21. The Day
Bagian dua puluh satu.
Melupakan memang hal yang sulit, oleh karena itu belajarlah mengikhlaskan.
-The Cold Princess-
"Semangat Al! Nanti anak IPS 3 yang paling keras suaranya buat dukung lo sama Indah," kata Susan sahabat dari gadis yang tengah mengikat ikat kepalanya yang bertuliskan SMA Merah Putih.
"Makasih loh..." Alia menegakkan tubuhnya, ia bersiap melawan tim SMA Garuda Jakarta pagi ini.
Siswa sudah digiring menuju lapangan voli untuk menjadi suporter. Saat itu juga, seluruh siswa XI IPS3 sudah duduk di tempat mereka. Untuk pertandingan kali ini, pemandu soraknya adalah Iffah.
Gadis bertubuh pendek itu memegang toa sambil sesekali mengintruksi teman-temannya untuk tidak boleh kehilangan semangat.
"Gak boleh ada yang ngeluh, kalo ngeluh mati aja sono!" teriak Iffah di toa yang sedang ia pegang.
"Sadis njir," gumam Adnan.
Tim voli putri dari sekolah SMA Garuda keluar satu persatu menuju lapangan. Sorakan keluar dari bibir para siswa laki-laki karena rupanya tim voli putri dari Jakarta itu sungguh tidak ada yang jelek, semuanya cantik.
"Walah! Bening sekali, mataku sehat!" teriak Dito yang membuat Luis ikut berteriak kegirangan.
"Aduh, Al! Jadi bingung mau dukung siapa ini," kata Luis.
Namun tak lama mengatakan kalimat itu, Dinda, Susan, Meynan, dan juga Iffah sudah menatapnya garang.
"Lo dukung sekolah lain, pulang sekolah gue mutilasi lo!" ancam keempatnya.
Nyali Luis mendadak menciut.
Berbeda dengan di dalam lapangan, Alia dijadikan kapten oleh pembinanya. Dengan beranggotakan enam putri pilihan, mereka semua yakin bahwa SMA Merah Putih tidak akan kalah begitu saja.
Alia menatap tajam lamawannya yang terhalang oleh net.
"Tingalinya, aing pasti menang! (Liatin ya, saya pasti menang)"
Siswa Jakarta itu terdiam, tidak paham dengan bahasa yang diucapkan Alia.
"Al, sini!" panggil Patrecia mengajak untuk berdoa terlebih dahulu sebelum memulai pertandingan.
"Apapun keputusan wasit nanti, kita gak boleh ngebantah. Kita main harus adil, sportif! Ini kandang kita, jangan mau kemenangan diambil oleh lawan," kata Alia.
Kelima temannya mengangguk tersenyum, Alia memang pantas dijadikan kapten.
"Semangat!" Kelimanya menyahut saat Alia berhenti berbicara.
Mereka menumpuk telapak tangan, berdoa bersama dalam hati lalu menyuarakan semangat mereka.
"SMA MERAH PUTIH, BISA!"
Akhirnya mereka mengambil posisi masing-masing, posisi Alia kini menjadi bagian smasher. Sedangkan yang memulai service adalah teman sekelasnya yaitu Indah.
"INDAH SEMANGAT! GAK BOLEH KALAH, NANTI TAEHYUNGNYA BUAT GUEE!" teriak Iffah dari arah tribun yang membuat Indah memukul bola itu dengan kuat.
Berharap mencetak poin, rupanya tim lawan sudah siap mem-passing.
Siswa XI IPS 3 tidak ada berhentinya berteriak untuk menyemangati tim sekolahnya.
"KALAHKAN LAWANMU DENGAN BAYANG MENJADI PELAKOR BIASMU!" Itu bukan teriakan, namun nanyian kecil Susan. Gadis itu ikut menjadi pemandu sorak.
"OH SE HUN KU, OH TAEHYUNGKU SEMUA SUAMIKU~"
Alia yang mendengar nama Sehun pun mendadak semangat.
"AYO, AL! KALO MENANG KITA BELI ALBUM EXO SIAPA TAU DAPET PHOTOCARD SEHUN!"
Semangat Alia kian membara, apalagi setelah mendengar suara Darren sahabatnya yang ikut berteriak di toa.
"NANTI GUE BELIIN LIGHSTICK KANG PARKIR YANG LOGO EXO!"
Darren memberi semangat juga, ia sudah menjadi sahabat Alia sejak SMP. Dan sekarang ia harus menyemangati gadis itu walaupun gadis itu sering berbicara tidak jelas di hadapannya.
Poin yang didapatkan sudah 12-10 yang dimenangkan tim SMA Merah Putih. Entah mengapa disemangati dengan bias-bias mereka membuat semangat mereka membara begitu hebat.
"ALIA!"
Itu bukan hanya teriakan dari siswa kelasnya melainkan seluruh suporter di tribun sana.
"INDAH, ALIA, SEMANGAT!"
"SMA MERAH PUTIH HARUS JUARA! PATRECIA CANTIK GAK BOLEH PUTUS ASA, INDAH JANGAN MARAH KALO TAEHYUNG GAK MAU AKU EMBAT, ALIA JANGAN NGOMEL KALO SEHUN AKU JADIIN SUAMI!" yel-yel macam apa itu? Teman satu geng Alia tak ada hentinya menyemangati dengan menyebut nama bias.
Saat poin sudah menunjukan 22-24, Alia gemetar hebat. Ia harus mencetak poin satu lagi lalu memenangkan pertandingan.
Kini Alia harus menyemangati anggota yang lain agar bisa mendapat poin yang ia inginkan. Gadis itu berbalik menatap kelima teman timnya.
"Satu poin lagi, kalo berhasil gue akan turutin keinginan lo semua, termasuk minta album fandom kalian." Sebenarnya ia tidak ingin mengatakan hal itu, namun bagaimana lagi? Itu untuk membangkitkan semangat teman satu timnya.
Saat itu juga, Indah memulai service nya. Passing diambil tepat oleh tim lawan, jantung Alia berdetak lebih cepat. Ia takut akan masuk ke tim lawan, namun sebuah teriakan seseorang membuatnya percaya diri kembali untuk memenangkan pertandingan.
"ALIA, BAYANGIN KALO BOLA VOLI ITU MUKA LUIS YANG SUKA NGOMONG MUKA SEHUN ITU PLASTIK!"
Tangan Alia terkepal kuat, saat itu juga matanya menatap sangar. Tiba-tiba saja bola voli itu hampir melewati kepalanya. Gadis itu meloncat, lalu memukul bola itu dengan keras ke arah area lawan.
"SEHUN KU GAK OPLAS!" Sambil berteriak, Alia memukul bola itu dengan seluruh tenaganya yang membuat tim lawan terkejut dan menghindari bola itu.
Dan benar saja, tim SMA Merah Putih mendapat poin. Alia terdiam beberapa saat sebelum sang wasit membunyikan peluitnya pertanda tim sekolahnya memenangkan pertandingan.
Seluruh siswa yang menonton berteriak senang. Merayakan kemenangan pertama sekolahnya.
Berbeda dengan siswa XI IPS3 yang sudah berlari memasuki lapangan voli. Mendekat ke arah Alia lalu memeluknya bersama.
"Aliaaa pulang sekolah kita beli album EXO! Harus!" tekan Susan.
Alia menarik Dewi lalu memeluk ketiganya bersamaan. Namun tak lama kemudian, Darren datang merentangkan tangannya.
"HUAAA MAMPUS LO HEBAT SEKALI!" teriak Darren yang membuat Alia meloncat kegirangan lalu memeluk cowok itu.
"MANTEP ASU, SEHUNKU PENYEMANGATKU!"
Banyak siswa kelas lain yang mendekati lapangan memberikan selamat pada anggota voli di sana.
👑👑👑
Moza menatap lapangan yang ramai akan siswa. Sebenarnya ia juga senang dengan kemenangan awal sekolahnya. Namun ia memilih diam duduk di tribun.
Ia dapat melihat reaksi kapten anggota voli itu, Alia. Meloncat kegirangan memeluk tubuh jangkung Darren. Moza hanya diam menatapnya, biasa saja, toh ia tahu bahwa Alia adalah teman semasa SMP nya, teman yang selalu berbuat kenakalan bersama Darren.
Moza menyimpulkan bahwa Alia memang sudah menjalin persahabatan dengan cowok itu sejak SMP. Kedekatan keduanya memang tidak pernah renggang, selalu damai dan sesekali mengolok untuk sebuah candaan.
Cekrek!
Moza menoleh, melihat gadis yang sedang memotretnya. Dasar tidak sopan!
"Kamu di sini aja sama aku, kita merayakan kemenangan dengan tenang," kata gadis itu lalu duduk di sebelah Moza.
"Itu Darren kan pacar kamu?"
Moza menatap gadis itu, wajah lucunya memang menjadi dambaan para siswa di sekolahnya setelah dirinya. Matanya melirik ke arah jas seragam jurnalis yang dikenakannya. Rona Andreshfa Figuella.
Nama yang cantik, sama seperti orangnya.
"Sendirian?" tanya Moza pada gadis itu.
Rona menoleh lalu mengangguk. "Aku bagian mereport tim voli, dua temen aku yang lain bagian badminton."
Moza diam kembali lalu menghadap ke arah lapangan lagi.
"Kamu gak cemburu liat pacar kamu pelukan sama perempuan lain?" tanya Rona.
Gadis itu menggeleng. "Alia sahabatnya, gue sama dia pernah satu sekolah."
Rona mengangkat kedua alisnya. "SMP?"
Moza mengangguk.
"Berarti kamu, Darren, Alia, sama Reza itu alumni SMP Gemilang, kan?"
Deg!
Kenapa nama Reza ikut disebutkan? Moza menjadi teringat cowok itu, sudah hampir setengah hari Reza tidak mencarinya, matanya langsung menyapu sekeliling kursi tribun yang sepi. Dan benar saja, kecemasannya terjadi.
Reza datang, berjalan mendekatinya, dengan senyuman piciknya.
Bersambung...
Niatnya sore mau update, eh terhalang nonton EXO dulu sampe kelupaan sama wattpadnya:'))
Maaf sekali telat:') jangan lupa tinggalkan jejak ya
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro