13. Kacamata
Bagian Tigabelas.
Jaga pemberian Tuhan dan jangan merusaknya.
-The Cold Princess-
"Pak Rahman gak masuk, katanya lagi sakit," ucap Selo yang membuat seluruh penduduk kelas mengangkat tangan bahagia.
"Tapi ada tugas." Dini, sang ketua kelas datang dari arah pintu.
"Udahlah, solid aja. Gak usah dikerjain," sahut Luis.
"Nah iya! Gak usah dikerjain ya, solid dong!" ucap Dini lantang.
"Horeee!! Ayo tidur lagi gays!" teriak Aling yang membuat seluruh siswa laki-laki di kelas langsung berbaring kembali.
Apasih yang dibanggakan dari kelas ini? Satu kelas berisi anak yang datang ke sekolah hanya untuk uang saku, berisi anak yang datang ke sekolah hanya untuk bertemu teman, juga berisi anak yang datang ke sekolah hanya untuk ketemu doi secara diam-diam. Tidak seperti kelas jurusan tetangga alias anak IPA, yang datang selalu mementingkan ilmu, pantas saja anak IPA banyak sekali yang egois juga tidak mempunyai solidaritas, karena mereka bersaing setiap hari tidak seperti kelas IPS yang anak lulus secara bersama, dan jika tidak lulus, berarti mereka bersama lagi.
"Perasaan, gue pas SMP anaknya bersaing mulu, giliran SMA gini, menjerumuskan satu sama lain," celetuk gadis jangkung berambut panjang dan lurus itu, Alia namanya.
"Kelas kalo dibawa serius mulu gak bakal ada kenangannya Al," balas gadis yang berada di hadapan Alia, Susan.
"Iya juga sih, tapi ya gue seneng-seneng aja satu kelas sama mereka, absurd, nakal, yang selalu buat kita dihukum dijemur di lapangan, tapi setidaknya ketika kita susah buat cari jawaban ulangan, mereka pasti ngasih jawaban secara suka rela." Iffah, gadis yang duduk di sebelah Susan menyahut.
"Ada untungnya juga kita masuk jurusan IPS," ucap Dinda.
👑👑👑
XI Social 3 (Anak buah bang Pipin)
Luis Reonando : Woy gayn, besok PR dari Bu Endang nyontek dong
Susan : Idih, kerja dong, nyontek mulu
Raden Adnan : Solid Woy!
Dito Ardiansyah : Gak solid gue doain blackpink bubar h3h3
Ibu Negara (Dini) : Demi kebaikan bersama, nyontek dibudayakan ya:))
Selo : Kerja sendiri laa
Nagaling : Dasar, mentang2 juara 1, modal carmuk ke guru doang banyak omong lo @Selo
Adam Pedaw : Di atas panutanque😎
Darren Adinata : Yang gak bagi jawaban bakal dapet azab jenajahnya ga ada yang ngurusin gara2 semasa hidupnya pelit ngasih jawaban ke temen sekelasnya 😎
Ralia PA : Sianjing, Darren sekali ngetik panjang menohok sekali
Luis Reonando : @Ralia PA lo sekali muncul bad word mulu
Raden Adnan : (2) @Darren Adinata
Dito Ardiansyah : (3) @Darren Adinata
Ibu Negara (Dini) : (4) @Darren Adinata
Darren membaca balasan demi balasan yang dikirimkan teman-temannya di grup chat kelas. Cowok yang tengah bersandar di ujung tempat tidurnya itu mengambil bantal lalu meletakannya di atas paha, ia mengambil laptopnya lalu mulai bermain game.
Saat layar komputernya menyalakan pertanda ia sudah memasuki video game tersebut, pandangannya kabur. Darren mengucak matanya, mungkin saja ini hanya efek layar laptopnya yang terlalu terang. Namun saat ia selesai mengucak matanya, bukannya kembali seperti semula, namun pandangannya menambah buram.
Darren meletakan kembali laptopnya di atas kasur lalu turun dari ranjang. Ia meraba-raba arah pintu keluar, cowok itu memegang pembatas tangga saat ia merasa bahwa sudah menginjak anak tangga pertama.
"BUNDA!" teriak cowok itu lalu duduk di atas sana.
Cowok itu enggan turun, ia tidak mau mengambil risiko. Mata yang sedang memburam jika ia lanjutkan untuk turun ke bawah, bisa jadi besok ia akan tinggal nama saja.
"Kenapa, Ren?" Disa datang sambil menaiki anak tangga. Wanita itu melihat anaknya yang duduk di anak tangga dengan tangan yang terus mengusap-usap matanya.
"Bun, sini!" titah Darren membuat Disa bergegas untuk mendekati putranya itu, pikiran wanita itu langsung melayang ke arah yang negative, wajahnya langsung berubah cemas.
Disa duduk di sebelah Darren lalu mengelus bahu putranya. "Kenapa, sayang?"
"Bun, mata Darren kok burem sih? Darren gak bisa liat nih, nge blur semua," ucap Darren.
Wajah cemas Disa menghilang, yang awalnya tangannya mengelus, kini berganti menjadi pukulan. "Tuh, kan, apa kata Bunda? Makanya jangan main game terus!"
"Aduh, sakit Bun!" pekik Darren.
Disa menghela napas, ia bangkit dari duduknya lalu menuruni tangga. "Sana kamu siap-siap kita ke dokter mata sekarang."
Darren mendengus, untuk berjalan saja susah, apalagi untuk mengganti baju? Persetan, ia akan duduk saja di anak tangga sampai bundanya datang kembali dan menggantikan pakaiannya.
Dasar cowok manja.
👑👑👑
"Ini kacamatanya, Nak!" Pria berbalut jas putih itu memberikan kacamata pada Darren.
Darren mengambilnya lalu mengenakannya, ia terkejut karena saat memakai kacamata pandangannya kembali menormal. "Wah, Dok, ini bukan sulap, ini nyata, pandangan saya kembali membaik, aduh ini dokter recomended banget nih!" seru Darren.
Tangan Disa memukul paha anaknya itu, jelas dokter ini bisa menyembuhkan, toh dia dokter mata.
Dokter itu tersenyum. "Minus mata kamu sudah 3,15. Itu disebabkan kamu yang mungkin suka main game, main handphone saat lampu temaram, atau membaca buku terlalu dekat."
"Alasan yang terakhir itu bukan anak saya banget Dok," sambar Disa.
Darren menoleh, lalu bundanya itu melanjutkan perkataannya. "Anak saya buku satu saja susah untuk dibaca, bahkan sampai ngeden dulu baru mau baca."
"Loh? Bun, sekarang aku udah jadi pacarnya Moza, siswa paling cerdas di sekolah, siswa kutu buku, bentar lagi juga aku kecipratan pinternya dia kok Bun, tenang aja."
Disa mencibir. "Kok Moza mau ya pacaran sama kamu."
Darren memutar bola matanya jengah, ia mengambil benda pipih ber cashing warna kuning terang. Cowok itu membuka group chat nya yang berisi Luis, Adnan juga Dito.
Darren Adinata : send a pict
Darren Adinata : Anaknya Bunda Disa sama Ayah Dalvin makin ganteng ya kalo pake kacamata.
Raden Adnan : Jijik banget sh lo Ren
Dito Ardiansyah : Bentar lagi Moza bakal berpaling ke gue deh
Darren Adinata : Eh, Moza pacar gue ya, awas lo
Luis Reonando : Ren Moza lagi di sebelah gue loh
Luis Reonando : send a pict
Darren mengerinyitkan dahinya saat Luis mengirimkan foto Moza bersama gadis bermata sipit yang ia tahu bernama Rona, bidadarinya anggota jurnalis.
Ia melihat bahwa Rona sedang mengobrol dengan Moza.
Darren Adinata : Ngapain lo deket2 pacar gue? Mana ada si Rona lagi, lo ngebet dua2 nya ya? Alia lo kemanain, tong?
Luis Reonando : Moza lagi diwawancara sama Rona, kalo lo mau tanya kenapa gue di sini, gue lagi nemenin Alia main voli
"Ren, ayo pulang, Ayah kamu sebentar lagi sampai rumah." Disa bangkit dari duduknya.
Darren mengangguk lalu ikut berdiri dan berjalan di belakang bundanya, "Bun, fotoin Darren dong, mau Darren kirimin ke Moza."
"Ada-ada aja kamu, Ayah kamu sebentar lagi pulang."
"Bentar doang kok Bun," mohon putranya itu.
Disa menghela napasntya lalu mengambil ponsel anaknya itu, "Buruan."
"Bentar, cari tempat yang bagus dulu." Cowok itu akhirnya berdiri di bawah pohon dekat parkiran.
Cekrek!
"Nih." Disa langsung menyerahkan ponsel anaknya lalu berjalan kembali.
"Makasih Bundaqu," ucap Darren lalu berjalan kembali mengikuti langkah Disa. Cowok itu masih mengotak-atik ponselnya, mencari kontak Moza lalu mengirimkan foto barusan.
Darren Adinata: Ganteng ya kalo pake kacamata, makin jadi couple goals kitaa
Dua centang abu itu membuat Darren merekahkan senyumnya lalu berlari mengejar bundanya.
👑👑👑
Pukul 10.26 pm dan Darren masih bermain ponselnya, pantas saja rabun jika 24 jam hanya digunakan untuk bermain gadget.
Sebuah notifikasi terlihat di atas tampilan ponselnya, sebuah nama membuatnya tersenyum merekah. Cepat-cepat cowok itu membuka pesan yang ia tunggu hingga jam 10 malam itu.
Moza Triplek : Jlk.
Darren menyesal menunggu jawaban yang di luar ekspetasinya.
Bersambung...
Apa perasaan kalian setelah membaca bagian ini? Sampaikan di sini:))
Salam
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro