Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. Care

Bagian Enam.

What do I care about you for? That is not important. And if I care about you, will you care too? That's very impossible, babe.

-The Cold Princess-

Untuk apa Moza harus repot-repot melihat nilai pada mading sekolah di jam akhir pelajaran, sedangkan ia sudah tahu bahwa nilainya sudah pasti berada di deretan teratas.

Ia memainkan ponselnya, ia tengah meng-scroll beranda Instagramnya. Namun, sebuah notifikasi dari nomor tak dikenal membuatnya beralih pada aplikasi lain.

Pesan dari +628125×××××

+628125××××× : send a pict

Masih inget gak lo?
#Darren

Moza mengerinyit, itu adalah fotonya dulu saat mengikuti les musik. Ia belajar bermain gitar, namun saat ia sudah bertambah usia malah lupa semua ilmu yang diajarkan di sanggarnya.

Moza menambahkan nomor tersebut, menyimpan dan meletakan nama di nomor tersebut lalu membalasnya.

Moza : Ingt.

Darren: Lo inget siapa yang nge-fotonya?

Moza : G.

Moza memasukan ponselnya ke dalam saku. Habis sudah mood-nya bermain ponsel saat Darren mengiriminya pesan chat. Tangannya ia lipat di atas meja lalu menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan tersebut.

"Za?" Seseorang memanggilnya serta menggoyangkan lengan Moza yang membuatnya terduduk tegak.

"Apa?"

Gadis itu menatap Moza. "Dicariin sama Darren."

Moza menghela napasnya, kenapa harus Darren lagi. Ia mengambil handphone-nya, saat ia ingin membuka lockscreen nya sudah banyak sekali notifikasi chat dari Darren.

Darren : Itu yang ngefoto gue

Darren : lo itu temen gue dari pas lo ikut les musik

Darren : lo inget gak pas SMP kelas kita dua tahun bareng. Pas kelas 7B sama 8D. Lo inget kan?

Darren : Za, woy bales!

Darren : MOZAAAAAA!!!!

Darren : Gosah sok ngartis!

Moza menghela napasnya, ia mengetikan sesuatu di layar ponselnya untuk dikirimkan ke Darren.

Moza : Brsk.

Tak lama, suara notifikasi pun berbunyi kembali.

Darren : Gue ngetik panjang lebar lo cuma bales 1 kata dalam 4 huruf dan itu gk ada huruf vokalnya? Astaghfirullah:"

Moza : Bct.

Darren : Keluar gih, gue nunggu lo di depan kelas. Bokap lo tadi nelfon gue suruh nganterin lo pulang.

Moza : G prl

Darren : Tapi sayangnya gue udah di depan lo nih

Moza mendongak, ia melihat Darren yang tengah berdiri di hadapannya sambil memasukan sebelah tangannya ke saku celana serta satu tangannya lagi memegang ponselnya.

"Om Jordi nyuruh gue nganter lo pulang."

"Ga perlu."

"Tapi sayangnya gue gak nerima penolakan."

"Bodo amat."

Darren menghela napasnya. "Za, ini bokap lo, loh yang nyuruh. Dia kasih amanah ke gue buat nganter lo pulang."

Moza diam, ia membereskan buku-bukunya lalu memasukan ke dalam tas.

"Om Jordi bilang lo setiap pulang pake angkutan umum, terus kalo di rumah lo ngurusin Nayla. Bener ya?" tanya Darren, basa-basi.

"Za! Pulang bareng gue yuk!" ajak seseorang yang baru saja datang dari arah pintu, dan seseorang itu adalah Reno.

Darren membalikan tubuhnya guna menatap Reno, ia berkacak pinggang, berusaha menantang seseorang di hadapannya.

"Heh! Gue yang ngajak duluan! Lo siapa si? Tau-tau dateng ngerusak suasana!" ucap Darren.

"Gue Reno, masa lo gak kenal sama gue?" tanya Reno heran.

"Oh, Reno. Lo siapa di sini? Anak donatur terbesar? Anak dari ketua yayasan? Atau anak gak bergun--

"Gue ketua Osis," potongnya cepat.

Ucapan Darren terhenti, ia mengangguk- anggukan kepalanya. "Oh, ketua Osis. Ketua dari organisasi para murid cari muka di depan guru itu?" tanya Darren dengan senyuman miringnya.

Moza yang melihat itupun langsung menggapit lengan Darren yang sedang terbuka, sontak Darren menoleh.

"Gue pulang sama Darren." Dengan cepat, Moza menyeret Darren keluar dari kelasnya.

Darren merasa menang, ia membalikan pandangannya ke arah Reno sambil lengan kanannya yang diseret oleh Moza. Darren mengucapkan tanpa suara dari bibirnya yang Reno tangkap jelas gerakan bibir Darren.

M-A-M-P-U-S-L-O! Itu kata yang Reno tangkap dari pergerakan bibir Darren.

👑👑👑

Moza melepaskan tautan tangannya dengan tangan Darren lalu berjalan mendahului Darren.

"Eh woy! Za!" panggil Darren.

Moza enggan menoleh yang membuat Darren berlari mengejarnya, namun saat langkah larinya yang baru saja beberapa meter ponselnya berbunyi.

Om Jordi

Sial!

Darren mengumpat dalam hati, ia bingung harus menjawab apa saat Jordi menanyakannya perkara Moza. Tak ada waktu lagi, ia akhirnya mengangkat telfon Jordi.

"Hallo?"

"Hallo Ren? Kamu pulang sama Moza kan?"

Nih cewek bisanya ngerepotin terus!

"Iya Om, ini lagi nungguin Moza piket Om," ucap Darren berbohong.

"Kalo gitu Om titip Moza ya, Om sebentar lagi sampai rumah dan Om mau nanti kalian datang berdua ya?"

Telak sudah. Moza memang menginginkannya untuk berada di neraka.

"I-iya Om," jawab Darren terbata.

Lalu, sambungan itu terputus. Darren menatap ponselnya, ia langsung saja berlari ke arah halte serta ponselnya yang ia tekan-tekan mencari kontak Moza.

Sambil berlari itu, Darren menemukan kontak Moza dan meletakan ponselnya ke telinga. Tak terangkat, hanya ada suara dering yang tak kunjung terputus.

"Ayo Za, angkat, gawat aja kalo gue pulang tanpa lo. Motor sama hape gue bakal kena sita lagi," geramnya.

Tak lama, sambungannya terangkat. Darren menghela napasnya lega dan menghentikan lariannya.

"Woy Za! Pulang bareng gue."

"Moza sama gue."

Suara bass itu, ia tidak mengenalnya sama sekali. Tak lama, ia mendengar sebuah teriakkan.

"Kembaliin hape gue Za! Jangan lo campurin hidup gue lagi!"

Seolah dunianya berhenti, Darren menatap ke arah depan kosong. Tak lama, suara teriakkan dari ujung telepon kembali terdengar.

"Dia gak tau apa-apa! Masalah lo cuma sama gue! Gak usah bawa Darren!"

Tanpa pikir panjang, Darren segera mematikan sambungan telfon itu lalu melacak ponsel Moza. Sebuah alamat terpampang jelas di layar ponselnya.

"Ribetin aja! Kalo bukan karena motor sama hape, ogah gue lakuin ini," gumamnya berlari menuju parkiran.

Ia langsung menaiki motornya dan melajukannya membelah jalanan Bandung yang pada saat itu sedang renggang.

Dengan kecepatan maksimum, Darren mengendarai motornya menuju alamat yang tertera di ponselnya tadi. Saat mengikuti intruksi dari ponselnya, ia telah sampai pada sebuah Mall. Ia melirik kearah lain, Mall ini terlalu luas jika ia harus mengunjunginya satu persatu, tanpa berkata-kata lagi Darren segera menelfon ketiga sahabatnya.

"Hallo Dit? Lo lagi bareng Luis sama Adnan gak?" tanya Darren.

"Oh iya, kebetulan nih bos gue lagi sama dua tai ini."

"Cepetan ke sini, ke Mall deket perumahannya Luis. Ga pake lama!" Lalu sambungan terputus sepihak.

Darren sekarang mencari kontak Moza, berusaha menelfonnya. "Ayo Za, angkat."

Tak kunjung terangkat telfonnya, dan hanya terbalas oleh perkataan mbak-mbak operator yang mengatakan bahwa ponsel Moza tidak aktif. Ia menghela napasnya, ia melakukan ini bukan karena khawatir pada Moza atau apa. Ia melakukan ini hanya untuk menyelamatkan motor dan ponselnya, gawat saja ketika seluruh fasilitasnya terangkat semua oleh bunda-nya yang super ganas itu.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro