Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 4. Sebuah Pertemuan dan Permohonan

Sata Klana sedang mengecek kondisi Valeri, Nyonya Handoko menyingkir ke dapur dengan alasan membuatkan minum. Meskipun sebenarnya, dia hendak menelepon anaknya–Puri.

"Halo, Buk. Puri masih di kantor ini." Puri mengabarkan situasi terkininya sekaligus memberi kode bahwa dia tidak bisa berlama-lama berbicara di telepon dengan ibunya.

"Kerja terus kamu, ini! Anak kamu demam, tuh!" Nyonya Handoko sedikit membentak kepada anaknya yang sudah seperti orang yang mengalami workaholic.

"Loh, kenapa?"

"Katanya mimpi aneh ... firasat Ibuk tidak enak, Nduk. Kemarin, Dua hari lalu Valeri habis ketemu sama Mijan. Terus dia nggak sengaja terhubung sama kehidupan Valeri di kehidupan sebelumnya. Sepertinya ramalan itu benar." Nyonya Handoko menghela napasnya.

"Hah? Valeri ketemu Pakdhe Mijan? Sama siapa?" tanya Puri dengan panik.

"Sama siapa lagi, sama Endah, lah. Anaknya, kan, mau nikah."

"Terus Mbak Endah udah tau masalah ramalannya Valeri?" Nyonya Handoko tanpa sadar menggelengkan kepala setelah mendengar pertanyaan tersebut.

"Waktu di sana Mijan cuma bilang sama Valeri sama Endah kalau ada yang masih belum selesai dari hidup Valeri yang sebelumnya. Makanya jodoh dia susah, habis itu sisanya Mijan telepon ibuk sendiri. Cerita sama Ibuk. Wong, Valeri sama Endah malah belum cerita apa-apa. Kayak disembunyikan malahan."

Puri menghela napas. Dia mengira bahwa anak dan kakaknya itu sengaja bersekongkol untuk tidak bercerita kepada Nyonya Handoko agar wanita itu juga tidak kepikiran.

"Ya, udah, Buk. Coba nanti atau besok, Puri ngobrol sama Valeri. Kalau nggak coba Ibuk dikorek-korek, deh, anaknya. Orang dia itu susah kalau disuruh cerita."

"Loh, kok, malah Ibuk? Orang yang Mamanya Valeri itu kamu."

"Eyang, maaf." Tiba-tiba suara ART menginterupsi Nyonya Handoko dan Puri yang sedang serius. "Dicari Dokter Klana."

"Oh, iya, Mbak. Bilang buat nunggu di ruang tamu dulu, nanti Eyang ke sana," jawab Nyonya Handoko sembari sedikit menjauhkan ponselnya.

"Nggih, Eyang," jawab si ART sebelum kemudian undur diri untuk kembali menemui Klana.

Sementara itu, Klana yang ditinggal sendirian bersama Valeri, diam-diam mengambil foto perempuan itu. Bukan untuk tujuan yang macam-macam. Hanya saja, Klana tidak yakin dengan penglihatannya, dia harus memastikan kepada Gemuris.

Klana buru-buru memotret Valeri yang masih tertidur lelap, kemudian buru-buru keluar kamar. Tepat saat Klana sampai di luar kamar, sang ART kembali menemui Kelana.

"Dokter, kata Eyang diminta menunggu di ruang tamu terlebih dahulu. Nanti eyang menyusul." Kelana menanggapi hal tersebut dengan anggukan kepala dan senyumnya.

Sedangkan di dapur, Eyang kemudian mengakhiri panggilan teleponnya dengan Puri. "Ya, sudah, Nduk. Nanti kita bicarakan lagi," pamit Nyonya Handoko. Kemudian Puri juga berpamitan dan meminta Nyonya Handoko untuk menjaga kesehatan. Lalu telepon berakhir.

Nyonya Handoko bergegas menemui Klana yang sudah menunggu di ruang tamu. Kemudian Klana menjelaskan bahwa Valeri hanya mengalami demam biasa yang biasanya disebabkan karena kelelahan atau banyak pikiran. Klana juga sudah meresepkan obat untuk Valeri.

"Baik, Dok. Terima kasih banyak. Memang Valeri itu baru sampai Solo dua hari lalu. Naik kereta dari Jakarta. Habis itu besoknya Valeri diajak Budhe-nya pergi. Ya, sudah, kan? Jatuh sakit sekarang."

"Oalah, begitu, ya, Eyang? Diminta menjaga kesehatan saja kalau begitu. Jangan sampai kelelahan saja yang penting."

"Iya, Dok. Pasti."

"Oh, iya, Eyang. Kalau boleh tau, itu cucunya, ya?"

"Iya, itu cucu dari anak kedua saya, Puri. Dia sama suaminya kerja di Jakarta, makanya Valeri juga besar, sekolah, sampai kuliah di sana. Tapi kalau liburan suka main ke tempat neneknya." Nyonya Handoko menjelaskan banyak hal tentang Valeri. Hal itu mempermudah Klana untuk tidak lanjut bertanya lebih banyak, sehingga Klana juga tidak perlu merasa lebih sungkan lagi.

"Ah, begitu, ternyata." Klana mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Masih single, loh, Dok. Kalau mau nanti saya kenalin." Nyonya Handoko pun memulai aksinya untuk mendekatkan Valeri dengan Klana. Entah kenapa, Nyonya Handoko merasa bahwa Valeri akan cocok bersanding dengan Klana.

Klana pun menanggapi tawaran Nyonya Handoko dengan terkekeh pelan. Klana sudah biasa menghadapi tawaran-tawaran seperti ini selama berabad-abad dan Klana menyimpulkan bahwa tanggapan paling aman adalah tidak memberi jawaban apa pun. Cukup tertawa pelan atau tersenyum tipis dengan sopan.

Kemudian setelah sedikit melanjutkan obrolan mengenai kesehatan Nyonya Handoko, Klana pamit untuk kembali ke rumah sakit karena setelah ini ada pekerjaan yang harus dia lakukan. Klana pun kembali ke rumah sakit dengan dijemput oleh Gemuris–lebih tepatnya Klana memaksa Gemuris meninggalkan meeting untuk menjemput sang Gusti Prabu-nya itu.

"Kalau begitu, saya pamit dulu, Eyang. Terus masalah tadi, mungkin bisa coba menjaga makan dulu. Kalau masih ada keluhan, bisa dibawa ke rumah sakit," pamit Klana sebelum masuk ke dalam mobil jemputannya.

"Oke, Dok. Nanti saya coba. Saya masih pengen hidup sampai bisa lihat Dokter Klana sama Valeri nikah." Nyonya Handoko kembali bercanda masalah hal tersebut, meskipun ada sedikit unsur kegigihan juga dj situ.

Lagi-lagi Klana hanya tersenyum. Kemudian lelaki itu masuk ke dalam mobil dan Gemuris langsung melajukan mobilnya. Setelah mobil melaju, Klana mengeluarkan ponselnya dari tas. Lalu menunjukkan foto Valeri kepada Gemuris yang membuat lelaki itu langsung terlonjak kaget.

Reaksi Gemuris membuat Klana semakin yakin dengan pemikirannya. Sampai kemudian Gemuris mulai berkomentar, "Walah, Gusti Prabu. Ini foto anak gadis siapa? Jangan-jangan pasien, ya? Duh, Gusti Prabu. Jangan begini, nanti bisa kena pasal, loh."

Klana langsung berdecak saat mendengar respon Gemuris. Kebiasaan! Memang seharusnya jangan terlalu gegabah jika mau menyimpulkan respon Gemuris. Klana menghela napasnya.

"Gemuris, coba lihat sekaki lagi fotonya. Dia mirip seseorang tidak? Bukan masalah ini foto siapa, tapi dia mirip siapa."

Gemuris mengerutkan dahinya. Lelaki itu menatap foto Valeri dan wajah serius Klana secara bergantian–tentu saja dengan tetap berusaha memperhatikan jalan. Hingga Gemuris teringat satu wajah.

"Loh, Gusti Prameswari Candraneswara? Kok, Gusti Prabu bisa punya fotonya? Memang dulu Gusti Prabu sudah punya handphone?"

Rasanya Klana ingin memukul kepala Gemuris sampai benjol. Akan tetapi, Klana memilih untuk hanya menghela napas. "Sakarep-mu, Ris."

"Hehehe ...." Gemuris tertawa cengengesan. "Tapi serius, Gusti Prabu. Itu foto siapa? Bisa mirip sekali dengan Gusti Prameswari begitu. Jangan-jangan Gusti Prabu sudah bertemu reinkarnasinya?"

"Aku juga berpikir begitu, tetapi aku masih belum yakin. Apakah benar dia reinkarnasi Candraneswara?"

"Bagaimana jika dipastikan secara langsung saja, Gusti Prabu?" Jarang-jarang Gemuris bisa solutif seperti ini.

Klana mengangguk-anggukkan kepala setuju. "Kalau begitu, mulai malam ini aku akan menyendiri dan berpuasa sampai empat puluh hari kedepan. Jadi tolong ajukan surat cuti kerja, aku sudah tidak memakai liburku selama lima tahun terakhir."

"Baik, Gusti Prabu. Nanti saya bikinkan. Gusti Prabu melakukan proses untuk berkomunikasi dengan jiwa Gusti Prameswari saja, sisanya biar Gemuris yang mengurus. Lagian rumah sakit itu juga punya Gusti Prabu, kan?"

Klana mengangguk-anggukkan kepala. Kemudian Gemuris membelokkan mobilnya ke halaman rumah minimalis milik Klana. Sebenarnya memang Klana tidak ada urusan lagi di rumah sakit, alasan ada urusan hanya digunakan Klana untuk bisa segera meninggalkan rumah Keluarga Handoko.

Begitu sampai di dalam rumah, Klana segera membersihkan badannya dan berganti pakaian. Lalu berdiam diri di kamar. 40 hari, Klana harus berpuasa dan menyendiri untuk dapat membuka gerbang komunikasi dengan sebagian jiwa Candraneswara yang masih ditahan di dalam Gua Batari.

Meskipun itu sebenarnya jumlah hari maksimal yang harus dilakukan oleh Klana untuk bisa berkomunikasi dengan Candraneswara. Bisa saja tidak sampai 40 hari, Klana sudah bisa terkoneksi dengan Candraneswara. Akan tetapi, jika sampai 40 hari lebih Klana masih belum bisa terkoneksi dengan Candraneswara. Itu berarti memang Klana belum bisa mendapatkan izin dari para dewa untuk dapat berkomunikasi dengan jiwa permaisurinya.

Sementara itu, Candraneswara di dalam guanya bisa merasakan energi dari Klana berusaha untuk terkoneksi dengan Candraneswara. Candraneswara di dalam guanya–yang mewah dengan perabotan emas, pakaian-pakaian, serta tempat tidur berbalut sutra–langsung bisa mengenali aliran energi Klana.

"Kangmas Inu Kertapati? Kangmas pasti hendak bertanya mengenai Valeri."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro