Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

22. Sick

Bagian dua puluh dua.

Hanya untuk hari ini, esok dan hari berikutnya tidak akan lagi.

-The Cold Princess-

Pandangan Darren tidak teralihkan sedikitpun dari panggung aula sekolahnya saat menampilkan dance dari salah satu teman sekelasnya. Tubuh gadis yang lincah itu tengah menjadi teriakan para siswa karena kehebatannya dalam menari.

Di sebelah kanannya terdapat gadis cantik yang hanya diam menatap panggung, sedikit kagum banyak membosankannya.

"Parah, badannya Meynan lentur banget udah kek karet ban ya," kata Darren yang membuat gadis di sebelahnya menoleh ke arah cowok itu.

"Lo nyoba dong sesekali belajar dance gitu kek Meynan, keren tau!" seru cowok itu lagi.

"Ga minat."

Darren menghela napasnya lalu menoleh ke arah Moza yang sedang menatapnya, namun tatapan itu tidak memusat pada manik mata cokelat milik Moza melainkan seseorang di belakang gadis itu.

"Ngapain lo?" tanya Darren menatap sinis cowok di belakang Moza.

Gadis itu langsung menoleh ke belakang tubuhnya, matanya langsung terbelalak seketika, tubuhnya tiba-tiba saja bergetar lalu bergerak untuk lebih dekat dengan Darren.

Adnan yang kebetulan duduk di sebelah kiri Darren ikut menoleh, ia melihat cowok yang berdiri di belakang Moza lalu pandangannya turun ke arah gadis itu. Adnan terdiam, meneguk ludahnya lalu menepuk bahu Darren.

Ketika sang pemilik bahu menoleh ke arah sahabatnya, Adnan berbisik tepat di telinga Darren.

"Moza ketakutan."

Dua kata itu sukses membuat Darren langsung memusatkan pandangannya pada Moza, gadis itu sedari tadi diam dengan mata yang menatap sektitar cemas. Ia menyentuh bahu Moza pelan yang membuat gadis itu terlonjak kaget.

"Tukeran duduknya," kata Darren.

Lalu Moza langsung bangkit dan bertukar tempat duduk. Dan yang Darren ladeni sekarang adalah cowok yang berdiri tepat di sebelahnya.

"Ngapain ke sini?"

Cowok itu tersenyum lalu memandang Darren remeh. "Mau deket sama Moza."

Moza yang mendengar perkataan cowok itu terdiam, bulu kuduknya merinding secara tiba-tiba, matanya menatap tajam ke sekitar namun tidak bisa menutupi ketakutannya. Hingga sebuah tepukan di bahu sebelah kirinya membuatnya menoleh.

Adnan tersenyum lalu berbisik di telinga Moza, "Jangan takut, lo sama kita."

Setelah mengatakan kalimat itu, tepat di belakang tubuhnya, rupanya terdapat Luis dan juga Dito yang sedang menatapnya sembari tersenyum. Moza bahkan bisa merasakan bahwa sekarang ada yang melindunginnya, gadis itu kembali menoleh ke arah Darren yang masih saja menatap cowok di sebelahnya garang.

"Anak baru aja lo banyak gaya, bangsat!"

Reza terkekeh, "Emangnya kenapa sih? Kok kayaknya gue gak boleh deket Moza gitu."

"Ya jelas gak boleh karena Moza pacar gue!" sentak Darren dengan suara yang tinggi, bahkan penonton lain sempat menoleh ke tempatnya.

Yang Moza dapatkan sekarang adalah hawa yang terus mencekam, ia tidak mau jika terdapat baku hantam di tempat itu, apalagi melibatkan dirinya yang menjadi permasalahan. Moza menepuk bahu Darren lalu si empu itu menoleh, gadis cantik itu hanya menggeleng, menyuruh Darren untuk berhenti berdebat dengan cowok tidak jelas.

"Gue laper," ucap Moza yang membuat Darren menghela napasnya.

"Ya udah, ayo makan!" Darren langsung berdiri hendak pergi, namun Moza menahannya yang membuat Darren berbalik menatap gadis itu lagi. Tatapan Darren masih kesal.

"Apa lagi?" kata Darren meredam kesalnya.

Moza sudah meyakinkan dirinya untuk melakukan hal yang harus membuat Reza pergi dari hidupnya, termasuk harus menunjukan kemesraan di depan cowok itu.

Gadis itu merentangkan tangannya sambil menatap Darren. Ketiga sahabat Darren cengo, menatap bingung dengan Moza yang tiba-tiba merentangkan kedua tangannya.

"Mau apa? Gendong?" tanya Darren yang dibalas anggukkan oleh Moza.

Walaupun tatapan Moza masih tetap tajam juga tak ada raut wajah manja, tetap saja membuat Darren tersenyum lebar seketika.

"Mau yang depan atau belakang?" tawar cowok itu yang kini sambil terkekeh.

"Belakang."

Darren tertawa, ia langsung berbalik lalu jongkok di hadapan Moza. "Ayo naik!"

Moza menatap punggung di hadapannya takut, semoga yang ia lakukan ini tidak memperkeruh masalahnya dengan Reza. Gadis itu langsung mengalungkan kedua tangannya di leher Darren, lalu cowok itu mengapit kedua lutut Moza dan mulai berdiri.

"Makan di kantin, ya," kata Moza yang diangguki Darren yang masih saja tersenyum merekah.

"Oke siap!"

Lalu keduanya berjalan meninggalkan bangku penonton. Untungnya saja mereka duduk di barisan bangku paling belakang, jadi tidak semua siswa tahu apa saja yang mereka lakukan.

👑👑👑

"Tadi takut banget kayaknya liat si anak baru itu, namanya siapa sih? Lupa gue." Darren berjalan menyusuri koridor sambil Moza yang masih dalam gendongannya.

Moza tidak membalas ucapan Darren, gadis itu malah menyandarkan kepalanya di bahu cowok itu. Ia merasa kepalanya berdentum begitu hebat, mungkin karena ia sedang banyak menghapal untuk hari jum'at nanti, atau mungkin sejak kemarin malam ia belum memakan apapun.

Darren menoleh saat kepala gadis itu berada di bahunya, Moza terlihat memejamkan matanya.

"Kenapa?" tanya Darren.

Moza menggelengkan kepalanya masih dengan kedua mata yang tertutup, gadis itu berbisik di depan telinga Darren. "Laper."

"Iya, sebentar lagi nyampe kantin kok," ucap Darren.

Saat beberapa langkah lagi ia akan sampai di kantin, sebelah lengan Moza tiba-tiba lepas dari kalungan lehernya. Cowok itu menatap wajah Moza yang berada di sisi wajahnya, ia dapat mendengar napas Moza yang teratur.

Tidur?

"Za, udah mau nyampe kantin nih, ayo bangun katanya laper."

Moza tidak menyahut sama sekali, Darren menghela napasnya lalu berjalan kembali menuju kantin. Tapi tiba-tiba saja langkahnya terhenti karena dirasakannya bahu yang basah, cowok itu langsung menatap Moza yang kini hidungnya sudah mengeluarkan darah.

Darren tersadar bahwa Moza tidak tidur. Melainkan pingsan.

Cowok itu panik, ia langsung berbalik menuju UKS. Saat sampai di depan UKS sudah terdapat dokter yang biasa menjaga di sana.

"Darren, kenapa?" tanya dokter itu.

"Moza mimisan, Dok!" seru Darren lalu berlari menuju brankar UKS dan membaringkan gadis itu di sana.

Dokter itu langsung memeriksa Moza sambil mengusap darah segar yang keluar dari hidung gadis itu.

"Penyebabnya apa ya, Dok?"

Saat dokter itu sudah memeriksa keadaan Moza, ia menatap Darren yang duduk di hadapannya.

"Moza terlalu banyak pikiran, mungkin karena dia terus berlatih untuk hari jum'at karena jadwalnya melawan SMA Jakarta, belum lagi Moza sepertinya belum memakan apapun sejak semalam. Wajahnya pucat, dia kurang asupan."

Darren menghela napasnya. "Tadi dia sempet bilang laper, terus minta gendong ke kantin. Eh bentar lagi nyampe kantin udah pingsan duluan."

Dokter itu terkekeh. "Kamu beli makanan sana, nanti kalo Moza udah sadar suruh makan biar dia cepat minum obat."

Darren bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju kantin kembali. Ia merasa kenapa begitu peduli pada Moza? Bukannya sejak dulu ia tidak peduli sedikitpun dengan gadis itu?

Ah, biarkan saja! Hanya hari ini, untuk hari berikutnya ia tidak akan sepeduli ini lagi pada Moza.

Sudah membeli makanan dan juga air minum, Darren setia duduk di sebelah barnkar Moza menunggu gadis itu tersadar. Sambil memainkan ponselnya, ia sengaja memfoto telapak tangan Moza yang ia genggam dan ia jadikan sebagai status whatsapp nya.

Kasian gan:'(

Baru saja 5 menit foto itu dijadikannya status, tak lama kemudian puluhan balasan foto itu menyerangnya. Darren membelakkan matanya saat men-scroll chatnya.

Luis : Tadi Moza bilang laper, bawa ke kantin bego bukan ke UKS.

Dito : Tangannya mulus bgt, tangan Moza nih pasti.

Guntur : Itu pacarku kau apakan, Mas?!

Alia : Astaghfirullah anak orang Ren lo apain?

Adnan : Kasian dia belum makan dari semalem, ditambah dia lagi banyak pikiran. Salam dari gue ya, cepet sembuh gitu:*

Susan : Ih ngapain di UKS lo? Balik sini ke aula, temen sekelas lo lagi lomba, bego.

Darren menggelengkan kepalanya membaca setiap balasan dari teman-temannya. Saat ia hendak membalas chat dari temannya, tangan yang masih ia genggam itu bergerak yang sontak saja membuatnya menatap Moza.

Gadis itu mengerjapkan matanya, kepalanya masih terasa berat.

"Alhamdulillah udah bangun," ucap Darren lalu mengambil botol minum yang sempat ia beli tadi. "Ini minum dulu, abis itu makan terus minum obat."

Moza masih menatap Darren, ia bingung mengapa ada di dalam ruangan serba putih itu. "Gue kenapa?"

Bukannya menjawab, Darren malah bertanya kembali pada Moza. "Semalem sibuk sampe lupa makan? Tadi pagi telat sampe gak sarapan?"

Moza diam menatap Darren yang sedang memegang roti dan juga botol minum itu. Ia semalam memang tidak makan karena papanya menyuruhnya makan di rumah Marina yang rupanya terdapat Reza di sana. Ia memilih pura-pura kenyang padahal napsu makannya hilang hanya karena melihat wajah menjijikan milik Reza.

Dan untuk tadi pagi, ia tidak sempat sarapan karena tiba-tiba saja Reza menjemputnya berangkat sekolah pagi buta. Ia pikir di dalam mobil itu ada Sheila, namun rupanya tidak ada. Ia diajak oleh cowok itu membeli nasi untuk sarapan di pinggir jalan, namun saat sampai sekolah nasi itu Moza buang. Ia tidak sudi menerima barang berupa apapun dari Reza.

"Heh! Malah bengong," ucap Darren yang membuat Moza langsung mengambil roti dari tangan cowok itu dan memakannya, jujur ia sangat lapar saat ini.

"Tadi lo mimisan," kata Darren. "Nih bekas darahnya," lanjut cowok itu sambil menunjukan bahunya yang terdapat noda warna merah.

Moza langsung memegang bawah hidungnya. Benarkah ia tadi mimisan hingga mengotori kemeja putih Darren?

"Jangan banyak pikiran, hapalin semampunya, guru juga gak akan nuntut lo untuk selalu menang, sekali-kali kek kalah, bosen gue liat tiap lomba lo bawa piala besar, medali emas, piagam yang angka satunya gede." Darren membuka tutup botol minum yang ia pegang.

"Makan juga yang teratur, gak usah segala diet kek Alia yang sampe masuk rumah sakit. Badan lo udah kurus, gak usah bergaya badan pengen kayak Lisa Blackpink!" omelnya.

Darren yang melihat Moza tak menggubris ucapannya pun menegur kembali.

"Denger gak?"

"Hmm."

"Awas aja mimisan lagi!"

Bersambung...
Minal aidzin ya gan, maafkan setiap kesalahan aku yang suka telat update ataupun kesalahan yang lain:')

Bagian berikutnya menyusul secepatnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro