Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20. A Secret

Bagian dua puluh.

Perbedaan darah tidak berpengaruh apapun untuk ikatan tali persaudaraan.

-The Cold Princess-

Kelas XI IPS3 kembali riuh. Pasalnya para guru sedang mengadakan rapat untuk acara yang akan dilaksanakan tiga hari lagi, sehingga murid di kelas terabaikan. Salah satunya kelas yang dihuni oleh Darren dan teman-temannya, cowok-cowok di kelas itu tengah sibuk bermain game, ada juga yang bergosip, dan juga banyak yang memilih keluar kelas.

Keempat penghuni bangku belakang sedang asyik berbincang. Ditambah sosok Dito yang pintar dalam mencari topik pembicaraan membuat keempat cowok itu tidak banyak tingkah.

"Nanti kalo misalkan cewek Jakarta ke sini, yang cantik gue deketin, gue mintain kontaknya, siapa tau aja jadi pacar gue ntar," kata Dito membuat ketiga sahabatnya terbahak.

"Hahaha, ngaco aja lo!" Luis memukul lengan Adnan di sebelahnya.

"Luis kalo ketawa kek cewek, nabok orang di sebelahnya."

Luis menatap Adnan tidak terima, saat hendak membalas ucapan cowok itu sebuah teriakan membuat keempatnya menoleh bersamaan.

"Oalah JIN!"

Rupanya suara itu datang dari segerombol gadis di depan mereka yang sedang menonton music video dari boyband Korea Selatan yaitu BTS.

"Than a momen than a moment love
Love is nothing stronger."

Keempat cowok itu menatap tidak percaya segerombol gadis di hadapan mereka yang bernyanyi sembari berteriak.

"Taehyung, Taehyung, Taehyung."

Masih dengan mulut yang menganga, keempat cowok itu menggeleng tidak kuat.

"Cewek kelas kita udah pada sinting cuma gara-gara liat plastik joget doang," celetuk Luis yang membuat segerombol gadis di hadapan mereka menoleh bersamaan, menatap keempat cowok itu untuk mengajaknya perang.

"Siapa tadi yang bilang plastik?!" tanya Alia nyalang.

"Bukan gue," jawab Darren santai.

Alia langsung menatap Luis bengis. "Biasanya lo yang suka ngomong plastik kan? Sini lo! Ngajak war, hah?"

"Mampus lo, Wis," bisik Adnan.

"Aduh Alia, sini-sini gue gak mau war sama lo, gue maunya hidup bersama sama lo," ucap Luis yang membuat ketiga sahabatnya mendelik.

"Luis udah sinting, mending gue cabut." Darren bangkit dari duduknya lalu berjalan keluar kelas meninggalkan keributan antara Alia dan Luis yang sudah lumrah sekali sejak mereka kelas X.

Kaki cowok itu melangkah ke dalam perpustakaan. Aneh ya cowok macam Darren memasuki perpustakaan, namun bagaimana lagi? Kantuknya menyerang dan hanya perpustakaan yang memiliki suasana paling kondusif untuknya tidur.

Saat sudah mencapai perpustakaan, cowok itu mencari bangku pojok yang kosong. Di mana sudah menemukannya, cowok itu langsung duduk, melipat kedua tangannya di atas meja lalu menelusupkan wajahnya di sana.

Namun saat ia ingin beralih ke alam mimpinya, sebuah percakapan siswi di sebelahnya yang terhalang oleh salah satu rak buku membuat kantuknya menguap hilang entah ke mana.

"Gue denger sih, nyokap Kak Sheila bakal nikah sama bokapnya Moza anak IPA2 itu."

"Loh? Bokapnya Moza duda?"

"Iya, nyokap sama bokapnya Moza cerai belum lama katanya."

"Gue denger juga, pacarnya si Kak Sheila deketin Moza terus. Emang ya, cowok manapun gak akan ngelak sama kecantikan yang Moza punya."

"Tapi kan Moza udah pacaran sama Darren. Gue yakin sih, dia gak bakal deketin Reza. Secara kan, Reza pacar calon kakak tirinya, dan yang pasti Moza lebih cinta sama Darren karena Darren pacarnya."

"Bisa juga sih."

Nyokap bokap Moza cerai belum lama? Terus, selama ini nyokapnya Moza ke mana?

👑👑👑

Saat Darren sudah memasuki rumahnya, ia bisa melihat bundanya sedang duduk di depan televisi sembari memakan camilan.

"Assalamualaikum, Bunda."

Disa menoleh menatap ambang pintu yang ternyata putra tunggalnya baru saja pulang sekolah. "Waalaikumsalam."

Darren berjalan mendekati Disa lalu duduk di sebelahnya, sesekali cowok itu melirik bundanya yang serius sekali menonton sebuah drama di layar televisi.

"Filmnya gimana, Bun?" tanya cowok itu lalu bersender di sofa mengikuti bundanya.

"Greget Bunda, Ren! Padahal udah punya suami, tapi kerjaan kek lacur."

Darren langsung menegakkan duduknya. "Astagfirullah, Bunda! Lagi hamil gak boleh ngomong sembarangan," peringat Darren lalu mengelus perut bundanya.

"Lagian Bunda kesel, Ren. Si suaminya sabar aja gitu dapet istri yang kelakuannya naudzubillah!"

Darren menggelengkan kepalanya, saat itu juga telinganya terasa mendengar ucapan teman-temannya di perpustakaan tadi. Jujur, semenjak mendengar bahwa papa dari Moza akan menikah kembali membuatnya bingung.

"Bunda, Darren mau tanya soal Moza."

Disa menoleh menatap putranya. "Mau tanya apa?"

Darren menatap bundanya serius, berharap bundanya tidak akan menjawabnya dengan candaan. "Dari kecil kok aku belum pernah liat muka Mamahnya Moza ya, Bun? Pas kita main ke sana pasti keadaan rumahnya sepi, cuma ada Moza sama Om Jordi."

"Mamahnya Moza kerja," ucap Disa meyakinkan putranya.

"Setiap hari? Bahkan weekend sekalipun? Kerja apa emang si Mamahnya Moza ini?"

Pertanyaan dari putranya itu membuat Disa terdiam sejenak. Sepertinya Darren sudah sadar dengan lingkungannya, ia tidak akan memberikan penjelasan lebih kepada putra tunggalnya itu. Ia belum siap mengucapkan hal yang sudah ia janjikan dengan Jordi sejak dulu.

"Kamu nanya kek gini buat apasih?"

Darren berdecak, "Ck! Tadi Darren sempet denger gitu ada siswa yang bilang kalo Om Jordi bakal nikah lagi, tapi Om Jordi katanya cerai belum lama. Lah aku kira Om Jordi duda sejak Moza masih kecil, ternyata baru sekarang-sekarang."

"Dasar tukang gosip! Bilangin ke temen-temen kamu, gak usah ikut campur urusan keluarga orang." Disa bangkit dari duduknya hendak menuju dapur. Mendadak saja mood menonton televisinya hilang mendengar perkataan putranya.

Sedangkan Darren terdiam, entah mengapa cowok itu tiba-tiba merasa ingin bertemu dengan adik kecil Moza, yaitu Nayla.

"Kok gue kangen sama Nayla ya? Kenapa gak kangen kakaknya aja gitu," gumamnya lalu bangkit dari duduknya menaiki tangga menuju kamarnya.

Ia langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah memakan waktu lima belas menit, cowok itu keluar dengan menggunakan boxer berwarna kuning dengan gambar kartun kesukaannya yaitu spongebob.

Asal kalian tahu, Darren adalah peminat akut kartun spongebob. Bahkan dinding kamar cowok itu berwarna kuning cerah, dengan beberapa poster bergambar spongebob yang menempel di sana. Belum lagi segala peralatannya yang lain, seperti tas, softcash, sepatu, hoodie, atau bahkan lampu di atas nakas, itu semua berwarna kuning.

Banyak sekali boneka atau patung mini berbentuk tokoh spongbob, belum lagi setiap sticker yang menempel pada pintu, pintu kamar mandi, atau bahkan pintu lemari.

Darren sudah menggunakan celana jeansnya juga hoodie berwana kuning yang terdapat tokoh spongebob di sana. Cowok itu sudah rapi untuk pergi ke rumah sang pacar.

Saat menuruni tangga, ia tidak melihat keberadaan bundanya. Cowok itu keluar rumah dan melihat sekeliling teras, tidak ada, ke mana bundanya pergi?

Akhirnya Darren memilih membuka gerbang untuk motornya keluar nanti. Namun saat menggesernya, ia dapat melihat bundanya sedang bergosip ria dengan tetangga di sebrang rumahnya.

Astagfirullah, Emak gue.-batinnya.

Ia segera mengeluarkan motornya, namun sebelum pergi ia mengetikkan sebuah pesan terlebih dahulu untuk bundanya.

Darren Adinata : Bun, Darren mau ke rumah pacar dulu, ngapel biasa.

***
Tok tok tok...

Ceklek

Darren tersenyum lebar saat pintu utama rumah Moza sudah terbuka. Biasanya yang membukakan pintu itu adalah Moza, namun kali ini berbeda. Bukan Moza dan juga bukan Jordi yang mendadak senyumannya luntur secara perlahan.

"Eh?" Wanita itu terkejut saat melihat Darren lalu membuka pintu lebih lebar lagi. "Mau cari Moza, ya? Sini masuk dulu!"

"Moza nya ada?" tanya Darren memastikan.

Wanita itu mengangguk. "Ada kok, cuma lagi tidur. Mau Tante bangunkan?"

Darren menggeleng. "Jangan, Tan! Saya aja yang bangunin, boleh nggak?"

"Boleh kok! Kamar Moza kalo abis naik tangga yang pintunya warna putih ada papan namanya, ya."

Darren mengangguk lalu berjalan menaiki tangga. Apa itu mama dari Moza? Atau calon mama tirinya? Sudahlah, nanti akan Darren tanyakan saat sudah bertemu sang pemilik rumah.

Cowok itu langsung menemukan pintu kamar berwarna putih dengan papan nama  bertuliskan Moza AC.

Tok tok tok...

Ketukan pertama tidak tersahuti dari dalam kamar yang membuatnya kembali mengetuk pintu.

Tok tok tok...

Tidak ada balasan juga, dengan memberanikan diri Darren mendorong pintu itu. Ia langsung melihat keadaan Nayla yang sedang bermain di atas karpet tebal berwarna putih.

Karena sudah gemas sekaligus merindukan bocah kecil itu, Darren langsung mengangkat Nayla dan memeluknya. Alhasil, Nayla terkejut dan menangis hingga membuat Moza bangun dari tidurnya.

"Nayla..." lirihnya langsung terlonjak kaget mendengar tangisan. Namun ketika ia membuka mata, ia melihat terdapat seorang cowok di dalam kamarnya. Siapa?

Matanya langsung ia lebarkan kala pandangannya semakin jelas dan terlihatlah Darren yang sedang mencoba menenangkan tangisan Nayla.

"Darren?"

Cowok itu langsung menatap Moza. Ia heran, bangun tidur saja cantiknya tidak ada 1% pun yang hilang, bahkan kecantikannya bertambah berpuluh-puluh kali. Moza ini manusia atau bidadari, sih?

"Eh, lo kok bangun? Tidur lagi aja, gue yang bakal jagain adik lo kok."

Moza menggeleng, gadis itu bangkit dari kasur menghampirinya. Merentangkan tangan menyuruh Nayla pindah ke gendongannya yang tentu saja membuat Nayla kembali merentangkan tangan. Gadis itu duduk di pinggiran kasur sambil menenangkan adik tersayangnya.

Sedangkan Darren duduk di atas karpet dan melihat Moza yang sibuk menenangkan adiknya itu. Moza terlihat hendak mengambil botol susu di atas nakas, namun rupanya tangannya tidak mencapai nakas itu sehingga Darren pun sadar dan mengambilkan botol susu itu.

"Nih," kata Darren sembari menyerahkan botol susu itu. Moza tidak menjawab apa-apa yang membuat Darren memutar bola matanya. "Kalo butuh sesuatu bilang, jangan berusaha sendirian kek tadi."

Moza menoleh menatap Darren. Tatapan yang membuat Darren selalu nyaman di dekat cewek itu. Bukan tatapan tajam menusuk, juga bukan tatapan kebencian, melainkan tatapan datar seperti teman pada umumnya.

"Yang bukain pintu tadi perempuan. Itu siapa lo? Nyokap? Gak mirip banget ya sama lo," ucap Darren kemudian terkekeh.

Moza menggeleng. "Bukan."

"Loh? Terus siapa? Gue gak yakin pembantu bisa secantik tadi, rasanya seumuran bunda deh."

"Calon nyokap tiri."

Darren melebarkan matanya. "Loh? Nyokap tiri? Bokap lo duda?"

Moza menghela napasnya. "Iya..."

"Udah lama?"

Moza menatap garang Darren. "Ngapain?"

Darren mengernyitkan dahinya. "Apanya?"

"Nanya."

Sudah lebih dari dua bulan Darren dekat dengan Moza, ia sudah tau kebiasaan cewek itu dalam berbicara. Seperti sekarang contohnya.

"Ya gue nanya doang elah. Emang kapan bokap lo mau nikah lagi?"

Moza mengendikkan bahunya, gadis itu masih memangku Nayla sambil memegang botol susunya. Darren yang melihat itu pun gemas, entah mengapa Nayla begitu berbeda dengan Moza ataupun Jordi. Tidak ada kesamaan sedikitpun dengan kedua orang di sekitarnya.

"Nayla pasti mirip nyokap lo," kata Darren lalu mengelus kepala Nayla.

Refleks Moza menjawab. "Enggak, kata siapa?"

Darren langsung mendongak menatap Moza yang langsung mengatupkan kembali mulutnya. "Lah? Kalo bukan mirip nyokap lo, Nayla mirip siapa dong? Nggak mungkin kan anak tetangga."

Moza merutuki dirinya sendiri, kenapa mulutnya harus mengucapkan kalimat itu?

"Gue juga bingung sih, Nayla tuh kek mirip bule gitu. Nyokap lo bule ya?"

Moza diam, tidak berani menjawab pertanyaan Darren.

"Tapi kalo misalkan nyokap lo bule, kok muka lo kek gak ada bule-bule nya gitu. Kalo Nayla kan keliatan jelas warna rambutnya, terus matanya juga, hidungnya mancung, warna kulitnya juga lebih putih dari lo," ucapnya sambil memperhatikan wajah Nayla. "Beda banget sama lo," lanjutnya sambil mendongak menatap wajah Moza yang terlihat panik.

Jelas Nayla berbeda dengan dirinya, karena ia dan Nayla hanya lahir dari rahim yang sama tidak dengan gen yang lainnya.

Bersambung...

Annyonghaseo chaneun Ayaa in midaaa uuu~ AKU KAMBEK GUYS:v
Aduh virus kpop ku bertambah nips tiap hari wkwk...
Aku langsung update bagian 20. Bagian berikutnya akan aku post lagi yang insha allah kemungkinan besok hari minggu, oke siyap?

Tinggalkan jejak jangan lupa:)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro