56. Utama dan Pendukung
Anjay bro 200k uwu 🥳🥳 keren nih kalian ya jadi saranghae banget nih🥰 tapi bakal lebih saranghae lagi kalo pada vote dan komen jangan pada sider awokawok
Di bagian bawah ada vote buat hari kedua, ayo jangan pada sider, yang sider aku bantai
Happy reading bro ku!
Bagian Lima puluh enam.
Terkadang seseorang menilai hanya dengan mata, tapi tidak dengan apa yang dirasa.
–The Cold Princess-
Brak!
"Mo—"
Orang itu menoleh ketika dobrakan pintu terdengar.
"Za..." Suara Darren merendah. Ia terkejut dengan apa yang ia lihat sekarang. Moza, ada dua?
Disa berjalan mendekati putranya, wanita itu menuntun Darren untuk duduk di sofa. Kakinya memang berjalan, namun pandangannya masih terkunci oleh perempuan yang kini sedang duduk di sebelah brankar Moza sambil mengelus tangan gadisnya.
"Bun..." Darren mencoba mengerti situasi kali ini, tapi entah mengapa otaknya enggan berpikir dan hanya emosi yang ingin kembali muncul.
"Bunda jelasin, tapi kamu jangan emosi, ya?"
Cowok itu menggeleng. "Bunda..." lirihnya.
Disa menepuk-nepuk bahu Darren, wanita itu menghela napasnya, ia memutar tubuh putranya agar berhadapan kemudian menyandarkan kepala Darren pada bahunya. Ia sedang mencoba menghilangkan emosi cowok itu untuk memulai cerita.
Tangan Darren perlahan melingkar di pinggang sang bunda, pandangannya pada kedua perempuan di brankar mulai tergantikan oleh ceruk leher Disa.
"Itu Tante Alina, Mamanya Moza, orang yang kamu cari tahu selama ini," ucap Disa.
Bisa dirasakan jika Darren meremas baju sang bunda. Disa tahu, Darren emosi. Wanita itu mencoba menepuk-nepuk punggung dan juga mengelus kepala anaknya dengan perlahan.
"Jangan ya sayang, Bunda gak suka. Coba untuk terima semuanya, Bunda suka Darren yang baik, yang memaafkan semua kesalahan orang. Jangan jadi pendendam, ya?"
Kalimat yang diucapkan sang bunda membuat Darren terdiam. Kemudian cowok itu mulai mengatur deru napasnya, menutup mata, dan menelusup kan kepalanya pada ceruk leher sang bunda. Disa berhasil menahan emosi Darren yang ingin meluap.
Tangan kiri Disa masih ia gunakan untuk menepuk-nepuk punggung dan juga tangan kanannya masih ia gunakan untuk mengelus kepala anak sulungnya.
"Kenapa dia di sini, Bunda?" Suara yang keluar dari mulut Darren pun terdengar berbisik sehingga hanya Disa yang mampu mendengarnya.
Di balik pelukannya dengan Darren, Disa tersenyum. "Alina tetap Mamanya Moza, hubungan batin akan selalu ada," ucapnya. "Bunda juga punya hubungan batin sama kamu, buktinya kamu sedang emosi dan Bunda tahu itu. Makanya Bunda peluk kamu biar emosi kamu reda."
"Alina pun sama, Alina tetap punya hubungan batin sama anaknya, dia tetap merasa sakit ketika melihat keadaan anaknya sekarang."
"Dia jahat Bunda, Darren gak tega kalau harus liat Moza tersiksa karena dia." Darren terus berbisik di telinga sang bunda.
"Dengerin Bunda ya, sayang. Alina sebenarnya sayang sama Moza, dia tetap Mama yang punya perhatian yang sama kayak Bunda ke kamu. Bedanya, Alina pakai cara yang salah."
"Sekarang dia lagi minta maaf sama Moza? Dia udah menyesal?"
Disa terkekeh geli. "Sepertinya iya. Makanya kamu jangan marah ya, Alina kayaknya udah tahu letak kesalahannya."
Disa menatap wajah putranya yang masih berada di bahunya, cowok itu menutup mata sambil sesekali bertanya dengan nada berbisik tepat di depan telinganya. Hangatnya napas Darren pun bisa Disa rasakan.
"Kalau Bunda gak ada, mungkin Darren udah maki-maki Mamanya Moza. Karena dia, Moza jadi bahan olokan teman-temannya, Darren gak suka itu, Bunda."
"Iya sayang iya, Bunda juga gak suka Moza jadi bahan olokan. Kamu tahu sendiri kan Bunda juga sekarang udah sayang sama Moza, kalian tetep jaga hubungan ya." Jujur, Disa merasa sakit hati ketika mengucapkan kalimat itu. Sebagai seorang ibu yang memiliki anak laki-laki, Disa merasa bahwa anaknya hanya mencintainya, tapi lihatlah, anaknya sudah tumbuh besar dan bisa mencintai perempuan lain selain dirinya. Disa yang sebagai ibu tidak menolak jika ia merasa cemburu pada Moza.
Satu kecupan mendarat di pipi Darren. Cowok itu tidak mengubah posisi tubuhnya. Pelukan dari sang bunda adalah obat dari semua rasa sakit yang ia derita.
👑👑👑
"Katanya kamu jaga Moza dengan baik, tapi lihat semua luka ini, Jordi!" seru Alina.
Darren dan Disa memilih keluar dari ruangan Moza. Seruan demi seruan terdengar dari balik pintu, keduanya memilih menunggu agar kedua orang dewasa itu menyelesaikan masalah mereka.
Sejak Disa menceritakan semua kisahnya, Darren tidak percaya. Otaknya berpikir, bagaimana jika ayahnya direbut oleh mama Moza? Bagaimana ia harus merelakan dua perempuan yang ia sayangi jika hal itu memang terjadi?
Tapi lagi-lagi, Disa terus menenangkan putranya. Disa terus berbisik di telinga Darren sambil mengucapkan kalimat, "Ayah gak akan tinggalin kamu, kamu anak Ayah, kamu kesayangan Ayah."
Dan tetap saja, rasa khawatir akan hubungan kedua orang tuanya berlanjut hingga sekarang. Alina datang, berbisik pada Moza sambil meminta maaf kemudian disusul Jordi yang datang sambil menggendong Nayla. Darren bisa merasakan ketika Jordi datang, tatapan Alina tidak sama dengan tatapan wanita itu kepada Moza. Tatapan yang diberikan Alina pada Jordi cenderung seperti tatapan amarah. Hingga Disa dan Darren memilih keluar ruangan sambil menggendong Nayla, bagaimanapun, Nayla tidak boleh mendengar pertengkaran orang dewasa.
Darren berdiri sambil menepuk-nepuk bokong dan mengayun-ayunkan Nayla, bayi itu terlihat mengantuk ketika Darren duduk, membuatnya langsung berdiri dan menimang-nimang agar bayi itu cepat terlelap.
Sesekali Darren mengelus kepala Nayla, aroma khas bayi membuat Darren semakin nyaman. Harusnya, jika Moza sadar, gadis itu pasti akan memarahinya karena cara menggendong yang salah, atau langsung merebut Nayla karena takut perhatian sang adik akan berpaling. Moza terlalu sayang dengan Nayla.
"Bunda gak usah berdiri," kata Darren ketika ia melihat Disa yang hendak mengangkat tubuhnya. Darren terkadang terlihat perihatin ketika melihat sang bunda yang kelelahan berjalan atau kesulitan untuk berdiri. "Bunda mau apa?"
Disa hanya tersenyum kemudian menggeleng. "Nggak kok, udah kamu lanjutin aja timang Nayla."
Darren melihat kaca pintu ruangan Moza, ia masih melihat kedua orang dewasa itu tengah bertengkar, seruan keduanya bahkan terdengar hingga keluar. Darren bingung, bagaimanapun Nayla tidak boleh dengar, akhirnya ia memutuskan untuk berjalan sedikit menjauh.
Tapi sebelum hal itu terjadi, Darren menyempatkan diri untuk meminta ijin sang bunda. "Bunda, Darren ke tempat yang sepi dulu, ya? Biar Nayla tidurnya nyenyak."
Disa menganggukkan kepalanya.
Akhirnya Darren berjalan menjauh, ia keluar rumah sakit. Darren lapar, ia tadi tidak sempat makan makanan yang dibeli di kantin. Ingin menyuruh bunda untuk membelikan makanan, tapi ia ingat bundanya sedang hamil dan tidak boleh lelah. Jika Nayla ia titipkan pada bunda, kemungkinan akan susah lebih lagi melihat keadaan bunda yang perutnya sudah membesar. Oke lah, Darren mengalah saja untuk tetap menggendong Nayla walaupun ia merasa sangat lapar.
Tapi, bagaimanapun ia ingin makan sekarang. Sehingga yang terjadi adalah, ia sudah duduk di tempat mie ayam depan rumah sakit.
"Mang, bungkus satu ya."
Baru saja ia membenarkan posisi tubuh Nayla agar bayi itu tetap nyaman selama tertidur, tiba-tiba seseorang mengejutkannya.
"Dor!"
Dan beberapa detik kemudian, tangis Nayla pecah.
"Eh Ren, ini anak siapa? Utututu jangan nangis dong sayang," kata orang itu.
Darren panik, cowok itu langsung berdiri kemudian kembali menimang Nayla. Mengayunkan tubuh dan juga menepuk-nepuk punggung bayi itu sambil sesekali membisikan kata-kata pujian kepada Nayla.
"Iya sayang, Nayla baik, ayo bobo lagi," kata Darren.
Tangis Nayla belum reda, Darren terus menimangnya. "Nayla cantik, Nayla pinter, bobo sayang."
"Aduh, kumaha ieu anjir."
"Hayo loh Luis, nangis tu."
"Hayo Luis dimarahin Mama, hayoo."
"Sstt!" Darren menatap teman-temannya tajam seakan berbicara, "Ngomong lagi gue bunuh!"
Saat teman-temannya terdiam, saat itu juga tangis Nayla mulai mereda. Tapi Darren terus menimang bayi itu agar tertidur, ia ingin makan dan sebelum makan Nayla harus tertidur terlebih dahulu. Dan oke, selama sepuluh menit menimang, bahkan mie ayam yang ia pesan sudah dibungkus, Nayla tetap membuka matanya.
"Bobo ya sayang, Mas mau makan," kata Darren.
Mata berair Nayla menatap Darren, bayi itu malah mencium pipi Darren kemudian tertawa. Ah, Darren tidak bisa melihat ke-uwu an ini. Ia langsung kembali menciumi wajah Nayla.
"Sayang-nya Mas kenapa ga bobo lagi, hm?" ucapnya di sela-sela ia menciumi Nayla.
"Darren kek udah jadi bapak ya," kata Adnan.
Kalimat yang diucapkan Adnan membuat cowok itu menatapnya. "Kenapa? Sirik lo?"
Adnan malah memicingkan matanya.
"Ini mie ayam buat siapa?" tanya Adnan.
"Buat gue lah, siapa lagi?"
"Kenapa dibungkus? Gak makan di sini?"
"Tadinya begitu, tapi gara-gara kalian yaudah lah ya makan di sini aja," kata Darren. "Mang, buka aja makan di sini," lanjutnya kepada sang penjual.
Darren kembali duduk sambil menunggu mie ayamnya dihidangkan. Alia duduk di depannya dengan Luis, sedangkan Dito dan Adnan duduk di sebelah Darren.
"Anak siapa, Ren?" tanya Dito. Cowok itu menatap Nayla sambil menoel-noel pipi gembul nya.
"Adiknya Moza."
Keempat temannya terdiam, mereka terkejut. "Moza punya adik? Wah, bule banget adiknya!" seru Dito.
"Emaknya atau bapaknya yang bule?" tanya Luis.
Darren menatap Luis tajam. "Gue tandain muka lo ya anjing, gara-gara lo Nayla nangis."
"Ya elah Ren, maap. Gue kira tadi lo kagak bawa bayi," kata Luis.
"Eh btw namanya Nayla?" Alia akhirnya ikut bersuara dan Darren menjawabnya dengan anggukan saja.
"Kalian ke sini mau pada ngapain?" tanya Darren.
"Jenguk Moza lah, kata Alia dia kan masuk rumah sakit," jawab Adnan.
"Sheila sama temen-temennya emang gak ada otak pisan, kalo merasa tersaingi cantiknya sama Moza bilang dong!" seru Dito.
"Bahkan sama gue pun si Sheila masih cantikan gue," ucap Alia.
Kelimanya tertawa. Ya sebenarnya antara Sheila dengan Alia lebih cantik Sheila, tapi ya jika keadaan seperti ini pasti semuanya akan mendukung Alia.
Tak lama mie ayam Darren datang. Darren menyuruh Dito untuk menggendong Nayla hanya saja Nayla mengeratkan pelukannya, hal itu membuat Darren teringat jika Nayla susah beradaptasi dengan orang asing.
"Yah, Mas mau makan," kata Darren. "Ikut sama A Dito dulu, ya?"
Nayla tetap mengeratkan pelukannya. "Suapin aja, Ren," kata Luis.
"Ngomong sekali lagi, gue bantai lo."
Luis langsung menutup mulutnya. Sedangkan Darren berusaha untuk melepaskan Nayla. "Mau sama siapa Nayla? Mas mau makan dulu."
Nayla tida menjawab, tapi kemudian, tangan bayi itu menunjuk Luis. Kelima orang itu terkejut. "Anjir dong pilih Luis!" seru Dito.
Darren menatap Nayla. "Mau sama A Luis?"
Bukanya mengangguk, Nayla malah menggeleng yang membuat keempat orang itu terbahak.
"Gue kira mau sama Luis," ucap Adnan di sela tawanya.
Alia memukul bahu Adnan. "Sapa juga yang mau sama Luis, Nan."
"Anjing, sakit perut gue!" Dito memegangi perutnya.
Saat keempat orang itu tertawa, Nayla perlahan melepaskan pelukannya dan berjalan sambil memegang erat baju Darren menuju Adnan. Adnan yang melihat itupun gemas dan langsung menggendongnya.
"Pinter kamu sayang, kamu pilih orang yang tepat!" Adnan berseru kemudian mengangkat tubuh bayi itu.
"Padahal gue berekspektasi kalo ntar Alia bantuin Darren makan," kata Dito ketika tawa mereka mereda.
"Bantu ngabisin mie ayamnya, gitu?"
Pletak!
Dito menjitak kepala Luis. "Maksud gue, Alia bantuin Darren makan itu nyuapin, bukan ngabisin, bego!"
"Tau nih manusia," kata Alia.
"Sejak kapan Luis manusia? Dia kan setan," ucap Darren yang membuat kelima orang itu kembali tertawa.
Bersambung...
Bagaimana perasaan kalian setelah membaca bagian ini (wajib jawab) iya-iya bagian ini diedisikan tidak gantung, tapi tetep kudu jawab ye.
Karena setresku sudah tidak mereda lagi alias ilang, kuy vote buat hari ke 2 update nya anjay para brois (Bro nya Ais) wkwk nama apaan itu anjeng awokawok
Kuy lah para Brois vote hari
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Minggu (Sabtu udah gaada ye)
Buat update kedua aku tunggu sampai dua Minggu ya, gak bakal aku targetin ke readers kok sans ya sayang.
Terus juga, bingung da udah dibilang update Sabtu ada aja komen "next", entah mengapa rasa ingin mengajari kalian membaca sangat stonks↗️↗️
Buat update nanti kisaran jam 12 malem sampe jam 7 pagi, kalo jam segitu belum update berarti aku belum bangun tidur h3h3
See u in next Saturday Brois pada komen ye klean awas aje, biar ni cerita naik ranking gitu aelah☹️
yang penting aku sangat sayang dengan Brois ew ni nama Brois kenapa muncul di otak si jingan dah lah ya gapapa aku namain klean Brois aja😭 love u Brois💚💚💚💚
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro