Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16. Hate Situation

Bagian Enambelas.

Kamu datang, membawa luka.
Kamu pulang, meninggalkan kenangan yang membuatku tersiksa.

-The Cold Princess-

Jemarinya meraba buku-buku, hidungnya menghirup aroma kertas-kertas kesukaannya, juga menatap tulisan-tulisan yang menjadikannya hobi dalam membaca.

Gadis itu menarik salah satu buku di sana, membaca judulnya lalu meletakannya kembali di rak buku. Dengan masih menggunakan seragam sekolah, gadis itu memasuki ruangan kesukaannya, toko buku.

Setelah memberikan materi tambahan untuk Darren selama satu jam, gadis itu beralih pada perpustakaan kota untuk menenangkan pikirannya pada sahabat-sahabatnya yaitu para buku.

Ting!

Tante Marina : Kamu di mana? Tante nungguin kamu loh di rumah tante, ada Sheila sama pacarnya juga, papa kamu juga di sini. Kamu ke sini ya, sayang. Kita makan malam sama-sama.

Moza mematikan layar ponselnya lalu meletakan benda pipih itu ke dalam sakunya dan berjalan keluar perpustakaan. Gadis itu menunggu angkutan umum yang lewat, namun saat ia tengah mennggu di pinggir jalan. Seorang gadis yang menggunakan seragam sama sepertinya tengah menunggu kendaraan di sebelahnya.

Dan sepertinya, gadis itu mengenalinya.

"Kak Moza, ya?" tanyanya.

Moza hanya melirik lalu kembali menatap jalanan. Ia hanya tahu jika gadis di sebelahnya ini adalah juniornya dan anggota voli putri yang sering dibicarakan siswa di sekolah. Oh iya, dia anggota OSIS juga.

"Dari toko buku ya, Kak?" Gadis di sebelahnya melirik buku yang dibawa oleh Moza.

"Kakak suka karya Boy Candra?"

Pertanyaan dari juniornya membuat Moza menoleh. "Kenapa?"

"Akhirnya ngomong juga," ucap gadis itu lalu mengulurkan tangannya. "Aku Reanita, panggil aja Rea. Aku salah satu fans Kaka di sekolah."

Bukannya menjawab, Moza malah kembali bertanya, "Kenapa?"

"Oh, oke." Rea tersenyum menatap Moza. "Aku cuma tanya aja, kalo Kakak suka sama karya Boy Candra aku punya semua koleksinya. Kakak paling suka sama novel yang mana? Kalo aku sih Pada Senja yang Membawamu Pergi."

"Sama," balas Moza cepat.

"Hah? Sama? Kakak suka juga sama tokoh Aira?" tanya Rea.

Moza hanya mengangguk kemudian terlintas angkot di depannya, cepat-cepat Moza langsung menaiki angkutan tersebut diikuti Rea yang juga memasuki angkot dan duduk di sebelahnya.

"Sekarang Kakak baru beli Senja, Hujan, dan Cerita yang Telah Usai? Aku udah punya, asal Kakak tau, ceritanya bangkitkan kenagan mantan semua," ucap Rea.

Moza hanya menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan adik kelasnya itu. Ia turun dari angkot meninggalkan Rea, gadis itu memasuki perumahan calon mama tirinya, Marina.

Saat sudah sampai di rumah besar itu, ia mengetuknya. Dan tidak lama kemudian seseorang yang ia tunggu membukakan pintu dan langsung memeluknya.

"Akhirnya datang juga," ucap Marina lalu melerai pelukannya. "Ayo masuk, udah ada Papa sama Sheila di dalam, ada pacar Sheila juga di sana."

Moza dan Marina melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Moza dapat melihat papanya tengah berbicara dengan anak dari Marina, yaitu Sheila.

"Halo Sheila, ini yang namanya Moza." Marina langsung mendekatkan Moza pada Sheila.

Gadis bernama Sheila itu tersenyum lalu bangkit dari duduknya. "Lah, ini kan Princess Ice nya SMA Merah Putih. Jadi Moza anaknya Om Jordi, Ma?"

Marina mengangguk. "Iya, Shei. Dia bakal jadi adik kamu."

"Oh gitu, enak dong sekarang! Aku bakal bisa ngobrol sama cewek yang suaranya aja aku gak pernah tau. Sini Za!" ucap Sheila menyuruh gadis itu duduk di hadapannya.

Kini Moza dan Sheila sudah duduk berhadapan. Marina menyiapkan makan malam. Moza belum melihat sosok pacar Sheila sedari tadi, katanya sedang berada di toilet.

"Maaf semuanya saya kelamaan di toilet."

Moza mendongakkan kepalanya gadis itu menoleh ke belakang karena ia rasa suara itu datang dari arah sana. Saat ia melihat seseorang itu, Moza benar-benar dibuat diam. Entah sampai kapan Moza akan hidup dihantui oleh cowok itu.

"Eh Reza, ya udah sini Nak. Kamu duduk di sebelah Moza, ya."

Iya, cowok itu, siapa lagi jika bukan Reza.

👑👑👑

Darren benar-benar tengah memusuhi kedua orang tuanya. Pasti kalian tahu apa penyebabnya.

"Udah atuh Ren, Bunda juga sebenarnya gak mau hamil lagi. Tapi gimana? Ini titipan Allah, masa mau Bunda tolak? Kamu udah tiga hari loh murung gak jelas gini," ucap Disa menatap anaknya yang tengah bermain PS di kamarnya. Andai sedang tidak marahan, Darren pasti sudah terkena amukan Disa yang bermain game saat minus matanya bertambah setiap hari.

"Hm," balas Darren malas.

"Udah dong Ren, Bunda harus gimana lagi ke kamu biar gak marah terus ke Bunda?" Satu tetes air mata Disa jatuh. Awalnya Darren merasa cuek saja dengan ucapan-ucapan Disa, namun ketika bundanya sudah menjatuhkan air mata, ia menyesali perilakunya.

"Eh Bunda, jangan nangis," ucap Darren lalu meraih tubuh bundanya. "Darren minta maaf ya."

Disa langsung menjauhkan tubuhnya dari Darren. "Jangan marah lagi!"

"Iya iya, nggak marah lagi," ucap Darren.

Disa langsung menghapus air matanya. "Ya udah ayo makan, Bunda udah masak buat kamu."

"Yah, tadi Darren udah makan Bun di luar sama Dito, tadi dia ngajakin soalnya."

Mata Disa membelak. "Loh, berarti masakan Bunda gak ada yang makan dong." Matanya berkaca-kaca kembali.

Darren panik. "Aduh, Bun, jangan nangis lagi dong!"

"Masakan Bunda gak ada yang makan, Bunda emang gak bisa masak," ucap Disa.

Gila, kenapa Bunda jadi gini sih? Biasanya ngomel doang gak sampe nangis, ini kenapa sampe kejer gini?- batin Darren.

Cowok itu bingung, ia sudah kenyang karena sebelum ke rumah cowok itu sempat diajak oleh Dito untuk makan di warung depan sekolah. Bagaimana ia bisa menghabiskan masakan bundanya?

Ah, Luis dan Adnan!

Darren langsung mengambil ponselnya di atas nakas. Mencari kontak kedua sahabatnya.

"Wis, ke rumah gue sekarang sama Adnan, cepet!"

Tut..

Darren mematikan sambungan sepihak lalu kembali mengelus punggung bundanya. "Udah dong Bun, Luis sama Adnan bakal ke sini kok, abisin masakan Bunda."

Disa menarik tubuhnya, wanita itu menatap anaknya penuh binar. "Ya udah, suruh cepet ke sini gitu, Bunda ke bawah ya nungguin Luis sama Adnan."

Disa berbalik lalu berjalan menuju ruang makan sembari menunggu kedua sahabat anaknya. Sedangkan Darren terdiam, tadi nangis, sekarang kegirangan, mood ibu hamil memang labil.

👑👑👑

Sudah keempat kali tangan Reza menyeludup ke paha Moza, ia muak dengan kelakuan cowok sinting itu. Sudah Moza hempas tangan cowok itu namun tetap saja melakukannya berulang-ulang.

Prang!

Moza membanting garpu dan sendoknya yang membuat seluruh orang di sana memusatkan tatapanya pada gadis itu.

"Pulang, Pa." Tatapan Moza melirik ke arah Reza penuh kebencian.

Jordi mengerinyitkan dahinya. "Kenapa? Makanan kamu belum habis, Za."

"Nayla."

Semua orang bingung dengan ucapan Moza.

"Sendirian."

Jordi mengangguk. "Ya udah, kamu jemput Nayla di rumah Tante Ara."

"Moza mau pulang? Mau Reza anterin aja?" tawar Sheila.

Menjijikan, kenapa harus Reza yang mengantarkan dirinya pulang. Lebih baik ia jalan kaki hingga mencapai rumahnya dari pada harus diantar sosok bajingan ini.

Moza langsung berdiri lalu mengambil beberapa buku yang sempat ia beli. Tatapannya masih memusat pada cowok yang teramat ia benci itu, setelahnya Moza langsung pergi meninggalkan rumah Marina tanpa berbicara kembali.

"Om, barusan Moza ngomong apa? Dikit amat?" tanya Sheila.

Jordi tersenyum. "Moza mau pulang, ngurusin Nayla di rumah yang tadi sempat Om titipin ke Tante Ara, tetangga Om."

"Oh." Sheila menganggukkan kepalanya. "Nayla itu siapa?" tanyanya.

"Nayla adiknya Moza," jawab Jordi.

Di lain sisi, Moza berlari meninggalkan rumah Marina dengan perasaan kesal yang melambung tinggi.

Bersambung...

Siap dengan bagian tujuh belas? Siap meluncur!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro