujurou yang mulai terpukul mundur dengan mata kirinya yang terluka.
Ketika Akaza mencoba menyerang lagi, aku menghentikan serangannya dengan serbuk besi yang kupadatkan menjadi dinding besi.
"Biar aku yang menangani ini, Rengoku-san!" Ucapku padanya.
Tak lama setelah itu, dinding besi itu kuhancurkan, dan terlihat Akaza yang memandangku nyalang.
"Hoo? Kau wanita yang selalu bersama Douma kemana-mana kan? Kenapa kau melindungi manusia itu? Apa kau sudah gila?" Ucapnya kasar.
Kyoujurou sedikit membelalakkan sebelah matanya saat mendengar hal itu, ia berusaha bangun,namun tenaganya terasa habis. Kemudian aku mengambil nichirin yang kusembunyikan dibalik haoriku.
"Tidak! Ini adalah sepenuhnya pilihanku!"Teriakku sambil menyiapkan kuda-kuda.
"Aku biasanya tidak menyerang perempuan, tapi mau bagaimana lagi,"ucapnya sambil tersenyum nyalang padaku.
"Teknik Pernapasan Besi Jurus Pertama: Jurus Seribu Pedang," gunamku lalu mulai menyerang Akaza.
Akaza hanya menghindari seranganku, namun tetap saja, ia terkena serangan itu meski hanya sedikit. Namun sayangnya, aku sudah melumuri darahku di
nichirin ku, sehingga racun akan menyebar ke tubuhnya, meski tak sampai mati sih karena jumlahnya sangat sedikit.
"Aku akan serius kali ini, berharap saja kau tidak mati, Teknik Penyebaran Jurus Kesembulan: Api Penyucian!" seru Akaza yang mulai menyerangku dengan kuat.
Aku hanya tersenyum mendengarnya.
"Teknik Pernapasan Besi Jurus Kedua: Pembunuh Malam,"gunamku lalu menahan serangan Akaza.
Tubuhku sedikit terluka karena terkena dampak pukulan Akaza, namun segera beregenerasi. Tenaga kuat yang sebelumnya kutahan tiba-tiba lenyap. Dan ketika aku melihat, Akaza sudah menghilang. Aku segera menengok ke arah Kyoujurou, dan kulihat ia sedang menahan serangan Akaza. Namun sebelum aku sempat kesana, tangan Akaza sudah menembus perut Kyoujurou.
"SIALAN KAU,AKAZA!"Teriakku marah lalu menyerangnya dengan membabi buta.
Akaza mulai terdesak dengan seranganku, lalu mundur kebelakang.
"Tsk,kita akan selesaikan ini lain kali,"ucap Akaza sebelum menghilang ke dalam pintu yang tiba-tiba terbuka di dalam tanah.
"SIALAN, PENGECUT!"Teriakku pada sosok yang baru saja menghilang.
Aku tahu aku tak mungkin bisa mengejarnya sampai kesana, jadi kuputuskan untuk melihat kondisi Kyoujurou. Ia sekarat dengan luka parah di perutnya. Aku tak tega melihatnya terluka seperti itu. Meski kami baru mengenal sebentar, namun ia adalah pria yang sangat baik.
Kukeluarkan obat yang kuciptakan dari hasil eksperimenku. Obat ini dapat menyembuhkan luka secepat regenerasi oni, namun tak merubahnya menjadi oni. Hanya saja, resikonya, ia akan lumpuh untuk beberapa bulan, karena regenerasi yang terlalu cepat mungkin dapat merusak sel sarafnya.
Setelah itu, kumasukkan obat itu ke mulutnya, dan kemudian, lukanya sembuh dengan cepat, bahkan matanya yang terluka kembali normal. Setelah itu, kubopong Kyoujurou dan menjauh dari tempat itu.
To be Continued...
Huwaaa! Ga nyangka bisa bikin part dengan words sampe 2300+ kata lebih😂 Btw, hope you enjoy this part! See you next!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro