Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 18. Setelah Semua yang Terjadi

Meskipun pikiran Klana terbagi karena berusaha kembali mengingat hal-hal tentang Angreni dan Candraneswara, tetapi Klana tetap berusaha terlihat enjoy saat bersama Valeri. Kemudian, jan 8 malam Klana mengantarkan Valeri pulang.

"Terima kasih jalan-jalannya hari ini," ucap Valeri sebelum turun dari mobil.

Tangan Klana bergerak mengelus puncak kepala Valeri. "Sama-sama. Lain kali, saya ajak kamu ke tempat lain yang bisa melihat langit."

Valeri menganggukkan kepala setuju. Lalu Klana melepaskan sabuk pengaman Valeri dan turun untuk membukakan pintu bagi Valeri. "Hati-hati di jalan, Mas Klana .... Habis ini langsung ke rumah sakit, ya?"

"Iya, langsung. Kalau gitu, saya pergi dulu. Kamu langsung masuk aja nggak apa."

Valeri pun masuk ke dalam rumah dengan perasaan berbunga-bunga. Berbeda dengan Klana yang merasa ada sesuatu yang terasa berat di dalam hatinya. Lelaki itu pun sampai menghela napas panjang.

Walaupun begitu, Klana tetap melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Perasaan berat dan tidak nyaman seperti itu sudah sering dia rasakan. Apa lagi saat bangun tidur, dia merasa cemas dan tidak nyaman. Rasanya seperti orang habis patah hati. Kalau kata anak zaman sekarang; morning after breakup.

Perasaan-perasaan seperti itu adalah perasaan yang sudah biasa Klana rasakan selama sembilan abad terakhir, nyaris setiap hari. Bahkan karena saking seringnya, Klana sampai merasa bahwa itu adalah perasaan yang normal untuk dirasakan.

Di dalam mobil, Klana pun menepuk-nepuk dadanya pelan untuk sedikit meredakan apa yang sedang dia rasakan. Setelah ini, dia masih harus menghadapi banyak orang.

Sementara itu beralih dari Klana dan Valeri. Candraneswara sedang menyisir rambutnya di depan cermin. Tiba-tiba, Dewa Jaya Kusuma muncul di belakang perempuan itu. "Kemarikan sisirnya, biar aku membantumu."

"Kangmas? Ada apa datang kemari?"

"Tidak ada, aku hanya merindukanmu." Candraneswara tersipu malu mendengar penuturan Dewa Jaya Kusuma.

"Aku selalu sangat suka dengan rambutmu, Di Ajeng. Begitu ayu seperti parasmu. Bahkan dulu saat kamu masih sebagai Dewi Anggar Mayang, aku masih mengingat bahwa aku sering diam-diam menghampirimu dan membantu mengepang rambutmu yang begitu wangi dan harumnya membuat candu."

Candraneswara dibuat semakin tersipu dan tersenyum sendiri dengan cerita Dewa Jaya Kusuma. "Kangmas, masih mengingatnya?"

Dewa Jaya Kusuma tersenyum tipis, dia berhenti menyisir rambut Candraneswara dan beralih memeluk perempuan itu dari belakang. "Tentu saja. Jika kamu tidak terlahir dengan ingatan itu, Cah Ayu. Maka aku harus mengingat dan menceritakan semuanya kepadamu. Benar, kan?"

Lelaki bermata biru itu mengakhiri ucapannya dengan mengecup salah satu pipi Candraneswara. Paras tampan khas asianya yang lengkap dengan mata biru, membuat Dewa Jaya Kusuma tampak sangat mempesona.

Candraneswara pun balas mengecup pipi Dewa Jaya Kusuma yang bisa dia jangkau. "Bahkan setelah kamu menjadi Angreni atau pun saat kamu menjadi Candraneswara, rambutmu ini masih tetap begitu indah bagiku," ucal Dewa Jaya Kusuma sembari membelai beberapa helai surai Candraneswara.

"Terima kasih sudah mengingat semuanya, Kangmas."

***

Akhir-akhir ini, Valeri merasa Candraneswara menjadi sangat sering datang ke mimpinya. Bahkan hampir setiap hari. Biasanya, Valeri akan merasa kesal dengan Candraneswara yang terus mengganggu mimpinya. Akan tetapi, malam ini suasana hati Valeri sedang bagus.

"Hai, Candraneswara," sapa Valeri sembari tersenyum. Tidak seperti biasanya.

"Apakah kamu sedang senang, Cah Ayu?" tebak Candraneswara tepat sasaran.

"Iya ... ada lelaki tampan yang menurutku sangat sempurna dan dia sedang mendekatiku. Malam ini, aku baru pulang dari first date bersamanya."

Valeri benar-benar senang. Bagi Valeri, Klana adalah bentuk laki-laki paling green flag yang pernah dia temui. Bahkan di kencan pertama sekali pun. Seolah Klana dikirimkan kepada Valeri sebagai pangeran berkuda putih yang selama ini sudah Valeri idam-idamkan.

"Oh, iya? Siapakah lelaki itu?" Candraneswara tentu saja penasaran. Dia takut jika Klana sampai didahului orang lain dan gagal mendapatkan Valeri.

"Namanya Klana, dia seorang dokter muda. Tampan dan mapan." Candraneswara tersenyum senang mendengar hal tersebut.

"Apa saja yang kalian lakukan?"

"Melihat langit, salah satu hal yang paling aku sukai. Aku nggak tau kenapa, ya. Kayak ... dia bisa peka sama apa yang aku suka. Kita duduk di tepi sungai sambil lihat senja dan minum es coklat. Dia juga ngelus-elus kepalaku. Dia pinter, dan suka bercerita. Kayaknya dia quality time kayak aku, deh. Terus dia juga minta dipanggil mas kayak ... aaaa ...."

Valeri berbicara dengan menggebu-gebu mengenai Klana. Benar-benar seperti perempuan yang sedang dimabuk cinta. Sementara Candraneswara tersenyum tipis mendengarkan cerita Valeri, berpikir bahwa ternyata Inu Kertapati yang dahulu sangat peka, baik, dan pengertian itu masih ada hingga sekarang. Hanya mungkin, memang sudah bukan untuk Candraneswara lagi.

"Ya, sudah-sudah. Kalau begitu aku turut senang. Semoga semuanya berjalan dengan baik."

Candraneswara benar-benar berharap semuanya berjalan dan berakhir dengan baik. Candraneswara berharap nanti setelah Klana dibebaskan dari kutukannya, dia akan memilih yang terbaik untuk dirinya sendiri dan tidak memilih Candraneswara. Ini karena Candraneswara sudah memilih orang lain.

"Iya, semoga semuanya berakhir baik." Valeri mengaminkan doa baik dari Candraneswara.

"Kamu ingin bercerita apa, malam ini ... eh, sebentar." Valeri kembali teringat dengan Candra Kirana. "Bagaimana nasib Candra Kirana? Apa yang terjadi dengannya? Apakah dia selamat?"

Candraneswara lagi-lagi tersenyum. Kemudian dia menjentikan jadi dan mereka berdua pun telah berpindah ke kamar Candra Kirana. Di kamar tersebut, Candra Kirana sedang duduk di tepi ranjang. Tatapannya kosong dan rambutnya basah.

"Dia selamat?" tanya Valeri sembari berbisik.

"Iya ... kamu ingat Pangeran Anggar yang menyelamatkan Angreni? Pangeran dari Kerajaan Nusa Kencana." Valeri menganggukkan kepala. "Dia sedang berkunjung ke Kerajaan Kediri untuk melamar Candra Kirana dan dia yang pertama kali melihat Candra Kirana melompat ke air, dia juga yang menyelamatkan Candra Kirana."

"Oh, aku ingat itu. Lalu bagaimana dengan Angreni?"

"Kamu akan mengetahuinya setelah ini." Candraneswara kembali menjentikkan jarinya.

Candraneswara dan Valeri pun kembali berpindah tempat. Kali ini mereka berada di sebuah tempat yang bentuknya seperti aula, tempat rapat. Di tempat ini, ada Raja Kediri yang tentu saja berada di tengah. Ada beberapa orang yang Valeri tidak kenal, tetapi tampaknya mereka petinggi kerajaan. Kemudian ada Pangeran Anggar yang di sampingnya ada Angreni ....

Valeri mengerutkan dahinya. Dia tidak mungkin salah lihat. "Itu Angreni?" gumam Valeri yang dibenarkan oleh Candraneswara.

"Benar, itu adalah Angreni. Dia dijadikan anak perempuan oleh Raja Nusa Kencana sekaligus adik dari Pangeran Anggar."

"Akan tetapi, dari pihak Kerajaan Kediri kenapa seperti tidak ada yang menyadari jika itu Angreni? Jika aku jadi mereka, aku pasti akan mengusir Angreni. Apa lagi Candra Kirana sampai mencoba bunuh diri."

Candraneswara nyaris tertawa mendengarkan pertanyaan Valeri. "Cah Ayu, Valeri. Jangan lupa bahwa zaman mereka dan zamanmu itu berbeda. Zaman yang aku tunjukkan sekarang, belum ada kamera, lukisan wajah pun hanya dimiliki orang-orang penting. Tidak seperti zamanmu yang wajah siapa saja bisa diakses melalui media sosial."

"Oh, iya." Valeri nyaris melupakan hal tersebut.

Setelah itu, Candraneswara dan Valeri sama-sama melihat Candra Kirana memasuki aula dengan dituntun oleh ibunya. Lalu mereka berdua masing-masing duduk di kanan kiri Raja Kediri.

"Baiklah, Putriku sudah tiba. Kau bisa mulai menyampaikan tujuan baikmu," ucap Raja Kediri. Pada saat pertemuan ini terjadi, Raja Kediri sudah mulai tidak terlalu berharap lagi kepada Kerajaan Jenggala yang juga tak kunjung bisa menemukan putra mereka.

"Terima kasih, Kanjeng Gusti. Hamba adalah pangeran mahkota dari Nusa Kencana datang ke Kediri secara langsung untuk melamar putri Kanjeng Gusti, Candra Kirana. Saya sudah lama mengagumi kecantikan dan kecerdasan putri dari Kanjeng Gusti yang terkenal dan ingin menjadikannya permaisuri."

Pangeran Anggar pun menyatakan dengan jelas dan lugas tujuannya. Dia kemudian juga menjelaskan bahwa sebentar lagi Raja Nusa Kencana ingin menyerahkan takhtanya kepada Pangeran Anggar sebelum meninggal. Akan tetapi, syaratnya Pangeran Anggar harus sudah menikah dan sudah memiliki calon permaisuri.

"Di Ajeng Candra Kirana, sudikah engkau untuk kuperistri?"

Sayangnya, setelah semua yang terjadi. Ternyata Candra Kirana tetap memilih untuk menolak lamaran siapa pun. Lebih baik dia tidak menikah jika bukan dengan Inu Kertapati.

"Maaf, tetapi dengan segala hormat. Saya menolak lamaran ini, Ayahanda. Saya lebih baik tidak menikah jika bukan dengan Kangmas Inu Kertapati."

Mendengar hal tersebut, Raja Kediri merasa sangat malu dengan kelakuan putrinya. Cerita mengenai Candra Kirana yang dicampakkan Inu Kertapati sudah menyebar ke mana-mana, sampai ke negeri yang jauh sekalipun. Ditambah lagi, Pangeran Anggar adalah yang menyelamatkan Candra Kirana saat mencoba bunuh diri.

Sementara itu, Pangeran Anggar merasa terhina dan sakit hati dengan penolakan dari Candra Kirana. "Bisa-bisanya Di Ajeng Candra Kirana menolak lamaran saya setelah menyelamatkan Di Ajeng. Kau pikir siapa lagi yang akan menjadikanmu permaisuri setelah mengetahui bahwa kau dicampakkan oleh Inu Kertapati. Apa lagi jika mereka mengetahui bahwa kau sampai mencoba bunuh diri karena itu. Jangankan menjadikan permaisuri, menjadikan istri saja tidak sudi!!"

Pangeran Anggar berteriak marah dengan tidak terima. Dia bahkan berusaha membujuk ayahnya agar diperbolehkan meminang Candra Kirana setelah semua berita buruk yang tersebar tentangnya.

"Kangmas, tolong tenang." Angreni berusaha menenangkan kakaknya.

"Aku tidak peduli! Aku akan meluluhlantakkan Kediri setelah semua rasa malu ini!"


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro