Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

57. sepeg

Hayu vote komen, yang pembaca gelap aku tebas lehernya.

Target 100+ komen gamaw tau

Bagian Lima puluh tujuh.

Luka lamamu terlalu dalam untuk dipahami, tapi rasa sakitnya terasa sampai saat ini.

-The Cold Princess-

Pukul 22.18

Cuaca kali ini benar-benar tidak mendukung sama sekali, hujan deras datang. Darren terjebak bersama Alina di dalam ruangan Moza, ditambah Nayla yang tidak bisa tidur karena kedinginan. Sedari tadi Darren sibuk memeluk Nayla dengan selimut yang menutupi tubuh kecil itu. Tidak, Nayla tidak rewel, tapi melihat larut malam seperti ini Nayla belum tidur membuat Darren khawatir akan kesehatan bayi itu.

"Bobo dong sayang," bisik Darren.

Sedari tadi juga Nayla enggan turun dari Darren, cowok itu sempat kewalahan ketika ingin ke toilet dan Nayla malah menangis. Sehingga yang terjadi Nayla dibawa hingga dalam toilet.

Oh iya, keempat temannya tidak jadi menjenguk Moza ketika Darren melarangnya. Cowok itu mengatakan jika Moza belum sadar dan ada keluarga Moza agar teman-temannya segera pergi dari rumah sakit. Darren belum siap untuk memperlihatkan Alina yang begitu mirip dengan gadisnya.

Darren duduk di sofa, ia masih melihat Alina yang menggenggam tangan Moza sambil sesekali berbisik pada anaknya. Tadi Alina sempat berbicara padanya, wanita itu berterimakasih karena sudah menjaga Moza. Dan jawaban Darren hanya anggukkan saja.

Jika dilihat secara dekat seperti sekarang, Darren mengerti. Moza sebenarnya tidak terlalu mirip dengan Alina. Oke lah, untuk tinggi badan kemungkinan sama, tapi untuk wajah, bentuk tubuh, dan yang lain sebenarnya beda. Alina lebih berisi, badannya benar-benar body goals seperti tidak terlihat bahwa wanita itu memang sudah pernah menikah. Wajahnya pun memang awet muda sehingga aura Moza dan Alina sama, hanya saja wanita itu menggunakan make up yang sedikit tebal membuat kulitnya tidak sesehat kulit wajah Moza. Bulu mata Moza tidak selentik Alina, alis Alina pun tidak setebal Moza.

Keduanya berbeda.

Tapi jika dilihat dalam jarak jauh dan hanya sekilas, memang, Alina tampak mirip dengan Moza.

Ceklek

Pintu terbuka dan terlihatlah Jordi yang membawa segelas air. Pria itu menatap Darren kemudian berbicara, "Pulang aja Ren, udah malem. Nanti besok kesini lagi gak papa."

Darren tersenyum, ia menganggukkan kepalanya. "Iya Om, sebentar lagi," balasnya.

Jordi memberikan segelas air itu pada Alina. "Kamu pulang saja, biar Moza sama aku."

Alina tidak mengambil segelas air itu, ia malah menggelengkan kepalanya. "Aku mau menginap di sini, kamu saja yang pulang."

"Kamu mau bawa Nayla?" tanya Jordi kepada wanita di depannya. Alina menoleh menatap sang mantan suami kemudian menatap Nayla yang masih berada di gendongan Darren. Ia bangkit berdiri dan berjalan mendekati Darren sambil merentangkan kedua tangannya.

Saat itu juga Nayla langsung menangis, bayi itu mengeratkan pelukannya pada leher Darren, meronta untuk pelukan yang lebih erat lagi. Alina yang melihat hal itu terdiam, saat ia membawa Nayla ke rumahnya pun, Nayla selalu menangis, padahal ia ibu kandungnya tapi Nayla menolaknya.

Darren menepuk-nepuk punggung bayi itu sambil mengayunkannya. "Cup...cup...cup... jangan nangis sayang."

Alina membalikkan tubuhnya menatap Jordi, wanita itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecut. "Keduanya menolak aku."

Jordi menghela napasnya. "Kamu pulang saja, ini sudah terlalu larut." Pria itu berjalan mendekati Alina, ia mengambil kedua tangan wanita itu untuk mengambil segelas air yang dibawanya. Jordi juga melepaskan jas yang dikenakannya lalu ia pasangkan pada tubuh Alina yang hanya menggunakan dress mini yang memperlihatkan bahu mulus wanita itu. "Di luar dingin sedang hujan, kamu pulang saja. Maaf aku gak bisa nganterin kamu pulang, aku harus jaga Moza."

Alina sedari tadi melihat Jordi, wanita itu melihat bagaimana perlakuan pria itu pada dirinya. Entah kenapa tiba-tiba semua perlakuan yang Jordi berikan padanya membuat hatinya sesak, bahkan sampai sekarang pria itu masih mau bersifat lembut padanya, pria itupun tidak mengeluhkan soal Nayla, atau yang lain.

Matanya tiba-tiba saja memanas, ia kira Jordi selama ini enggan menjaga kedua anaknya, ia kira Jordi selama ini pilih kasih antara Moza dan Nayla, dan ia kira selama ini Jordi akan bersikap kasar padanya setelah apa yang ia perbuat kepada pria itu. Kenapa Alina dihadapkan oleh sosok Jordi ini? Kenapa wanita jahat sepertinya harus berhubungan dengan laki-laki baik seperti Jordi?

Air mata Alina menetes begitu saja, bodoh sekali dirinya. Wanita itu menundukkan kepalanya kemudian berjalan keluar ruangan, ia menahan isakannya hingga isakan itu terdengar ketika ia sudah berada di lobi. Alina rindu kedua anaknya, tapi ia benci ketika melihat Jordi, ia benci pada pria itu karena ia merasa sangat malu.

👑👑👑

Finalnya, Darren membawa Nayla pulang bersamanya. Jordi bilang, Nayla sudah dekat dengan Darren, pria itu percaya jika anaknya tidak akan rewel.

"Udah Nayla tidur sama Bunda aja," kata Disa saat melihat putra sulungnya datang membawa bayi itu.

"Mana bisa gitu, Bunda lagi hamil besar masa mau kelonin Nayla? Nggak-nggak, Nayla tidur di kamar Darren!" seru cowok itu.

"Bunda, ini rujak es krim nya." Dalvin datang, pria itu terdiam setelah memasuki rumah dan melihat kedua orang yang mengisi hidupnya selama delapan belas tahun sedang beradu argumen.

Disa menoleh ketika sang suami datang. "Ayah, Nayla tidur sama Bunda gak papa, kan?"

Dalvin terkejut mendengar pertanyaan istrinya, pria itu beralih menatap Darren ia menyuruh putranya untuk segera menaiki tangga dan membawa bayi itu di kamar anaknya. Disa yang sadar pun hendak mengejar namun Dalvin sudah menahannya lebih dulu.

"Eits, ini, katanya rujak es krim. Susah banget mintanya rujak es krim, anak siapa sih ini!" seru Dalvin sambil mengelus perut Disa. Saat sang suami melakukan hal itu, Disa langsung menepis tangan Dalvin yang mengelus perutnya.

"Ya anak kamu, kamu kira aku selingkuh?" Nada suara Disa menaik.

Dalvin terkekeh. "Masih mending sih hamil sekarang mintanya masih bisa dilakuin, kamu pas hamil Darren minta mangga di depan rumah padahal waktu itu depan rumah kita tanemnya buah naga bukan mangga." Pria itu meraup wajahnya. "Pantes pas keluar susah diomongin anaknya, di dalem perut aja mintanya aneh-aneh," lanjutnya.

"Kaya kamu," ucap Disa kemudian beralih untuk duduk di sofa dan disusul oleh Dalvin.

Disa sedang asik memakan rujak es krim yang dibelikan suaminya, sedangkan Dalvin merebahkan tubuhnya dengan paha Disa yang menjadi bantalnya. Keduanya hening sebelum akhirnya Disa memulai bicara, "Alina ke rumah sakit datengin Moza, dia minta maaf sampai nangis."

"Alina? Darren liat dia dong?" Dalvin menatap wajah istrinya dari bawah, pipi wanita itu mengembul ketika mengunyah membuat tangan Dalvin terulur untuk menoel-noelnya.

"Iya, Darren hampir aja emosi, untung ada aku," kata Disa. "Darren terlalu kaget liat Alina yang makin hari bukannya makin jelek malah makin cantik terus makin mirip sama anaknya," lanjutnya.

Disa terdiam beberapa saat, ia tidak melanjutkan mengunyah ketika sudah beberapa kali menelan makananya. "Aku juga udah ceritain kisah kita ke Darren," ucapnya.

Kening Dalvin mengernyit. "Terus respon Darren gimana?"

"Darren terima, ya walaupun kalo dilihat-lihat lagi dia malah kelihatan pengen mukul muka Alina."

Jawaban istrinya berhasil membuat Darren terkekeh kembali. "Terus keadaan Moza sekarang gimana? Udah sadar?"

Disa menggeleng. "Mungkin besok."

Drtt....

Keduanya menatap benda pipih di atas meja. Ponsel Disa berdering dan terdapat nama Jordi di sana.

"Angkatin dong, dinyalain aja speaker-nya ," kata Disa.

Dalvin menuruti permintaan istrinya, dan saat itu juga suara Jordi mulai terdengar.

"Halo Disa, Moza udah sadar. Tapi tolong bilang ke Darren-nya nanti ya setelah dia pulang sekolah saja."

👑👑👑

"Eh, mabar kuy," kata Luis.

Keempat temannya langsung mengambil ponsel mereka, kecuali Darren. Cowok itu sedang menunggu Jordi keluar dari ruangan Moza, menunggu izin masuk dari pria itu.

Ceklek!

"Masuk Ren," kata Jordi ketika ia membuka pintu. "Eh, ada temen-temennya juga ya, masuk aja kalo gitu."

Alia dan ketiga cowok itu langsung berdiri menghadap Jordi, keempatnya mencium tangan pria itu. "Halo Om, kita mau jenguk Moza gak papa, kan?" ucap Alia.

"Silakan, masuk saja, saya mau keluar sebentar," jawab Jordi. "Kamu jagain Moza dulu gak papa kan, Ren?"

Darren menganggukkan kepalanya kemudian Jordi berjalan meninggalkan kelima remaja itu. Saat itu juga Darren langsung memasuki rungan Moza, saat ia melihat keadaan gadisnya yang kini sudah terduduk sambil mengelus kepala Nayla yang sedang bermain di atas brankar, Darren benar-benar ingin merengkuh tubuh gadisnya.

Moza menatap Darren dan juga keempat teman cowok itu, saat itu juga cowok yang menggunakan lensa kontak itu berlari dan memeluk tubuhnya, Moza terdiam beberapa saat sebelum akhirnya ia berani mendorong dada cowok itu.

Berbeda dengan Darren, keempat remaja itu hanya memasuki ruangan dengan pandangan yang tertuju pada layar ponsel. Suara-suara yang ditimbulkan oleh game yang mereka mainkan sampai memenuhi ruangan.

"Dit, lo kemana bantu gue!" seru Adnan.

"Mau nge-kill nih gue," ucap Luis.

"Eh bantuin gue dong, kena kroyok nih!" seru Alia.

"Lo harusnya gausah ikutan Al, cewek kalo main game emang beban." Dito langsung mendapat toyoran kepala dari Alia.

"Kalian ngapain?" Nada suara Moza benar-benar ketus, bahkan membuat keempatnya langsung mengalihkan pandangan tapi kemudian mereka kembali bermain game. Ya mereka pikir, Darren pasti akan menjawabnya.

"Mereka jengukin kamu," kata Darren

Pandangan Moza teralih menatap Darren. "Emang mereka siapa?"

My enemy has been slain

"Za, mereka temen kamu," ucap Darren.

"Gue gak punya temen," balas Moza yang membuat tiba-tiba tubuh Darren membeku.

Double kill

"Terus omongan lo ngapain pake aku-kamu?—"

Triple kill

"Kita ada hubungan?—"

Maniac

Luis tiba-tiba berseru. "Nan dapet gue Nan, sepeg gue sepeg gue."

"—Kan lo mutusin gue, ngapain pake aku-kamu segala?"

Savege!

Keempatnya berteriak senang kemudian ikut berseru seperti Luis.

"Mantap bro, sepeg-nya sampe ke hati!"

Bersambung...

Bagaimana perasaan kalian setelah membaca bagian ini? (Wajib jawab)

Apa kabar Brois semoga sehat selalu ya, gimana hari Senin? Boleh berangkat sekolah apa masih belajar di rumah?

Semangat Brois, see u in next Saturday. Vote hari update kedua masih dibuka sampai Minggu depan ya tolong spam komen.

Love u 💚

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro