Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

36. Maaf

Bagian Tiga puluh enam.

I am trying to not disappointed with u, but i always failed to do it.

-The Cold Princess-

"Balik, jangan? Balik, jangan? Balik, jangan?" Darren mengulang kata itu sambil menghitung dengan jarinya.

"Ya kali gue balik, kata mau percaya sama Moza." Cowok itu menghela napas kemudian berbalik dan berjalan menuju lorong perbatasan jurusan antara IPA dan IPS.

"Iya, gue ke sana."

Langkah Darren terhenti melihat Moza yang berdiri memunggunginya. Punggung yang beberapa hari ini terasa sangat lesu dilihatnya. Saat pemilik punggung itu berbalik, dan tak sengaja matanya menatap manik hitam pekat milik Darren. Sebuah senyum dari gadis itu mengembang lebar.

"Darren?" Sambil berlari, gadis itu mendekat ke lorong perbatasan jurusan.

Sedangkan Darren, entah kenapa saat dirinya melihat wajah cantik gadisnya, sekelebat adegan yang ia benci terlintas di benaknya. Hatinya berteriak diam dan rengkuh tubuh gadisnya. Sedangkan kakinya berbalik, berlari meninggalkan gadisnya, dan mengatakan bahwa dirinya tidak bisa dekat kembali dengan gadisnya.

Pikiran Darren kacau. Ia ingin mendengar penjelasan dari Moza, namun kakinya mengatakan, bahwa apa yang ia lihat memang terjadi, dan dilakukan oleh gadisnya.

"Ren, tunggu!" teriak Moza sambil mengejar Darren di depannya.

Darren berusaha untuk menulikan telinganya. Walaupun hatinya menjerit, rasa kecewanya lebih mendominasi pikirannya.

👑👑👑

Moza menatap ponselnya yang berada di roomchat Darren, menunggu tanda centang satu abu-abu itu berganti centang dua biru.

Senin, 21 Oktober
Moza: Ren, hr ini bmbl. (03.45pm)
Moza: W tggu d wrng dpn sklh. (03.45pm)
Moza: Ren, udh sre. (04.50)
Moza: Lg mls bljr? Ywdh w plg y. (05.28)

Selasa, 22 Oktober

Moza : Ren, jdwl hr ini.

Moza : Cafe bsa.

Moza : Jgn lp dtg ya...

Rasanya aneh ketika melihat chat yang ia kirimkan kepada Darren. Moza mencoba mengingat kesalahan yang ia perbuat dua minggu terakhir. Apakah ia menyakiti perasaan Darren sebelumnya? Atau, kesalahan yang lain?

Bahkan di dua minggu yang lalu, ia masih sarapan bersama di kantin. Apa mungkin kesalahan yang lama? Tidak mungkin, Darren adalah seorang yang pelupa.  Mana mungkin memikirkan kesalahan orang sampai selama itu. Tapi bisa jadi, kan? Tapi juga, kesalahan yang mana?

Ah, rasanya Moza ingin lari saja dalam hidupnya. Kenapa masalah selalu berturut-turut datang kepadanya? Ketika dirinya sudah percaya kepada orang lain, malah menjadi seperti ini. Darren menjauhinya tanpa alasan yang jelas.

Moza menelungkupkan kepalanya ke dalam lipatan tangannya, perlahan matanya terpejam. Lelah ia menunggu kedatangan Darren yang sudah ia perkirakan hampir tiga jam. Pasti seperti hari sebelumnya, Darren tidak akan datang.

"Moza?" Sebuah tepukan di bahu Moza membuat gadis itu terlonjak.

Moza melihat Rona, siswi jurnalis di sekolahnya yang terkenal karena keluguannya.

"Ngapain kamu tidur di sini? Perlu makan?" tanya Rona.

Moza menggeleng. "Ngapain lo di sini?"

"Aku kerja, Za, di sini."

Moza mengernyitkan dahinya. Selama lebih dari tiga bulan bimbel bersama Darren, dan kafe yang ia tempati saat belajar, sepertinya ia tidak pernah melihat Rona sebelumnya.

"Aku pekerja baru. Kamu suka nongkrong di kafe ini, ya?" tanya Rona lagi.

Moza hanya mengangguk saja, gadis itu kembali merebahkan kepalanya di atas meja. Menatap kaca jendela yang mengarahkan pada jalanan yang ramai. Walaupun di sana ramai, Moza tidak melihat satu tanda pun keberadaan seorang Darren.

"Loh, Rona kerja di sini?"

Sebuah suara yang menurut Moza sangat tidak asing di telinganya. Gadis itu kembali menoleh, menatap ke arah belakang. Melihat punggung tegap yang berada tak jauh di hadapannya.

Moza bisa melihat sebuah gagang kacamata yang berada di telinganya, juga kulit putih yang sangat cerah. Ya, siapa lagi jika bukan Adnan. Moza langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri cowok itu, menepuk bahunya perlahan yang membuat Adnan berbalik.

"Eh, ada Moza juga?" tanya Adnan.

"Gue mau tanya."

Rona melihat kedua orang tersebut, sepertinya ada hal yang harus mereka bicarakan secara privasi. "Ya udah, aku ke belakang lagi ya, kalian sambil duduk aja ngobrolnya."

Adnan tersenyum menanggapi ucapan Rona. Sekarang cowok itu menatap Moza kembali. "Duduk dulu."

Moza mengangguk kemudian duduk kembali di tempat sebelumnya. Mereka duduk berhadapan dan saling menatap. Adnan terkejut ketika melihat pikiran Moza, mendengar suara hatinya, dan membaca segala isi otaknya. Telinganya langsung terngiang ketika duduk berhadapan dengan Moza, banyak sekali pertanyaan di benak Moza ketika melihat dirinya.

Darren kenapa? Darren di mana? Dia punya masalah? Gue ada salah sama dia? Kenapa ponselnya gak aktif? Kenapa tiba-tiba dia selalu menghindar pas ketemu gue? Dia lihat apa di diri gue?

"Mau tanya apa?" tanya Adnan melihat semua pertanyaan di benak Moza yang begitu banyak.

Moza menggenggam kedua tangannya, dia harus bertanya kepada Adnan untuk mengetahui keberadaan Darren sekarang.

"Darren di mana?"

Adnan mengernyitkan dahinya, hanya pertanyaan itu? Gak nanya yang lain? Kenapa gadis itu hanya bertanya satu? Sedangkan dalam pikirannya, pertanyaan sangatlah banyak.

"Kenapa gak coba tanya Alia aja, Za?"

Moza menggeleng. "Alia gak tau."

"Lo kan pacarnya, masa sih gak tau Darren di mana? Apa kalian lagi berantem, ya?" tanya Adnan yang sedang berusaha kembali membaca pikiran Moza. Namun nihil, susah untuk ia dengarkan perkataan Moza di dalam hatinya.

👑👑👑

"Nih, hp kamu udah dibenerin. Lain kali kalo emosi gak usah pake banting hp segala, banting aja kemalesan kamu itu. Jangan banting hp, mahal." Disa menyerahkan ponsel milik putranya.

"Darren kira Bunda bakal beliin hp baru," ucap Darren sambil menatap ponsel miliknya yang sudah kembali seperti semula.

"Enak aja, hp barunya nanti, kalo adik kamu udah lahir!" seru Disa. "Ini hp Bunda, Bunda ambil lagi ya!" Disa mengambil ponsel miliknya di atas nakas kamar putranya, kemudian wanita itu keluar dari kamar Darren.

Darren menatap ponsel lamanya. Sudah hampir dua minggu ia tidak bermain dengan ponsel miliknya. Darren mencoba menekan tombol ponselnya kembali. Masih wallpaper yang sama, berwarna kuning cerah dengan tokoh Spongebob. Cowok itu mulai masuk ke aplikasi WhatsApp.

Deg!

Moza : jgn lp dtg ya...     (527)

Pesan Moza berada paling atas dengan spam chat yang mencapai 500. Jarinya mengetuk pelan, membuka roomchat nya dengan Moza. Darren membaca semua pesan gadisnya. Moza setiap hari menunggunya di kafe biasa?

Ting!

Adnan : Barusan gue ketemu Moza di Kafe Politera, dia nungguin lo, dan baru aja tadi dia pulang karena udah hampir maghrib. Gue tanya sama mbak-mbak yang kerja di sini, katanya Moza tiap hari selalu ke kafe dan selalu pulang di jam segini.
Adnan : Lo ada masalah sama Moza? Selesaikan, raut wajah dia keliatan banget kalo dia kecapean.

Darren membaca pesan dari sahabatnya. Hatinya mencelos sakit ketika mengetahui jika gadisnya setiap hari menunggunya di kafe hingga petang.

"Maaf, Za..."

Bersambung...
Selesai bagian 36, besok aku PAS, doain ya moga berjalan lancar☺️ kalian yang mau ulangan belajar yang rajin, jangan baca wetpet aja, nanti pas ngisi jawaban isinya bad boy² kan bahaya.

Oke lah, love u all 🥰❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro