Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 22. Hujan

"Hoam ...." Terdengar suara menguap panjang dari Gemuris yang baru berjalan memasuki dapur.

Semalam Gemuris menginap di rumah Klana setelah membantu lelaki itu membersihkan rumah dan berniat bangun pagi untuk membuatkan sarapan. Akan tetapi, tadi pagi-pagi sekali Klana sudah bangun tidur dan memasak.

"Loh?! Gusti Prabu sudah bangun?"

"Iya," jawab Klana singkat sembari tetap bergerak lihai memotong sayur. Dia sedang ingin sarapan dengan salad lokal alias urap.

Gemuris menaikkan salah satu alisnya saat mendengar jawaban Klana. Biasanya, Klana bahkan tidak akan repot-repot menjawab jika jawabannya sudah ada di depan mata.

"Sepertinya suasana hati Gusti Prabu sedang bagus, ya?" Batal membuat sarapan, Gemuris bergerak menuju mesin kopi instan.

"Hmm ... sepertinya."

Mendengar jawaban tersebut, Gemuris semakin yakin bahwa Gusti Prabu-nya itu memang sedang bersuasana hati baik. Gemuris menebak bahwa kencan semalam pasti berjalan baik. Sebenarnya dia penasaran, tetapi lebih memilih mengurungkan diri untuk bertanya.

Biarkan semua berjalan sesuai dengan semestinya tanpa Gemuris perlu terlibat terlalu jauh, pikir lelaki itu. Gemuris pun melanjutkan membuat kopi sembari bersenandung.

"Saya nanti mau ada acara perusahaan di Semarang, Gusti Prabu. Jika Gusti Prabu ingin diantar jemput, saya akan mengirimkan sopir untuk menjemput Gusti Prabu sepulang kerja," ucap Gemuris saat dia dan Klana sarapan bersama.

Klana menghentikan makannya sejenak setelah Gemuris selesai berbicara. Lelaki itu menatap Gemuris dengan wajah serius. "Lewat TOL?"

Gemuris menganggukkan kepala sembari mengunyah sarapan buatan Klana. Kemudian setarikan senyum muncul di wajah Klana. "Gimana menurutmu kalau aku mengajak Valeri melihat senja di TOL?"

"Sambil melewati jalan TOL? Sampai Semarang?"

"Enggak." Klana menggelengkan kepala. "Sampe Salatiga aja, mampir makan terus pulang."

Gemuris berpikir sejenak, memangingat Valeri tinggal dengan neneknya sepertinya itu bukan ide bagus. "Hemm ... menurut saya, Nyonya Handoko sepertinya tidak akan mengizinkan Gusti Prameswari untuk pergi sejauh itu. Apa lagi Gusti Prameswari bukan orang Solo asli. Mungkin lebih baik jika Gusti Prabu mengajak Gusti Prameswari motoran sore ... keliling-keliling Solo aja."

Klana mengangguk-anggukkan kepala, penjelasan Gemuris cukup masuk akal. "Selain itu, bukan ide bagus mengajak perempuan pergi jauh saat masih pdkt. Bisa-bisa Gusti Prabu dikira mau ngajak macam-macam," imbuh Gemuris.

"Heh!" Klana sedikit melotot kepada Gemuris. "Gimana kalau aku ajak Valeri makan malam dan berangkatnya sore?"

"Boleh, itu lebih baik." Klana tersenyum tipis tanpa menanggapi lagi ucapan Gemuris. Lelaki itu segera mengambil ponsel untuk menghubungi Valeri.

Sementara itu, Valeri baru saja terbangun dalam kondisi linglung. Semalam dia memimpikan masa kecil Candra Kirana dan Inu Kertapati yang saling mengasihi, tetapi anehnya tidak ada Candraneswara di samping Valeri. Kemudian Valeri terbangun karena dering alarm ponsel.

Saat mematikan alarm, Valeri melihat sebuah pesan masuk dari Klana. Masih dengan nyawa yang belum terkumpul semua, Valeri berusaha mencerna pesan dari Klana. "Selamat Pagi, Valeri. Sudah bangun? Jangan lupa sarapan, ya. Nanti sore sampai malam kamu senggang nggak, ya? Aku mau ngajak kamu jalan."

"Jalan?" gumam Valeri yang masih diliputi rasa kantuk.

Sedetik kemudian, mata Valeri terbuka lebar dan langsung mendudukkan diri di atas kasur. "Mas Klana ngajak jalan lagi?" Masih gumam Valeri kepada dirinya sendiri.

Valeri menyunggingkan seutas senyum. Logikanya menolak untuk berpikiran positif. Akan tetapi, hatinya terlalu mendambakan lelaki yang akan mencintainya. Sehingga hati perempuan itu merasa semua akan berakhir baik, melihat dari Klana yang terus mengajak Valeri pergi kencan.

"Kosong nanti sore. Mas Klana mau ngajak ke mana emangnya?" Valeri membalas pesan dari Klana.

Cukup lama Klana meninggalkan ruang obrolannya dengan Valeri untuk mandi dan bersiap pergi bekerja. Hingga siang hari saat lelaki itu sempat istirahat makan siang. "Kita jalan-jalan sore naik motor keliling-keliling aja. Habis itu makan malam terus saya antar kamu pulang. Gimana?"

Valeri yang pekerjaannya hanya bermain ponsel seharian tentu saja langsung membalas pesan dari Klana. "Oke, nanti kabarin jamnya aja, ya, Mas. Biar aku bisa siap-siap."

Mereka pun sepakat. Klana menyelesaikan pekerjaannya pukul 4 dan bisa pulang untuk mandi serta bersiap. Pukul setengah lima sore, Gemuris sudah selesai mengecek kondisi motor Klana. Valeri pun sudah siap dijemput saat pukul setengah lima.

"Valeri, saya sudah di depan." Pukul lima sore, Valeri langsung melompat dari tempat tidurnya setelah menerima pesan tersebut.

"Eyang, Valeri berangkat dulu, ya," pamit Valeri kepada neneknya sembari berlalu melewati sang nenek yang sedang menghitung uang di ruang tengah.

"Hemm ...." Nyonya Handoko hanya berdehem sebagai jawaban, dia sedang sangat fokus dengan hitungannya. Usia boleh tua, tetapi masalah uang, beliau ini masih sangat teliti dan hati-hati.

Valeri berjalan keluar sembari setengah berlari dengan pakaian yang cukup nyaman; sneakers, jeans, kaos, sweater biru, masker, dan sling bag hitam. "Halo, Mas Klana," sapa Valeri lengkap dengan senyumannya setelah gerbang terbuka.

"Hai, Cantik. Sudah siap?" Klana balas tersenyum dari atas motor sport hitamnya yang tampak setampan sang pemilik.

Valeri terpaku di tempatnya. Menatap Klana dari atas sampai bawah. Celana jeans hitam yang dipadukan dengan kaos putih, leather jacket, dan sneakers putih dengan model yang mirip dengan yang dipakai Valeri.

"Val?" Suara Klana menyadarkan Valeri dari keterpesonaannya. "Kenapa diam aja? Ayo, naik. Sini, saya pakein helm dulu."

Valeri berjalan mendekat, membiarkan Klana memasangkan helm full face pada perempuan itu lalu memasang helm full face untuk diri Klana sendiri. Setelah itu Klana menurunkan footsteps lalu mengulurkan tangan untuk membantu Valeri naik ke atas motor.

Insiatif yang tinggi? Act of service? Quality time? Sudah, Valeri tidak bisa jika terus diserang bertubi-tubi seperti ini. Sudah dipastikan Valeri jatuh hati kepada Klana.

"Pegangan, ya." Klana menarik lembut tangan Valeri agar melingkari pinggang lelaki itu. Memastikan Valeri berpegangan erat.

Sementara Valeri dibalik helm full face-nya sudah merah merona semerah langit senja yang mereka saksikan di sepanjang jalan. Jantung Valeri berdegup kencang disepanjang perjalanan mereka.

Namun, sayang sekali. Langit yang tadinya dihiasi cahaya senja mendadak menjadi tertutup awan mendung saat matahari sudah hampir sampai di peraduannya. Perlahan air hujan turun. Rintik kecil-kecil berubah menjadi tetesan besar yang menyakiti kulit.

"Mas Klana, ini gimana? Basah kuyup," ucap Valeri membuka suara dengan setengah berteriak karena takut suaranya tertutup suara hujan.

Hujan yang tanpa aba-aba membuat Klana tidak siap membawa jas hujan atau semacamnya. Di sepanjang tepi jalan, tempat yang bisa digunakan berteduh sudah penuh ditempati orang-orang lain di jalan yang juga tidak menyangka akan turun hujan. Mau langsung belok ke tempat makan juga terlanjur hujan.

"Val, ini saya bukannya nggak sopan atau gimana-gimana. Ini, kan, deket rumah saya. Mampir dulu, ya. Nanti saya minta anak buah saya belikan baju. Habis itu kita ganti mobil."

Valeri tidak memiliki waktu untuk memikirkan solusi lain. "Ya, udah. Nggak apa-apa," putus Valeri.

Tidak sampai dua menit, motor Klana sudah berbelok memasuki halaman rumah. Gemuris yang masih di rumah Klana pun buru-buru keluar saat mendengar suara motor yang familier. Setelah matanya memastikan bahwa yang tiba adalah Klana, Gemuris langsung membuka pagar tanpa menunggu diperintah.

Setelah mesin motor dimatikan, Valeri turun. Kemudian disusul Klana menstandarkan motor lalu turun sembari melepas helm. "Tolong belikan baju untuk Valeri!" perintah Klana sembari memberikan helm kepada Gemuris.

"Eh?!" Valeri yang sedang kesulitan melepaskan helm pun terkejut mendengar ucapan Klana.

"Siap, Gu–eh ... Mas Klana!" Gemuris langsung masuk ke dalam rumah untuk menelepon bawahannya supaya membelikan baju dan mengantarkannya ke rumah Klana.

"Mas Klana, nggak usah repot-repot. Aku bisa pake yang ada aja, kok," tolak Valeri. Meskipun mengetahui bahwa Klana kaya, tetapi Valeri sungkan jika Klana sampai sebegitunya. Apa lagi Valeri tidak terbiasa diperlakukan seistimewa ini oleh lelaki mana pun, membuat tindakan Klana terasa asing bagi Valeri.

"Santai aja, saya nggak mau kamu kebasahan atau merasa nggak nyaman karena harus memakai baju saya. Lagian Gemuris juga pasti nyuruh bawahannya," ucap Klana dengan santai sembari membantu melepaskan helm Valeri.

Sementara itu, di rumah Keluarga Handoko. Tepat saat hujan turun, Nyonya Handoko menerima sebuah panggilan telepon Mijan. Ada suatu hal yang penting yang perlu disampaikan oleh Mijan kepada Nyonya Handoko–alias Asih.

"Aku bermimpi, Asih. Aku mimpi Valeri jalan sama cowok, gandengan tangan, masuk ke jalan yang gueeelaaap banget! Apa sekarang cucumu itu lagi deket sama cowok?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro