Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prolog

Di bawah langit malam bertabur bintang yang sangat indah, seorang anak perempuan bersurai kemerahan nampak begitu fokus membaca sebuah buku yang cukup tebal di padang rumput itu. Sunggingan senyum tipisnya yang manis beberapakali terukir saat ia menemukan beberapa kata yang menarik.

Manik amethysnya yang berkilau kini bergulir pada seorang anak laki-laki di sisinya yang tengah tertidur pulas. Diam-diam ia memetik sebuah ilalang di sisinya dan menggelitik telinganya hingga anak itu berbalik memunggunginya sembari menggeram kesal, "Arrggh Una, berhentilah menggangguku. Mataku sangat mengantuk,"

"Pfft, jika kakak mengantuk kenapa tidur di luar? Bukankah tidak baik jika ada masyarakat kita yang melihat?"

"Aku tidak bisa membiarkanmu berkeliaran sendiri di luar. Bagaimana jika ada yang menculikmu?" Ucapnya dengan nada yang cukup dalam, seolah sedang kesal sekaligus malas untuk menjawabnya.

"Para prajurit selalu mengawasiku jadi kakak tidak perlu sekhawatir itu,"

Anak laki-laki yang begitu mirip dengannya itu pun tiba-tiba bangkit dan duduk berhadapan dengannya, di iringi tatapan yang begitu tajam, "Anak konyol," Ucapnya sembari menjawil hidungnya , "Sebagai seorang putri bangsawan kau tidak boleh percaya begitu saja pada siapapun,"

"Kakak Usha sakit!" Teriaknya sembari menepis tangan anak itu, "Aku tahu tidak baik mempercayai siapapun begitu saja. Tapi aku harus mengasah instingku agar tetap waspasa dengan cara seperti ini kan? Apalagi kakak tidak akan selamanya akan ada di sisiku,"

"Apa maksudmu?" Tanyanya dengan raut yang mulai sedikit khawatir.

"Aku mendengar pembicaraan kakak dan ayah tadi sore. Kakak akan pergi untuk belajar di tempat yang jauh kan?"

Anak laki-laki itu seketika menundukan pandangannya dan mulai berfikir akan menjawab apa, "Kakak tidak perlu menutupi apapun karena aku pasti bisa merasakannya,"

"Ayah memintaku belajar lebih keras karena aku akan memimpin kekaisaran ini cepat atau lambat, jadi aku harus mencari ilmu sebanyak-banyaknya,"

"Jadi ini hari terakhir kita bermain bersama?" Tanyanya membuat anak itu seketika mengangguk pelan, "Baiklah, aku mengerti,"

"Aku akan meminjamkan salah satu sahabatku sekaligus tangan kananku untukmu,"

"Hmm? Siapa? Aku tidak pernah melihat kakak bermain dengan selain aku,"

"Nanti saja kau lihat sendiri," Ucapnya dengan begitu santai sembari mengambil cangkir teh di sisinya yang mulai semakin dingin.

"Kakak apa aku boleh tanya satu hal sebelum kakak pergi?"

"Hmm?"

"Apa itu cinta?"

Buar!

Anak laki-laki itu seketika menyemburkan tehnya begitu mendengar pertanyaan aneh sang adik, "Darimana kau mendengar kata itu?"

"Kakak perdana mentri," Jawabnya dengan begitu polos, "Memangnya itu apa hingga kakak begitu terkejut?"

"Cinta itu perasaan yang aneh juga rumit, seperti rasa dari puding buatan bibi may. Sebaiknya kau jauhi perasaan itu karena dunia politik tidak mengenal yang namanya cinta,"

"Bagaimana jika aku merasakan perasaan itu?"

"Sebisa mungkin jangan merasakannya sebelum kau benar-benar dewasa," Ucapnya membuat anak perempuan itu mengangguk mengerti, "Setidaknya sampai aku kembali dan menjadi putra mahkota lagi baru kau bisa mengenal cinta sepuasnya,"

"Memangnya kenapa?"

"Jika kau mengenal cinta terlebih dahulu maka ayah akan menikahkanmu anak konyol. Jika kau menikah sebelum aku kembali maka posisimu akan jatuh pada Rosaria,"

"Bukankah itu baik kakak?" Tanyanya membuat anak laki-laki itu tepuk jidat.

"Runa, sebenarnya tidak masalah jika Rosaria menggantikan posisimu. Tapi bagaimana jika ibu tiri memanfaatkannya? Kau tidak ingin kekaisaran kita hancur kan? Kau tidak ingin nama klan kita tercoreng kan? Kau juga tidak ingin ayah terluka karena singa betina itu?"

"Tidak kakak,"

"Maka dari itu jaga posisiku sampai aku kembali ya,"

"Tapi bagaimana dengan kemampuan sihirku?"

"Kau bisa belajar banyak di sini jangan khawatir. Sudah ya, aku ingin tidur sebentar lagi," Ucapnya sembari memejamkan matanya.

"Aku berjanji akan menjaga kekaisaran, klan ini juga ayah sampai kakak kembali. Aku berjanji demi nama mendiang ibunda juga leluhur kita,"

******

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro