31. Like a Parents
Bagian Tiga puluh satu.
Teruntukmu, aku tidak membencimu, aku tidak marah kepada mu, aku hanya sedang kecewa saja.
-The Cold Princess-
"Ma, bantuin tugas aku yuk!"
Marina mendengus lalu menatap putrinya. "Nanti ya, Shei, Mama lagi sibuk, kamu bisa lakuin sendiri. Kalo butuh bantuan, Bik Ice kan ada, minta tolong sama Ice aja."
Sheila menghela napasnya, akhir-akhir ini perubahan dari mamanya terlihat semakin jelas. Seperti mulai membentaknya, atau memarahinya dengan hal yang sangat sepele. Dan asal kalian tahu, perubahan sifat mamanya itu terjadi ketika
Drtt...
Sheila menoleh menatap mamanya.
"Halo Jordi, ada apa?"
Ya, ketika mamanya menemukan kembali sosok pria yang akan menggantikan posisi sebagai papanya yang baru.
"Apa? Kenapa bisa Moza lakuin itu? Aku bakal ke rumah kamu sekarang." Sambungan telpon tertutup.
Sheila melihat jelas mamanya yang mulai sibuk membereskan tasnya dan melangkah keluar pintu utama. Sejak awal, Sheila memang tidak menyukai Jordi ataupun Moza anaknya. Tapi ketika melihat senyum indah di bibir Marina, Sheila mencoba untuk menerima semuanya.
Tapi yang ia dapatkan malah seperti ini, ia diperlakukan seperti anak tiri oleh mamanya sendiri.
👑👑👑
Darren sedang bertelungkup di karpet tebal di bawah kasur Moza bersama Nayla yang sedang asik bermain dengan mainannya.
"Ni at mas Alen (ini buat mas Darren)," kata Nayla sambil menyugukan gelas mainan yang kosong itu ke arah Darren.
"Makasih Mbak Nayla," jawab Darren. Cowok itu mengelus kepala Nayla yang masih asik dengan mainannya.
"As au mamam pa? (Mas mau makan apa?)"
"Gak usah, Mas udah kenyang."
Nayla menganggukkan kepalanya lalu kembali bermain dengan alat masak mainannya. Sambil memperhatikan Nayla bermain, mata Darren menyapu kamar Moza. Satu keanehan dari kamar itu.
Tidak terdapat foto keluarga yang lengkap.
Banyak foto berjejeran di meja ataupun nakas, apalagi yang tertempel di dinding, cukup banyak. Dan dari sekian banyak foto itu, hanya terisi foto Moza, Nayla, dan papanya. Tidak ada sosok mamanya.
Ini yang mengapa Darren selalu penasaran bagaimana sosok wajah mama dari gadisnya.
"Mba..." Nayla bersuara membuat Darren mengalihkan pandangannya.
Rupanya, Moza sudah keluar dari kamar mandi. Gadis itu mengulurkan tangannya kepada Nayla hingga bocah lucu itu sekarang berada di gendongan Moza.
"Nayla, mam?" tanya Moza kepada bocah itu.
Nayla mengangguk, Moza menoleh kepada Darren yang kini sudah duduk di karpet.
"Di sini apa di luar?"
Darren berdiri di hadapan Moza. "Di luar aja."
Moza mengangguk lalu berjalan keluar kamar diikuti Darren, keduanya berjalan menuju dapur. Gadisnya mebalikkan tubuhnya.
"Titip Nayla, mau buat makanan," kata Moza sambil menyerahkan bocah itu ke gendongan Darren.
Darren membawa Nayla ke luar halaman rumah Moza, mengajak bocah kecil itu berjalan di sekitar halaman. Nayla berlari-lari di halaman rumahnya sambil terus diawasi oleh Darren.
Saat Nayla sedang duduk di rerumputan, seorang bocah tiba-tiba datang menghampiri dan duduk di hadapan Nayla. Seperti sedang membicarakan sesuatu, tak lama Nayla berteriak.
"Mas!!"
Darren mendekati Nayla kemudian berjongkok di sebelahnya. "Ai mo kut yeon (Nay mau ikut Leon)."
"Ke mana?" tanya Darren sambil mengangkat bocah itu hingga berdiri.
"Tu..." Nayla menunjuk jalan dengan telunjuk kecilnya.
"Nay, mamam!" panggil seseorang yang membuat semuanya menoleh.
Moza mengernyit kala melihat Leon, anak dari Tante Ara yang berada di halaman rumahnya. "Ada Leon?"
Nayla mengangguk lalu berlari menghampiri Moza dan memeluk kaki gadis itu. "Mba... kut ain ma yeon (Mba.. ikut main sama Leon)," kata bocah itu sambil memohon.
Moza menatap adiknya iba, gadis itu kemudian menatap bocah laki-laki di hadapan Darren. "Leon sama siapa?"
"Ma Mami (sama Mami)."
Saat hendak bertanya kembali, seorang wanita datang sambil membawa semangkuk bubur. "Ya ampun Leon, Mami cariin rupanya di sini."
Ya, itu Tante Ara.
Moza menunduk menatap adiknya yang masih memeluk kakinya. "Nay, mamam ya!"
Nayla menggeleng. "Mamam ma yeon di tu (makan sama Leon di situ)," kata bocah itu sambil menunjuk arah taman komplek.
Moza menghela napasnya. "Tante mau ke taman?"
Tante Ara menganggukkan kepalanya. "Iya Za, Nayla mau ikut juga?" Moza mengangguk.
Kemudian Nayla berteriak dan berlari ke arah Darren yang masih berjongkok. Bocah itu memeluk leher Darren kuat. "Mas Alen ndong Nai (Mas Darren gendong Nayla)."
Darren terkrkeh lalu berdiri sambil menggendong bocah itu. Diikuti Moza yang berjalan di belakangnya bersama Tante Ara. Dan Leon yang berjalan di samping Darren.
"Udah lama pacaran?" tanya Tante Ara tiba-tiba.
Moza menoleh, kemudian mengangguk. "Lumayan."
Tante Ara terkekeh. "Kalian cocok."
Aneh memang, dua kata yang diucapkan oleh Tante Ara sukses membuat Moza menaikkan kedua sudut bibirnya.
Rupanya, saat berada di taman komplek, Leon malah meminta pulang kepada Tante Ara. Alhasil Nayla bermain di taman sendirian.
"Ai au ain ndiri (Nay mau main sendiri)," kata Nayla.
Darren menatap Nayla yang masih di gendongannya. "Jangan main sendiri, mending main sama Mas aja ya!"
Nayla menganggukkan kepalanya, bocah itu merengek turun dari gendongan Darren dan berlari ke arah prosotan. Moza mengikuti kedua orang itu.
"Nay, aaa..." Moza menyodorkan sesuap makanan bayi untuk Nayla.
Bocah kecil itu membuka mulutnya kemudian berlari ke arah Darren yang sedang duduk di ayunan. "Nay ikut!"
Darren merentangkan tangannya kemudian menangkap bocah itu. "Sini main sama Mas aja ya, tapi makan yang banyak."
Nayla mengangguk, kemudian menatap Moza yang berjalan mendekat ke arah mereka berdua. Bocah kecil itu sudah membuka lebar mulutnya, yang dengan cepat Moza menyumpal mulut bocah itu dengan makanan bayinya.
Darren mengayunkan ayunannya dengan kakinya, sedangkan Nayla berada di pangkuannya. Nayla memeluk erat leher Darren sambil sesekali tertawa. Sedangkan Moza hanya berdiri sambil memegang mangkuk makanan bayi milik Nayla.
"Tututu.... berhenti, isi bensin dulu," kata Darren. Membuat Nayla membuka lebar mulutnya, dan Moza sudah siap menyuapkan makanan bayinya.
"Jadi pengen nikah muda kayak mereka."
Darren dan Moza sontak menoleh, menatap remaja SMP yang sedang memakan bakso cuanki di salah satu bangku taman yang jaraknya tidak jauh dari tempatnya.
Keduanya kembali saling tatap kemudian terkekeh bersama.
👑👑👑
"Besok belajar matematika lagi ya," kata Darren.
Moza mengangguk, kemudian menatap Nayla yang sudah tertidur di baby box-nya.
Darren menatap Moza yang masih menunduk menatap Nayla. "Besok weekend." Moza mendongak menatap Darren. "Belajar di tempat lain ya, jangan di kafe sama rumah terus."
Moza menaikkan sebelah alisnya. "Di mana?"
Darren menarik kedua sudut bibirnya, menciptakan senyum yang indah. "Rahasia."
Moza terdiam.
"Besok gue jemput jam delapan."
Bersambung...
Intinya akan lanjut setelah aku selesai UTS ya😉
Oke see you my readers, love u❤️
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro