Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1 - Fight it

Halooo!👋
Sudah lama kita tak bersua.
Kali ini aku bawain cerita fantasi bareng teman-teman aku dari wga_academy nih!

Selamat datang di dunia fantasi kami💫

•••

Tampaknya langit enggan untuk memberikan keceriaannya pagi ini, sebab awan hitam terus menyelimuti atap gedung Highschool WGAVerse. Gedung dengan empat lantai itu tampak kokoh berdiri di antara pohon-pohon rindang nan besar.

Seorang remaja perempuan berambut perak berlari kecil menyusuri lorong panjang dengan jajaran foto-foto angkatan. Sembari melangkah masuk, tangannya sibuk mengibaskan rambut yang sempat basah terkena air hujan.

“Hei, Zeya!” sapa seseorang dari balik tubuhnya secara tiba-tiba.

Gadis itu segera membalikkan badan dan menemukan laki-laki dengan tinggi badan sekitar 180 cm berdiri tepat di depannya. Senyuman khas terpatri indah di bibir lelaki itu. Seperti biasa, rambut hijaunya terlihat acak-acakan.

“Ayo ke kelas bareng!” ajaknya dengan penuh semangat. Zeya hanya mengangguk sebagai balasan.

Zeya memelankan langkahnya seraya mengamati foto-foto yang terpajang di kedua sisi lorong. Sebuah pigura emas di sisi kiri menarik perhatiannya dan menuntun gadis itu untuk mendekat, sedangkan Bullet hanya mengekor saja.

“Kamu lihat apa, Zey?” tanya Bullet heran.

Bukannya menjawab, gadis itu justru menanyakan hal lainnya. “Kamu mengenalnya, Bullet?”

Zeya menunjuk seorang perempuan berambut gelap di dalam foto. Perempuan itu sedang berdiri di tengah barisan. Senyumnya sangat tipis, bahkan sekilas hampir tak terlihat sama sekali. Tatapan matanya tajam seolah dapat menghunus siapapun yang melihatnya.

“Bukannya dia ketua OSIS? Satu sekolah pun mengenalnya,” jawab Bullet pada akhirnya.

“Maksudku, apa kamu pernah berurusan dengannya? Kusarankan padamu agar jangan pernah berurusan dengan dia." Zeya berkacak pinggang, lelaki satu ini memang minim kelogisan.

Tak lama, terdengar suara langkah kaki mendekati mereka. Baik Zeya maupun Bullet spontan menengok ke kanan, tepat darimana suara itu berasal. “Memangnya kenapa jika dia berurusan denganku? Apa ada masalah?”

Gadis yang baru saja Bullet lihat di foto itu kini berdiri dengan tegap di hadapannya. Terlihat cantik, tetapi terkesan dingin di saat yang bersamaan. Manik mata cokelatnya tiba-tiba saja menatap Bullet lekat, membuat Bullet sedikit tersentak.

“Namamu Bullet, 'kan? Senang akhirnya bisa bertemu denganmu,” ujar gadis itu, “aku Lace, Ketua OSIS di sini. Aku sudah banyak mengetahui tentangmu, jadi kupikir kamu akan sangat cocok jika menjadi bagian dari kami, OSIS Highschool WGAVerse. Maukah kamu bergabung?” sambungnya.

Zeya menatap tak suka gadis yang notabenenya ketua OSIS itu. Digenggamnya erat lengan kiri Bullet, salah satu kode yang telah disepakati bersama beberapa waktu lalu.

"Wah, tawaran yang menarik. Mungkin ini menjadi salah satu jalan di mana Zeya mengakui ketampananku."

Genggaman di lengannya semakin erat, tetapi Bullet justru menunjuk bangku kosong, memberi isyarat agar mereka duduk berbincang. Zeya benar-benar terabaikan.

Dalam beberapa kesempatan, netra Zeya dan Lace saling bertabrakan. Tak lama kemudian, samar-samar Lace tersenyum miring.

"Oke, aku terima. Apakah hari ini aku sudah bisa mengunjungi ruang OSIS?" Netra Bullet berbinar menunggu jawaban Lace.

"Bahkan bila ingin mengunjunginya sekarang pun boleh," ujar Lace kegirangan.

"Yes! Zeya, maaf, aku menarik ajakanku tadi. Apa kamu ingin ikut ke ruang OSIS sekalian?" tawar Bullet kikuk.

"Tidak perlu," ujar Zeya singkat sembari memberi isyarat tangan tiga jari.

Jaga diri? Apa maksudnya? Bullet pun mengerutkan dahinya.

"Apa barusan dia memberi isyarat padamu?" tanya Lace memastikan.

"Aku tidak tau pastinya, tapi sepertinya iya," jelas Bullet.

Zeya menyimak percakapan itu di balik dinding. Tentu saja Zeya menggerutu sebab Bullet dengan polosnya memberi tahu isyarat yang dia berikan.

Saat hendak melanjutkan perjalanan ke kelas, Zeya dikejutkan dengan bercak darah di lantai. Sial! Netranya merespon sesuatu yang tidak seharusnya. Kini dia pun harus membersihkan bercak darah itu sebelum murid lain menyadari. Alangkah kagetnya ketika seorang medical student berada di kawasan technopark. Gadis itu mengambil alih tugas Zeya membersihkan bercak darah dan bertanya-tanya kecil.

"Kelihatan, ya?" tanya gadis medical student itu.

"Memang kadang hal seperti itu merepotkan, aku pun tidak ingin sering-sering melihatnya. Namun, Lace saja yang keras kepala. Ah, sudah bersih. Aku akan ke ruang OSIS, ada anak baru katanya."

Gadis itu berkata tanpa henti dan dengan tiba-tiba menyinggung hal-hal kurang penting. Namun, dia tidak benar-benar membersihkannya. Justru dia menuliskan sesuatu lewat darah itu.

"Endeavour."

***

Lace duduk termenung sendirian memandangi taman sekolah melalui jendela ruang OSIS. Pikirannya kembali teringat pada Bullet dan Zeya. Dia tahu, mereka adalah orang-orang yang diberi kelebihan.

Seorang pria berambut putih dengan tubuh tegap memasuki ruangan.

"Apa yang sedang kamu pikirkan kali ini?" pria berambut putih itu duduk dan menuangkan teh ke sebuah cangkir.

"Kamu tau? Kita mendapatkan calon anggota baru." Lace berhenti dari lamunannya dan kembali duduk di kursinya.

"Baguslah kalau begitu." pria itu menubrukan bibirnya ke cangkir teh.

"Bagaimana caranya membujuk mereka agar mau ikut pertarungan yang bisa membahayakan nyawa mereka sendiri?"

Lace menghelas napas panjang,  "Baiklah akan kucoba seperti cara biasa semoga saja mereka berminat." Lace segera beranjak dari kursinya dan pergi keluar ruangan, menyisakan Kensei sendirian.

***

"Apa itu Endeavor?" pertanyaan itu terus muncul di kepala Zeya. Baru kali ini dia melihat bercak darah yang menyisakan tulisan.

"Bullet kamu tau apa itu Endeavor?" tanya Zeya kebingungan.

"Entah." balas Bullet.

"Aku menemukan kejadian aneh tadi. Ada sebuah tulisan yang terbuat dari bercak darah. Tertulis Endeavor disana."

"Lantas." Bullet juga diam kebingungan.

"Hei kamu tau tidak? Aku bisa melakukan sihir. " Bullet memecah keheningan, tanganya memeragakan tangan pesulap.

"Jangan mengada-ngada deh. Kamu belajar ilmu perdukunan ya?" Zeya menimpali

"Mana ada, lihat ini."

Bullet membuka tanganya lebar lebar. Sebuah percikan api keluar dari tanganya. Lanjut lagi, percikan itu membentuk sebuah lingkaran api yang indah.

"Bagaimana caramu melakukanya?" tanya Zeya kebingungan.

"Tidak tau, beberapa minggu yang lalu aku mencoba menggerakkan tanganku seperti ini, tahu-tahu sebuah pohon besar terbakar." Bullet memeragakan tangannya seperti sebuah lambang band metal.

"Gantian aku juga bisa, Mau lihat seseatu yang menarik tidak? Kali ini datang dari mataku." Zeya tak mau kalah.

Bullet kini berhadapan dengan Zeya. Gadis itu mengedipkan mata, lalu dalam sesaat matanya berubah warna menjadi warna biru. Bullet terkejut.

"Well apa itu?" tanya Bullet.

"Tidak tahu. Sama sepertimu. Tiba-tiba aku bisa melihat aliran aneh yang mengalir di setiap tubuh manusia, anggap saja sihir," Jelas Zeya.

"Berhenti menggunakan kekuatan itu secara terang-terangan atau akan ada ancaman berbahaya yang datang." Lace datang melangkahkan kakinya dengan anggun menuju taman.

"Hei apa maumu?!" Bullet menatap Lace tajam.

"Awas saja kau melaporkan kami, kubuat kau jadi bahan bakar, Bullet." Zeya mengambil posisi siap menyerang.

"Aku sekutu berhentilah." Lace menjawab dengan santai.

"Buktikan," seru Bullet dan Zeya bersamaan.

"Baiklah." Kini Lace berdiri di tengah-tengah keduanya. Tangan kanannya terangkat. Sebuah petir melayang ke arah Bullet bersamaan dengan jentikan jarinya. Bullet dengan sigap menutupi tubuhnya dengan pelindung api.

"Gilaa! Kau mau membunuhku?!" seru Bullet.

"Wah kamu bisa melakukan hal yang mengejutkan." Zeya terkagum-kagum.

"Kalian penasaran bukan dengan kata Endeavor. Ya kujelaskan sekarang. Endeavor adalah orang orang yang memiliki kelebihan seperti kalian. Kelebihan ini muncul saat mencapai usia remaja dan akan hilang saat menjelang usia 20 tahunan. Tak semua orang memiliki kelebihan seperti kita. Semua anggota OSIS adalah Endeavor dan warga sekolah hanya manusia biasa. Kuharap kalian bisa dengan bijak menggunakan kekuatan kalian," terang Lace panjang lebar.

Bullet dan Zeya sekarang sedikit mengerti. Mereka saling bertatapan.

"Baiklah pasti kamu mau menundang kami kan? " tanya Zeya.

"Tentu saja." jawab Lace.

Tiba-tiba dari arah barat taman, seorang siswa menerjang kearah mereka bertiga. Pijakannya hancur saat siswa itu mendarat.

"AWASSS!" Bullet membopong Zeya pindah tempat.

Lace berpindah tempat dengan cepat. Terlihat seorang siswa dengan tubuh kurus kering. Matanya merah menyala dengan satu ekor yang mirip seperti sengat kalajengking. Siswa itu terlihat seperti monster.

"Phantasm, ya? Selalu saja dia memburu Endeavor untuk dijadikan inang." Lace berada dalam posisi siaga.

"Apa-apaan ini?" tanya Zeya panik.

"Yang jelas dia membahayakan bukan." Bullet membuat dua bola api di kedua tanganya dan memasuki posisi siap menyerang.

Siswa aneh itu menerjang ke arah Zeya dengan cepat. Sebelum mendarat di tempat Zeya, Bullet datang menerjang balik dan mementalkanya dengan bola api.

"Itu Phantasm, kita harus melindungi sekolah dari ancaman mereka." Lace berbicara lagi.

Kini tangan Lace menghantarkan listrik ke arah Phantasm itu. Listrik itu menghantam Phantasm dengan keras. Tidak hanya itu saja, Phantasm itu dengan cepat meregenerasi tubuh mereka. Luka yang diterima sebelumnya sudah pulih.

"Mereka mempunyai Healing factor, hati-hati. Kelemahanya terletak di jantungnya yaitu kristal merah yang berada di dadanya." Lace berseru sambil menghindari Phantasm itu.

"Bullet lindungi aku dari jauh, aku akan menusuk dadanya." Zeya mengeluarkan sebuah pedang, Matanya kembali berubah.

"Baik Ze. Lets Party!" Bullet berseru semangat.

Lace menyerang telak Phantasm itu hingga terpental sejauh 1 meter ke depan. Zeya berlari dengan cepat. Bullet membuat lingkaran api di sekeliling Phantasm itu. Saat ingin menerobos, Phantasm itu terpental kembali. Akhirnya Zeya sudah tiba di deoannya.

Sengat monster itu cukup besar untuk merobek daging manusia, Zeya harus berhati-hati.

"Aura Burst!" Zeya mengaktifkan kekuatannya.

Seketika tubuhnya dipenuhi aura sihir dan juga mata kirinya dapat melihat titik lemah musuh sedangkan mata kananya dapat membaca gerakan lebih cepat.

Phantasm itu menerjang Zeya dengan sengatnya. Dalam sepersekian detik Zeya dapat menghindar dengan cepat dilanjut dengan memotong sengat Phantasm itu. Phantasm itu berteriak.

"Habisi dia sekarang juga!" Bullet berseru di posisinya.

"Kerja bagus Zeya!" Lace juga berseru namun tak mengubaj raut wajahnya.

Sengatnya berada dalam pemulihan. Dengan cepat Zeya mengumpulkan aura sihir di pedangnya.

"Espada Luminosa: 1 er Castigo!!"

Zeya menghunuskan pedangnya lurus ke depan dengan kedua tanganya. Meski telah ditahan dengan kedua tangan, Phantasm itu tidak bisa menahan serangan pamungkas milik Zeya. Pelindung jantung di dadanya hancur begitu juga jantungnya. Pedang itu menembus tubuh Phantasm itu.

"RAAAAAAAAAAARRRRRRGGGGGHHH!!!" Phantasm itu mengerang kesakitan.

Suaranya lama-lama menghilang bersamaan dengan jasadnya yang berubah jadi abu, menyisakan sebuah topeng tulang di sana.

Lace dan Bullet menghampiri Zeya.

"Kerja bagus sobat!" Bullet kegirangan.

"Exacto!" Lace juga ikut kegirangan.

Zeya hanya memberikan sebuah jempol ke arah mereka. Lama-kelamaan, pandangan Zeya kabur. Tubuhnya lemas dan beberapa saat kemudian dia tumbang.

•••

"BRAAK!"

Pintu ruang OSIS terbanting. Bullet yang membopong Zeya menerjang pintu itu.

"Jangan panik. Dahlia cepat gunakan kekuatan penyembuhanmu! " ujar Lace.

Dengan sigap Dahlia lompat dari meja bendahara. Kini Zeya direbahkan di atas sofa. Dahlia meletakkan telapak tanganya di dahi Zeya. Sebuah cahaya keluar dari telapak tangan Dahlia.

"Ini Bendahara OSIS, namanya Dahlia. Bakatnya adalah 'i'll be there for you' bisa dibilang sebagai teknik penyembuhan. Dia bertugas di belakang saat kita bertarung. " jelas Lace.

Bullet tegang, tangannya menggenggam erat tangan Zeya. Seisi ruangan hening.

"Zeya kamu kuat, kamu bisa. Ayo bangun ...." Bullet menatap sedih sahabatnya yang tak berdaya.

Setelah 10 menit Zeya akhirnya sadarkan diri.

"Di mana aku? Siapa kalian? Aku siapa?" pertanyaan-pertanyaan yang tidak jelas muncul dari kepala Zeya.

"Oh, tidak, ya Tuhan!" Bullet panik.

"Apakah sistem otaknya terganggu?" tanya Lace kepada Dahlia.

"Tidak."

Bullet menjitak kepala Zeya. Gadis itu memandangi Bullet, kemudian memeluknya dan menangis.

"Kenapa kau tau aku hanya berpura-pura."

"Aku sudah tau sejak kau masih berada di rahim ibumu." wajah Bullet jengkel.

"Huwaaaa!" Zeya menangis kencang. di pelukan Bullet. Tangan Bullet mengelus kepala sahabatnya itu.

"Jadi bagaimana? Kalian mau ikut kami?" Lace memandang Bullet dan Zeya penuh harap.

"Setelah apa yang kami lihat bisa membahayakan nyawa orang terdekat kami apakah aku akan diam saja?" Bullet berbicara dengan lantang di depan semua orang di ruangan itu.

"Aku juga." Seru Zeya sambil mengucek mata nya.

"Baiklah. Siapkan mental kalian," ujar Lace.

"Selamat datang," sambut Dahlia.

"Jangan lupa bayar kas ya," seru Sherlyn.

"Jangan sampai menyusahkan," judes Kensei sambil menyeruput secangkir teh.

Bullet dan Zeya mengangguk senang.

"Mohon bantuannya senior!" Bullet dan Zeya berseru kompak.

Semua yang ada di ruangan itu akhrinya tertawa pecah gembira. Bullet dan Zeya kini harus dihadapkan dengan ancaman terburuk umat manusia. Mereka harus sanggup menanggung resikonya. Majulah Endeavor.

•••

Thank's to Decimosexto team!!!
Zurarararaaa_ inizeya
Buat cerita ini tuh bener-bener challenging banget😭✨

See you in the next challenge!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro