Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

48. Early

Kaga komen kita ribut ya slur.

Bagian Empat puluh delapan.

Everything is felt wrong.

-The Cold Princess-

Dalam keadaan basah karena terguyur hujan, Moza mulai memasuki rumahnya. Di luar masih hujan, gadis itu memberanikan diri untuk menerobosnya. Lelah juga jika harus mengingat semua kenangan di kala hujan seperti ini.

Rasanya, untuk kali ini hujan datang di saat yang tidak tepat.

"Kamu gak suka kalo Papa nikah lagi?"

Moza mengernyitkan dahinya. Baru saja selangkah memasuki rumahnya, kalimat itu langsung menjadi penyambut. Ia menatap papanya yang berjalan mendekatinya.

"Papa gak pernah ajarin kamu buat main kotor, Moza."

Moza semakin bingung. Apa yang dibicarakan papanya ini?

"Kenapa, Pa?" Moza mulai bertanya ketidakjelasan papanya.

Jordi menghela napasnya. "Kamu pacaran kan sama Reza pacarnya Sheila?"

Hah?

"Papa gak pernah ajarin kamu buat berbuat kotor seperti itu, kenapa kamu lakuin itu?" Nada bicara Jordi mulai meninggi.

Moza menggeleng. "Nggak, Pa. Moza gak pa–"

Jordi memotong kalimat Moza, "Sheila kurang baik sama kamu? Marina buat salah sama kamu? Atau apa?"

Moza menggelengkan kepalanya, dia mencoba berbicara dengan papanya. "Pa, aku gak ada hubungan apa-apa sama Reza!"

"Kamu gak ada hubungan apa-apa tapi pelukan. Terus apa? Kamu bukan pacarnya Reza tapi sering berduaan sama dia. Sheila kurang apa!" seru Jordi.

Moza menutup matanya, baru kali ini papanya berteriak padanya. Moza jadi teringat papanya yang akan marah seperti ini ketika mamanya pulang ke rumah. Moza merasa diperlakukan hal yang sama dengan mamanya.

"Papa gak mau kelakuan Mama kamu menurun sama kamu," kata Jordi.

Moza membuka matanya menatap mata papanya. "Siapa yang mau, Pa? Papa samain aku sama orang itu? Papa anggep aku sama kayak Mama? Papa kok gini?"

Jordi menatap putri sulungnya. Tatapan mata pria itu penuh amarah, hingga Moza dapat merasakannya. Gadis itu berusaha menahan emosinya. Sakit sekali mendengar nada tinggi papanya menusuk telinganya. Ia pikir, hanya papanya yang akan terus bersamanya dan berbaik hati padanya.

Tapi sepertinya, sekarang tidak.

"Kamu itu kurang ajar, Sheila udah baik sama kamu kenapa kamu lakuin itu sama dia?"

"Pa, aku gak lakuin apapun. Aku gak ada hubungan apa-apa sama Reza, Pa. Gak ada!" seru Moza dengan nada suaranya yang hampir berteriak.

Moza ingin menangis mendengar kalimat menohok papanya.

Jordi memasuki rumahnya, pria itu menyeret koper.

"Pa, Papa mau ke mana?" Moza mencegah pergerakan papanya.

"Kamu harus minta maaf sama Sheila, Papa gak akan kembali sebelum kamu lakuin itu ke Sheila."

"Pa, jangan pergi Pa!" Moza mencekal lengan papanya yang hendak menarik koper. "Moza sama siapa di sini?"

"Papa pergi, supaya kamu sadar apa yang kamu perbuat di belakang Sheila. Papa gak habis pikir sama kamu."

Pertahanan Moza luruh, detik berikutnya air mata gadis itu mulai terjatuh. Bingung dengan perilaku papanya saat ini.

"KESALAHAN BESAR APA PA YANG AKU LAKUIN KE KAK SHEILA PA, APA?"

Jordi menutup matanya kemudian menatap putrinya tajam. "KAMU PACARAN SAMA REZA DAN TIDUR SAMA DIA, KAMU KURANG AJAR!"

Moza terdiam, gadis itu perlahan melepas cekalan tangan di lengan papanya. Sejak kapan ia berpacaran dengan Reza? Sejak kapan ia tidur dengan Reza? Kapan?!

Jordi berjalan menuju pintu utama sambil menyeret kopernya dan juga...

Tunggu, Moza merasa papanya membawa sesuatu.

"Mbaa..."

Ya Tuhan, papanya juga membawa Nayla.

Moza mengejar papanya yang sudah memasuki garasi mobil dan mulai mengeluarkan mobil. Gadis itu menggedor kaca mobil papanya.

Gadis itu sambil menggedor kaca pintu mobil papanya, ia berteriak. "PA, JANGAN BAWA NAYLA PA!"

Dug..dug..dug!

"PAPA!"

DUG!

Moza menggedornya lebih keras.

"PAPA JANGAN BAWA NAYLA, PA. MOZA MOHON!"

Sayangnya, Jordi mengabaikan Moza. Gadis itu masih mencoba untuk menahan papanya agar tidak pergi. Tapi kemudian, Jordi berhasil memarkirkan mobilnya dan pergi dari rumahnya.

Moza berusaha mengejar hingga kakinya lemas kemudian terduduk di jalanan. Derasnya air hujan sudah membasahi semua tubuh Moza. Gadis itu menatap mobil papanya yang sudah menjauh.

"Papa jangan bawa Nayla..."

👑👑👑

Darren mengejar langkah Alia. "Bentar napa ih, buru-buru amat!"

Alia menatap Darren di sebelahnya. "Kalo gak buru-buru nanti Moza keburu keluar kelas terus gak tau ke mana. Nyarinya bakal lebih susah."

"Itu Patrecia," kata Alia. "PAT!" panggil gadis itu.

Patrecia yang baru saja keluar dari kelasnya menoleh. "Oh, Alia. Ada apa?"

"Moza ada?" tanya Alia.

Darren menatap jendela kelas IPA 2, mencari sosok Moza di sana.

"Moza gak hadir hari ini, tanpa keterangan," jawab Patrecia.

Darren langsung menatap gadis di hadapannya. Sedangkan Alia mengernyitkan dahinya. "Serius? Orang tuanya gak kasih kabar?"

Patrecia mengangguk. "Tadi kita tanya ke wali kelas, katanya gak ada kabar dari Moza. Terus juga kita coba telpon Moza nya, tapi gak aktif."

"Wah, kalo gitu makasih ya, Pat."

Patrecia mengangguk kemudian memasuki kelasnya lagi.

Alia berbalik menatap Darren di belakangnya. "Gimana ini?"

Darren menghela napasnya. "Balik ke kelas aja dulu, nanti kita coba hubungin dia lagi."

Alia mengangguk kemudian berjalan menuju kelasnya kembali. Saat memasuki kelas, teman-temannya sedang asyik ghibah. Alia mendekati segerumpul temannya.

"Ngomongin siapa?" tanya Alia.

"Kak Sheila, Al."

"Kenapa sama Kak Shei?"

"Ya kan besok nanti dia ultah, kita mau rencanain pake baju apa nanti."

"Ya elah, gue kira apaan!" seru Alia. "Emang kalian mau pada dateng?"

Mereka semua–teman-teman Alia– terdiam. "Iya juga ya, males sih sebenernya."

Nah kan, benar juga apa yang dikatakan teman-temannya. Siswa kelasnya tidak pernah menyukai senior angkatan sekarang, karena asal kalian tahu, mereka semua gila hormat.

Bahkan mungkin satu angkatan kelas sebelas pun tidak banyak yang menyukai senior angkatan sekarang. Senior angkatan sekarang sudah tercap jelek karena kelakuan mereka.

"Udah lah gausah dateng aja! Paling isinya cuma joget dugem doang, kelas kita juga bisa kalo begitu mah," ucap Alia.

"Nah, iya ah! Males gue juga, udah-udah gak usah ada yang dateng."

Bersambung...
Yang minta happy- happy, sorry bro hehe😂

Next?
Yay or Nay?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro