Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Day 4 - The Forest

Page 5
Audrey's Journal - The Begin

Pagi itu, untuk pertama kalinya aku sarapan dengan menu mewah, Dead Fish Black Curry. Iya, bagiku, ikan adalah menu mewah. Jangan ditanya rasanya! Pokoknya sangat sangat sangat enak. Rasanya, aku hampir saja melayang sejak suapan pertama. Andai saja, aku bisa memakan menu ini setial hari. Koki kapal, wanita bernama June itu sungguh pandai dalam memasak. Tentu saja Sang Kapten tidak akan merekrut orang sembarangan. Kalau masakannya tidak seenak ini, dia tidak akan bekerja di kapal ini.

Kelihatan lebay, ya? Seperti tidak pernah makan enak saja, Drey.

Namun, kenyataannya aku memang jarang sekali makan daging atau ikan, malah hampir tidak pernah sejak ibuku meninggal. Seringnya adalah sayur mayur atau ubi yang murah. Penjual sayur langgananku bahkan sudah hapal apa yang harus kubeli saking seringnya. Terkadang, sebelum aku mencapai kedainya, dia sudah menyiapkan sayur yang hendak kubeli dan membungkusnya.

Bukan tidak pernah makan daging atau ikan sama sekali. Aku pernah, hanya saja kalaupun pernah, itu bukan daging atau ikan yang kubeli dengan uangku sendiri, melainkan kudapat dari Nyonya Olwenn atau mendapat sepotong kecil daging sebagai bonus belanja di pasar.

Tentu saja karena pemberian atau bonus belanja, itu berarti tidak setiap hari. Bisa 3 bulan sekali atau bahkan setahun sekali.

Sudah terbayang betapa jarangnya aku makan ikan atau daging?

Dulu, saat ibu masih ada, tentu aku sering makan ikan. Ayah yang bekerja sebagai buruh nelayan, serta ibu yang menjual ikan di pasar. Betapa kenyangnya aku makan ikan dan daging. Karena itu, aku selalu mengingat itu untuk menghibur diri. Biarlah sekarang aku jarang makan ikan, karena dulu sudah kenyang.

Setelah sekian lama, akhirnya aku makan ikan lagi. Enak pula. Betapa baiknya para anggota kapal ini. Terutama Kapten Quest, dia begitu baik, menjamu kami dengan sangat layak. Kami diperbolehkan mengambil menu yang kami pilih sepuasnya sampai kenyang. Tentu saja kumanfaatkan semaksimal mungkin. Aku harus kenyang untuk mengikuti agenda selanjutnya.

Sembari kami semua makan, ada beberapa orang yang menghibur kami dengan nyanyian dan tarian. Setelah selesai berpesta dan sarapan bersama, para kru kapal memperbolehkan kami menjelajah area sekitar. Kami diberitahu secara singkat area-area yang boleh kami jelajahi. Saat ini, kami berada di jantung WGALand. Lalu, pulau ini masih terbagi lagi menjadi 3 bagian. Green Mist Forest di wilayah barat, lalu ada Moroe Volcano yang merulakan daerah pegunungan aktif, dan Monochrome Abyss yang terletak di antara Green Mist Forest dan Moroe Volcano.

Green Mist Forest adalah daerah yang ditumbuhi banyak tanaman hijau. Hamparan warna hijaunya menyejukkan mata. Pepohonan dan lumut banyak tumbuh di daerah ini.

Wilayah yang kedua adalah Moroe Volcano yang merupakan daerah sekitar gunung aktif seperti pada umumnya. Tanah yang gembur, bau belerang, dan bebatuan mendominasi daerah ini.

Wilayah yang terakhir adalah Monochrome Abyss, daerah bebatuan, tapi tanah perbukitannya gersang. Terdapat lembah-lembah juga yang tentunya datarannya tidak rata.

Kami disuruh untuk memutuskan akan pergi ke wilayah bagian mana. Kru kapal juga mengingatkan agar kami berhati-hati saat menjelajah. Tak lama, para peserta pun mulai berpencar. Namun, selama beberapa menit, aku belum memutuskan ingin pergi ke mana. Kulihat beberapa peserta menuju ke Green Mist Forest, sebagian ke Moroe Volcano dan Monochrome Abyss.

Ini adalah petualangan pertamaku. Anak kemarin sore yang kurang pengalaman hidup di alam. Ketiga daerah itu menurutku mempunyai spot berbahaya masing-masing. Hutan dengan hewan buasnya, area gunung aktif dengan gas beracun dan sulitnya medan, juga daerah tanah gersang yang dipenuhi bebatuan dan lembah.

Ketiganya sama-sama berbahaya!

Aku harus ke mana?

Namun, akhirnya aku mencoba menantang diriku sendiri. Sekali melangkah, aku tidak boleh mundur lagi. Bukankah ini yang kuinginkan? Berpetualang ke alam bebas. Inilah saatnya aku keluar dari zona nyaman.

Yah ... Tidak lama kemudian, aku memantapkan pilihan. Aku melangkahkan kaki ke arah area Green Mist Forest. Ada beberapa orang peserta yang juga memutuskan untuk ke arah yang sama. Aku berkeliling beberapa waktu, melihat-lihat sekitar. Udaranya cukup dingin dan ada kabut tipis di depan. Benar kata kru kapal, wilayah ini memang didominasi oleh pepohonan dan tanaman lumut. Aku harus berhati-hati agar tidak terpeleset.

Sebenarnya, banyak pertanyaan di kepalaku. Mungkin para kru kapal menyuruh kami berkeliling untuk mencari tahu sendiri, juga untuk menguasai medan. Saat berkeliling, aku tidak berhenti berwaspada. Biar bagaimanapun, ini adalah hutan liar, meskipun kami dibawa oleh kru bajak laut terhebat sekalipun, kalau berkeliaran sendirian di tempat bahaya, tetaplah akan bahaya.

Aku melangkahkan kaki terus hingga sampai di daerah bernama Gloomy Meadow. Di sini, anginnya kencang sekali. Awan yang tadi cerah di jantung pulau, ketika sampai di sini kelihatan mendung. Aku sedikit takut karena cuaca berubah begitu cepat. Mana dingin pula!

Melihat sekeliling, di kejauhan, aku bisa melihat bunga-bunga ungu yang indah. Aku melanjutkan langkah dan lebih memilih melangkahkan kaki ke daerah padang rumput yang sangat luas. Ketika sampai di sana, kabut tipis tadi sedikit menghilang dan membuat mataku tertuju pada pohon besar yang tinggi sekali di tengah-tengah padang rumput, pohon baobab.

Aku terpesona oleh pohon itu. Aku hanya pernah mendengar pohon baobab dari buku cerita. Namun, sekarang aku melihatnya secara langsung! Seperti deskripsi di banyak buku, pohon baobab itu memiliki pesona daripada pohon lain. Tingginya bisa mencapai 30 meter. Kalau yang kulihat ini, mungkin lebih dari 20 meter. Sebagian orang menyebutnya 'pohon kehidupan'.

Aku tidak tahu banyak soal pohon ini. Hanya saja, kalau di tempat tinggalku, ada beberapa orang yang percaya bahwa pohon ini adalah pohon keramat. Di setiap batang pohon baobab, ada penunggunya. Orang-orang menyebutnya Wise, yaitu arwah yang dipercaya berasal dari pohon baobab itu sendiri. Entahlah benar atau tidak. Aku hanya pernah mendengar dari orang-orang yang percaya mitos itu di sekitarku. Yah ... tahu sendiri lah, tempat tinggalku itu semacam tempat dengan penduduk yang masih percaya hal-hal supranatural.

Karena mitos itu, rasa penasaranku tiba-tiba saja tinggi. Saat itu, aku tanpa berpikir panjang mendekati pohon itu. Aku mengitarinya, hingga menemukan sebuah tulisan :

Wise men speak because they have something to say, Fools because they have to say something

Hah? Wise?

Apakah yang dimaksud adalah makhluk mitos itu? Atau hanya sebuah pengandaian tentang orang bijak?

Aku bertanya-tanya apa artinya. Namun, ketika aku menoleh ke sekeliling, aku baru sadar bahwa aku sendirian. Tidak ada yang bisa kutanya. Aku hendak menyentuh tulisan yang terdapat di pohon itu, tapi saat kurang lebih tinggal sejengkal jaraknya, tiba-tiba saja kurasakan hawa di sekitar pohon ini sangat aneh.

Perasaanku tak enak.

Aku menyentuh dada dan saat itu kurasakan jantungki berdetak sangat cepat. Udaranya dingin menusuk kulit.

Aku merinding.

Saat itu juga, aku mendengar bunyi patahan ranting. Sontak aku terlonjak hingga jatuh terduduk karena kakiku terantuk akar pohon.

Aku mengaduh. Begitu melihat arah bunyi tadi, aku melihat seorang lelaki yang pendek sekali. Dia juga memakai celana pendek. Alis dan jenggotnya menyatu dan berwarna putih. Alisnya sangat panjang menutupi mata. Tubuhnya bungkuk dan dia berjalan pelan, dengan tangannya yang diletakkan di belakang punggung.

Aku menghela napas lega saat itu karena tahu bahwa aku tidak sendirian. Ada orang lain bersamaku. Aku yang tadinya terduduk di tanah, mengibaskan celana bagian belakang dengan tangan, lalu berjalan mendekatinya.

"Permisi!"

Kataku saat itu. Lelaki tua itu merespon dengan menghentikan langkah. Ketika sampai di depannya, aku bisa dengan jelas melihat wajah kulit keriputnya. Lebih tua dari dugaaanku. Aku ingin mengucapkan sesuatu, tapi entah kenapa kata-kata yang ingin kuucapkan seakaan masuk kembali tertelan ke kerongkongan.

Aku kosong!

Di mana pertanyaan-pertanyaan yang tadi bercokol di pikiranku?

Aku menarik napas, mengembuskannya pelan. Saat itu, hanya itu yang bisa kulakukan untuk menenangkan diri. Sudah bagus bertemu orang lain di negeri antah berantah ini. Setidaknya, aku harus menyapanya.

Saat hendak berbicara, lelaki tua itu tiba-tiba mengangkat sebelah tangannya dan menunjuk ke sebuah arah, lurus ke posisi di mana tangan kanannya mengarah ke bagian lain dari Green Mist Forest, yaitu Misty Forest.

Hah? Apa maksudnya?

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro