Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Darren Adinata

Bagian Dua.

Nakal dulu baru sukses, biar nanti kalo udah sukses gak penasaran gimana jadi nakal.

-The Cold Princess-

"Lo inget gak? Pas gak sengaja megang bokong Bu Riska?" tanya cowok yang kini tengah duduk di kantin bersama keempat temannya.

"Oh, yang kata si Luis yang ditampar kan?"

"HAHAHA! Iya anjeng, tuh kejadian bikin gue ketawa mulu," jawab Dito, lelaki yang menanyakan pertanyaan konyol tersebut.

Luis, Dito, Adnan dan Darren kini tengah duduk di kantin pada jam istirahat pertama. Mereka berempat terkenal karena kenakalannya, apalagi kenakalan dari sosok Darren, kenakalan yang sudah susah sekali dihilangkan.

Darren ini sebenarnya memiliki sikap acuh di depan umum namun ia memiliki sikap aneh atau biasa kita sebut gila ketika kalian sudah mengenalnya lebih dalam.

Mereka kini tengah membicarakan pengalaman mereka, yaitu di saat Adnan tak sengaja tangannya menyeludup ke bokong Ibu Riska karena sebelah tangannya digerak-gerakkan oleh Dito yang membuatnya memegang. Namun rupanya, Ibu Riska berbalik. Berhubung Adnan pindah posisi, Luis lah yang berada di belakang Ibu Riska yang otomatis menjadi terduga pelaku.

Luis ditampar oleh ibu Riska dan bahkan sampai masuk ke dalam ruangan kepala sekolah.

"Ya kan tangan lo Nan yang megang. Kenapa gue yang ditampar?" komplen Luis.

Adnan terbahak. "Suruh siapa berdiri di belakang Bu Riska."

"HAHAHA--"

"Panggilan Darren Adinata kelas Sebelas IPS3 ditunggu di ruang guru, sekali lagi Darren Adinata kelas Sebelas IPS3 ditunggu di ruang guru, terimakasih."

Adnan, Luis, Dito menoleh ke arah Darren yang sedang memainkan ponselnya. "Ren, dipanggil noh," ucap Luis.

Darren menghela napasnya, ia segera bangkit dari duduknya lalu meninggalkan area kantin.

Pikirannya berkecamu setelah bertemu Moza tadi, ini pasti ulah cewek itu yang mengadu pada guru hingga jam istirahatnya digunakan untuk menghadapi omelan.

Ceklek

Darren membuka pintu, ia sudah bisa melihat langsung Moza yang tengah duduk menghadap Pak Tomi, wali kelasnya.

"Duduk Ren," titah Pak Tomi.

Darren duduk di hadapan Pak Tomi dan di sebelah Moza.

"Benar kamu merokok di kantin saat jam pelajaran? Dan kepergok Ibu Nina? Tadi Moza mengatakan seperti itu," tanya Pak Tomi.

Darren menggeleng. "Enggak Pak, tadi saya cuma nongkrong doang kok di kantin--"

"Bohong," potong Moza, matanya masih menghadap ke arah depan tanpa menoleh ke arah Darren.

Darren memiringkan tubuhnya, berusaha menghadap Moza. "Eh, emang lo tau kalo gue ngerokok di kantin?" tanya Darren.

Moza tersenyum miring. "Coba, liat kantong celana lo," tunjuk Moza dengan dagunya ke arah paha Darren.

Darren diam, ya ampun tadi kenapa ia tidak letakan di kantin saja agar tidak ketahuan?!

"Ren?" Panggil Pak Tomi yang membuat Darren menoleh.

"Iya Pak?"

"Coba liat isi saku celana kamu," ucap Pak Tomi.

Darren menghela napasnya, ia merogoh sakunya, mengambil rokok yang tersimpan di sana dan meletakannya di atas meja Pak Tomi. "Iya pak, saya jujur, tadi saya ngerokok di kantin pas jam pelajaran dan tadi kepergok Ibu Nina, tapi malah diaduin sama Moza," akunya.

Pak Tomi menyenderkan punggungnya pada senderan kursi. "Pulang sekolah nanti kamu ambil surat panggilan orangtua di meja bapak, sekarang kamu dan Moza silahkan keluar."

👑👑👑

"Sialan, cewek sialan!" umpat Darren di hadapan ketiga sahabatnya.

"Kenapa lo Ren?" tanya Dito.

"Gara-gara tuh cewek, gue dapet surat panggilan orang tua!" kesalnya saat berada di dalam kelasnya.

Adnan menaikkan sebelah alisnya. "Cewek? Siapa?"

"Moza--"

"Hah? Moza? Seriusan lo? Yaudah gih sini tukeran posisi!" serbu Luis.

"Yaelah, Ren mending gue aja." Dito berucap.

"Enak aja lo, Moza itu jodoh gue!" ucap Adnan percaya diri.

Darren mengacak-acak rambutnya. "Argh! Kalo lo semua mau belain tuh cewek, sana!"

Semuanya kembali terdiam. "Emang kenapa sama lo? Kok bisa bermasalah sama calon bini gue?" tanya Adnan.

Darren menatap tajam Adnan. "Dia ngaduin gue ngerokok di kantin pas tadi jam pelajaran."

"Ck, calon bini gue mah selalu menjaga sekolahnya agar terhindar dari para anak nakal." Adnan berbangga diri

"Gak ngaca kalo lo juga nakal, hah?" ucap Luis.

Adnan menoyor kepala Luis. "Ngomongnya biasa aja dong, nyet."

"Eh, gimana Ren? Kok bisa kena masalah sama Moza?" tanya Dito.

Darren menghela napasnya kasar. "Tadi gue ngerokok pas jam pelajaran sama bang Radit, eh kepergok Bu Nina. Gue lari dong ke perpus yang kebetulan juga kelas kita lagi belajar di sana sama kelas IPA2,"

"Gue sembunyi di bawah meja yang Moza tempatin, pertama sih lolos, eh rupanya si Moza malah ngaduin gue ke Pak Tomi. Tuh cewek ngajak ribut emang!" lanjut Darren kesal.

"Lo tahu nggak Ren, seluruh cowok di kelas ini maupun sekolah ini, suka sama Moza! Pertama, Moza ini anak paling cantik. Kedua, Moza ini anak paling pinter seantero sekolah, dan yang terakhir, ketiga, Moza ini anak paling dingin sepanjang masa," tutur Luis.

Darren menoleh, ia menatap Luis aneh. "Ck!" Darren tersenyum remeh. "Moza itu biasa aja! Bahkan sama bik Eli tukang gorengan aja masih cantikan bik Eli."

"Eh, bik Eli udah punya dua anak, janda lagi. Mau lo sama dia? Kalo gue sih mending Moza kemana-mana yah, udah cantik, pinter, perawan lagi. Gue nikah sama dia, keturunan gue udah macam Bidadara-Bidadari!" seru Dito.

Darren menghempaskan tangannya ke-udara. "Alah, bacot lo pada. Mending gue bolos sekalian," ucapnya beranjak dari tempat duduk lalu mengambil tasnya.

"Eh iya Wis, nanti ambilin surat panggilan orang tua gue di meja Pak Tomi, ya?" Darren segera keluar dari kelas.

👑👑👑

Darren memasuki rumah yang sudah di sambut wajah menyeramkan bundanya.

"Berani kamu ngerokok di belakang Bunda, Darren?!" ucap Disa, bunda Darren.

Darren menghela napasnya. "Huft! Bun, Darren capek loh Bun baru pulang sekolah."

"Pulang sekolah sudah dari dua jam yang lalu, Bunda tau kamu bolos, buktinya yang mengambil surat panggilan saja Luis!" ucap bundanya.

"Sini kamu!" titah bundanya. Dengan berat hati, Darren mendekati bundanya.

"100kali!"

Dengan segera, Darren mengangkat sebelah kakinya, lalu kedua tangannya untuk menjewer kedua telinga miliknya. "Darren janji gak bakal ngerokok lagi."

"Satu."

"Darren janji gak bakal ngerokok lagi."

"Dua."

"Darren janji gak bakal ngerokok lagi."

"Tiga."

Teriakan Darren menggema di seluruh ruangan.

"Ayah pulang!" pekik seseorang yang membuat bunda dan Darren menoleh.

"Loh, Bun? Darren kenapa?" tanya Dalvin, Ayah Darren.

Disa menghela napasnya. "Anak kamu ini, di sekolah ngerokok!"

Darren memutar bola matanya malas.

Dalvin mendekati Disa, ia memberikan tas kantornya lalu menarik lengan Disa ke arah kamar.

Darren menghela napasnya lega, saat seperti ini lah ia bisa melarikan diri, ayahnya memang paling bisa diajak kompromi.

"Bunda itu jangan terlalu keras sama Darren, dia anak satu-satunya loh, kalau dia mati gara-gara sering kamu hukum gimana? Katanya gak mau punya anak lagi," tutur Dalvin yang membuat Disa menunduk.

Yah, keluarga ini memang aneh. Sang kepala keluarga, Dalvin Adinata adalah sosok pria dewasa yang selalu bisa meluluhkan hati istrinya. Lalu Disa Apriria, yang sekarang sukses telah mengganti marga Adinata adalah sosok istri yang luar biasa, bisa mengurus suami dengan baik dan anaknya yang kelewat nakal itu. Dan yang terakhir Darren Adinata adalah anak satu-satunya yang memiliki sifat yang berbeda jauh dari orang tuanya, ya berandalan.

Dalvin mengelus kepala istrinya. "Sekarang mending makan aja, ya? Aku juga udah laper nih, sekalian ajak Darren makan malam bareng."

Disa mengangguk. Ia beranjak menuju kamar Darren, ia tahu bahwa anaknya ini saat sedang dihukum, ditinggal sebentar saja sudah menghilang jauh.

"Darren? Ayo makan, kalo gak keluar Bunda potong uang jajan kamu sebulan!" ancam Disa yang membuat Darren segera keluar dari kamar.

"Bagus, ya udah ayo, kalo bukan kata Ayah kamu, Bunda gak bakal ngasih kamu keringanan abis ngerokok gitu!" oceh bunda.

"Kalau kamu ngerokok lagi, Bunda usir kamu dari rumah!"

Dalvin terkekeh melihat istrinya yang tengah memarahi anaknya itu.

"Iya Bun, Darren janji."

"Janji-janji doang! Kemarin Ayah kamu janji makan siang sama Bunda tapi nyatanya dia lupa!" Disa menarik kursi saat telah sampai di meja makan. "Terus kamu katanya udah gak ngerokok lagi tapi tahu-tahu kepergok ngerokok lagi!"

Dalvin dan Darren diam menatap Disa.

"Janji-janji cowok itu Bullshit semua!"

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro