
53. Back
Sebelumnya, terimakasih banyak buat kalian yang udah ngucapin selamat ulangtahun ke aku🖤
Love u so much babe🥺💚 di kala aku sedang over thinking karena satu Masalah yang sukses bikin aku gak tidur dua malam, komentar² dan ucapan kalian bikin mood aku naik lagi. Selama over think, aku berasa aku gak punya siapa-siapa, tapi ketika aku update di hari ultah aku, kalian ngucapin, dan beri banyak doa buat aku. Ah, ternyata aku masih dicari orang, orang lain tahu aku, orang lain butuh aku.
Thank u so much, love u so much ga tau harus dijabarin pake kata apalagi untuk berterima kasih banyak ke kalian.😭😭❤️❤️❤️❤️
Hari ini hari Sabtu, aku bakal temani kalian di malam minggu. Happy reading my mood booster!
Komentar bagian ini harus lebih banyak dari bagian sebelumnya, ya🖤 mood banget kalian spam komen😂
Bagian Lima puluh tiga.
Pertemanan akan terjalin bahagia jika tidak menyukai satu orang yang sama.
–The Cold Princess-
"Ren bangun, udah pagi,cepet siap-siap ke sekolah." Disa menggoyangkan bahu putranya yang berbaring di atas sofa.
Darren menggeliatkan tubuhnya dan mulai membuka matanya. Cowok itu mulai terduduk, ia bisa melihat bundanya yang sedang bersandar pada sofa yang sama dengannya.
"Sana cepetan mandi, jarak sekolah kamu dari rumah sakit kan jauh," kata wanita itu lagi.
Darren menghela napasnya. "Bunda kenapa harus ke sini? Kan Darren bilang udah di rumah aja, Bunda lagi hamil besar begini jalan-jalan keluar rumah terus, nanti anaknya lebih nakal dari Darren."
Disa tidak mendengarkan ocehan anaknya, wanita itu menolehkan kepala menatap putra sulungnya. Ia tidak mengira jika Darren bisa menyayangi perempuan selain dirinya sampai seperti ini. Ada rasa cemburu yang menyelinap pada hati Disa ketika wanita itu tahu bahwa putranya memang benar-benar tidak hanya sekedar cinta sebagai cinta remaja saja.
Jam masih menunjukkan pukul 05.00
Biasanya jam segini Darren boro-boro bangun, mungkin baru saja tidur karena semalaman nongkrong dengan teman-temannya.
Merasa ucapannya tidak ditanggapi sang bunda, Darren kembali berbicara, "Oh iya Bun, kacamata Darren boleh ganti, gak? Gak papa deh uang bulanan Darren Bunda potong."
"Kacamata yang lama kenapa, emang?"
Darren terkekeh sambil menggaruk tengkuknya. Cowok itu baru saja kehilangan kacamata. Saat menyeburkan diri pada kolam renang tadi malam untuk menyelamatkan Moza, kacamata Darren ikut hanyut. Jadi sekarang, cowok itu sedang menggunakan softlens yang biasa ia kenakan jika sedang ingin bermain futsal.
"Iya gak papa ganti aja kacamata kamu, uang bulanan kamu gak akan Bunda potong, masa iya Bunda potong. Kacamata kamu hilang setelah selamatkan nyawa seseorang. Nanti Bunda kirimkan uangnya, ya!" Disa mengelus kepala anaknya. "Mandi cepetan, Bunda udah bawain seragam kamu. Mobil juga udah ada di parkiran, semalem Ayah kamu yang bawa mobil kamu ke sini."
"Loh?" Darren mengernyitkan dahinya. "Kalo mobil ada di sini, ntar Ayah naik apa berangkat ke kantornya?"
"Kan ada taksi, ada grab, ada gojek, atau juga..." Disa menjeda kalimatnya, wanita itu menatap putranya sambil tersenyum lebar. "Ayah bakal beli mobil baru," lanjutnya.
Darren tertawa. Bisa saja ucapan Bundanya ini. Ah, lega.
👑👑👑
Iya, sejak semalam keadaan Moza belum membaik. Saat Alia pulang untuk mengambil motor di rumah Darren sekaligus meminta ijin kepada Disa mengenai Darren yang berada di rumah sakit. Disa panik. Wanita itu menelpon anaknya untuk pulang saja, biarkan Moza dijaga oleh pihak rumah sakit. Tapi, Darren menolak, Darren tidak ingin pulang. Sehingga terjadilah, Disa yang datang ke rumah sakit.
Setelah Darren selesai mandi dan sudah mengenakkan seragam batik SMA-nya, cowok itu duduk di sebelah Disa.
"Jordi ke mana, Ren?" tanya Disa.
Darren menolehkan kepalanya menatap sang bunda kemudian mengendikkan bahunya. "Gak tahu."
"Emang pas di rumah Moza kamu gak ketemu Jordi?"
"Kayaknya Moza abis berantem sama Om Jordi," kata Darren. Cowok itu menghela napas kemudian menatap langit-langit ruangan. "Darren baru tahu hidup Moza ternyata susah dari dulu. Padahal di sini dia korban, tapi kenapa dia yang dapet perlakuan gak pantas itu," lanjutnya.
Tangan Darren menarik sepatu dan juga tas miliknya. Saat ia menalikan tali sepatu, sang bunda tiba-tiba saja berdiri dari sofa kemudian duduk di kursi sebelah brankar Moza. Tangan Disa mengelus kepala, menyentuh wajah, dan menggenggam erat jemari Moza. Tatapan sang wanita hamil itu amat nanar, ia tahu kehidupan gadis yang sedang terbaring lemah itu. Karena pada kenyataannya, sang mama dari Moza adalah teman dekat Disa dulu. Iya, dulu. Untuk sekarang, tidak lagi.
"Bun, Darren berangkat, ya!"
Disa menoleh menatap putra sulungnya yang sudah rapi dan siap untuk berangkat sekolah. Wanita itu kembali berdiri mengantarnya sampai depan pintu saja. Darren meraih tangan sang bunda dan menciumnya tanda ia akan pamit pergi. "Kalo capek Bunda pulang aja, kasian adik Darren."
Disa terkekeh, ia mengelus kepala Darren. "Kamu hati-hati ya," ucapnya yang dibalas anggukan kepala. "Pulang sekolah nanti, Bunda mau cerita sama kamu. Kamu jangan mampir ke mana-mana, ya!"
"Cerita apa?"
Wanita itu hanya tersenyum. "Sana berangkat, hati-hati."
Setelahnya, Disa berbalik dan menutup pintu membuat Darren yang berada di luar ruangan terheran.
👑👑👑
Lebih dari dua belas kali Disa memencet bel, tapi sang pemilik tempat itu belum membuka pintu. Mata wanita yang tengah berbadan dua itu menyapu sekitar.
"Bu, cari Tante Alina?"
Disa menoleh, ia melihat gadis yang menggendong tas dan setumpuk buku yang dipeluknya. Sepertinya dia seorang mahasiswa.
"Ah, iya."
Gadis itu memencet tombol pintu dan membukanya. "Ibu masuk dulu, gak baik kalo berdiri terus. Ibu lagi hamil."
Senyum Disa terangkat. Ia mulai berjalan perlahan dan memasuki kamar apartemen gadis itu. Mata Disa menatap ruangan yang rapi dan bersih, ruangan itu penuh dengan buku, bahkan Disa bisa melihat rak buku yang benar-benar penuh. Dan dikala matanya tak sengaja menatap frame foto berukuran besar yang menampakkan foto wisuda.
Ah, rupanya gadis itu sudah wisuda. Apakah tadi ia mengambil S2 saat ini?
"Ini Bu tehnya, diminum dulu."
Kalimat itu membuat Disa mengalihkan pandangannya. "Wah, gak usah repot-repot, saya di sini sebentar."
"Gak papa Bu, saya gak merasa direpotkan."
"Kamu ambil S2, ya?" tanya Disa.
Gadis itu menatap frame foto wisuda tadi. "Ah, itu yang Ibu lihat wisuda saya yang S2. Tadi saya baru pulang ngajar. Saya Dosen, Bu."
Disa dibuat terkejut. Wah, padahal masih muda sekali kelihatannya.
"Oh iya Bu, nama saya Mauren." Tangan gadis itu terulur ke arah Disa.
Disa terkekeh kemudian menanggapi uluran tangan gadis di depannya. "Saya Disa."
"Tadi Ibu cari Tante Alina, ya?" tanya Mauren.
"Iya. Kamu tahu gak dia ke mana?"
"Tante Alina kalo jam segini belum pulang, tapi sebentar lagi, kok. Tante Alina pulang sehabis dzuhur," jawab gadis itu.
Disa menatap jam tangan yang dikenakannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.04, sepertinya Alina akan pulang sebentar lagi.
"Kalau gitu saya nunggu di sini boleh, kan?"
"Oh, jelas boleh Bu. Gak papa, di sini aja, ngadem. Hehe," kekehnya. "Tapi saya tinggal sebentar gak papa kan, Bu? Saya ada kerjaan."
Disa mengangguk. "Iya gak papa, kamu selesaikan saja kerjaannya."
Pintu apartemen Mauren terbuka, Mauren sengaja tidak menutup pintu agar ketika Alina pulang, Disa bisa tahu.
Baru saja Disa mengambil ponsel di dalam tasnya, suara langkah dari sepatu heels terdengar. Mata Disa langsung menatap keluar. Dan benar saja, Alina berjalan melewati tempat Mauren.
Dengan perlahan, Disa mencoba untuk berdiri. "Mauren, saya pergi ya. Terimakasih!" seru Disa. Belum sempat Mauren menjawab, wanita itu sudah pergi.
Disa berjalan di belakang Alina. Ingin beriringan, hanya saja keadaanya yang berbadan dua membuatnya sulit berjalan cepat.
"Alina!" panggil Disa.
Wanita itu, Alina, mama dari Moza, membalikkan badannya menatap Disa. Kaki jenjang wanita itu berjalan mendekati Disa dengan alis yang tertaut, wanita itu sedang mencoba mengenali siapa yang memanggil namanya.
Saat jarak hanya tersisa tiga langkah, Alina sudah mengenali Disa kemudia ia mengembalikan ekspresi wajahnya. Kepala wanita itu terangkat dan kedua tangannya menyilang di depan dada.
"Eh, Disa. Ada apa?" Alina kembali melangkah mendekati Disa. Dan saat sudah berhadapan dengan jarak yang sangat dekat, wanita itu kembali berbicara, "Sudah siap berpisah dengan Dalvin?"
Bersambung...
Bagaimana setelah membaca bagian ini? (Wajib jawab)
See u in next Saturday babe❤️❤️
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro