Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1. Moza Ariesha Cassandra

Sebelum membaca mari kita vote dulu okay? Soalnya kemarin ada berita, gak vote cerita ini besoknya punya buku yasin pake foto sendiri :v

Bagian satu.

Kamu tidak tahu apa-apa soal hidupku. Cukup diam, ku jamin hidupmu akan damai.

-The Cold Princess-

Kaki sebelah kanannya ia gunakan untuk mengawali melangkah masuk ke dalam perpustakaan. Gadis dengan wajah flat-nya, mata cokelat indahnya yang tajam, serta tidak ada pergerakan dari bibir gadis itu.

Satu area perpustakaan tiba-tiba langsung menatap ke arah gadis itu. Siapa yang tidak kenal dengan sosok Moza Ariesha Cassandra, gadis dengan pesonanya yang membuat pria manapun tertarik, gadis dengan prestasi yang tidak usah diragukan lagi, dan gadis yang selalu menjadi bahan pembicaraan.

Mata cokelatnya menerawang ke seluruh ruangan hingga matanya tepat menatap meja pojok langganan tempatnya. Langkah kaki jenjangnya menuju meja tersebut.

Semua murid yang berada di perpustakaan tersebut menatap Moza hingga ia duduk di tempatnya.

"Moza itu cantik, tapi sayang orangnya kayak gitu, pantes gak punya temen juga."

"Iya, bahkan sampai jadi princess sekolah julukannya karena kecantikannya."

"Tapi ya gitu, orangnya judes, jadi males dah."

"Percuma cantik kalo gak tau apa itu etika."

Ucapan barusan memang sudah menjadi makanan sehari-hari Moza. Ia menganggap ucapan tersebut hanya angin lalu, tanpa ia ladeni saja sudah berbicara yang tidak-tidak, bagaimana jika diladeni? Mungkin dunia ini akan hancur saat Moza telah meluapkan kemarahannya.

Moza memasang earphone nya dan menyetel musik dengan volume full, agar ucapan tak bermutu siswi yang sedang menggunjinginya itu tidak terdengar.

Saat ini adalah jam pelajaran, yang kebetulan kelas Moza mendapat giliran belajar di perpustakaan. Namun sayang, rupanya saat ia masuk perpustakaan sudah terisi siswa kelas IPS yang kebetulan juga sama, harus belajar di perpustakaan.

Moza membaca beberapa buku untuk menjawab pertanyaan di buku catatannya. Walau hanya membaca satu sampai lima menit saja, Moza sudah paham, ia mengerjakannya dengan serius hingga konsentrasinya buyar saat mejanya tiba-tiba bergetar.

Moza mendongak, ia melihat cowok tinggi yang mungkin sedang mencari tempat bersembunyi. Mata cowok itu tak sengaja bertemu tatap dengan mata Moza, cukup lama hingga suara teriakan Ibu Nina membuat keduanya memutuskan kontak mata mereka.

"Darren, Radit, ke mana kalian?!" pekik Ibu Nina dari ambang pintu perpustakaan.

Cowok yang berada di hadapan Moza itu langsung celingukan mencari sumber suara Ibu Nina. "Eh jangan bilang-bilang ya kalau gue di sini," bisiknya pada Moza yang sama sekali tidak terdengar oleh Moza.

Moza menaikkan sebelah alisnya, ia tidak dengar ucapan cowok itu. Cowok itu berdecak lalu menarik sebelah earphone Moza dan berbisik, "Jangan bilang gue di sini kalo Ibu Nina tanya."

Moza mengangguk. Lalu dengan segera cowok itu berlari ke belakang Moza dan bersembunyi di bawah meja yang tengah Moza gunakan untuk menulis tugas itu.

Mata Moza menyapu seluruh ruangan, lalu ia tak sengaja melihat Ibu Nina yang sedang bertanya kepada beberapa murid itu. Tentu saja ia tidak mendengarnya, karena ia menggunakan earphone dan volume-nya sangat keras.

Moza menggendikkan bahunya tidak peduli, ia kembali menulis tugas. Hingga ia menyadari bahwa Ibu Nina sudah berdiri tepat di depannya.

"Moza?" panggil Ibu Nina yang membuat Moza membuka earphone-nya setelah melihat pergerakan bibir guru itu.

"Kamu lihat Darren?" tanya Ibu Nina.

Moza menggeleng, ia tidak tahu siapa Darren yang ditanyakan ibu Nina.

"Ya sudah, kamu lanjutkan belajarnya."

Ibu Nina melenggang pergi, otomatis Moza memakai earphone-nya lagi. Namun pergerakannya terhenti lagi saat mejanya bergetar.

"Aduh!" ringis seseorang yang membuat Moza menengok ke arah kolong meja.

Cowok itu menyengir lebar saat Moza melihatnya yang tengah mengelus kepala bagian belakang yang terbentur meja.

Moza memutar bola matanya lalu mulai mengerjakan tugasnya lagi.

"Makasih ya udah selametin gue tadi," ucap cowok itu sambil berusaha berdiri.

Moza diam, ia tidak peduli pada seseorang di sampingnya.

Cowok itu mengernyit saat Moza tak menjawab apapun dari ucapannya. Moza menoleh saat ia benar-benar merasa bahwa cowok itu belum juga pergi dari tempatnya.

Moza mendongak, ia tidak sengaja menatap tag-name dan membacanya, Darren Adinata.

Moza mengerinyitkan dahinya. "Lo yang tadi dicariin Ibu Nina?" tanya Moza.

Cowok itu mengangguk. "Iya, gue Darren yang tadi dicariin sama Ibu Nina, soalnya tadi gue habis nongkrong di kantin."

Moza menghela napasnya lalu kemudian mengerjakan tugasnya lagi.

"Jadi cowok kok gak bertanggung jawab."

Ucapan Moza barusan membuat cowok di sebelahnya, Darren, menatap Moza dengan tatapan bingung. Ia tersinggung dengan ucapan Moza.

"Maksud lo apa?" Darren menundukkan wajahnya di hadapan wajah Moza.

Moza menatap Darren tajam, matanya seolah menyorotkan kebencian. "Lo itu gak bertanggung jawab."

Darren mengetinyitkan dahinya. "Gue kan cuma nongkrong di kant--"

"Saat jam pelajaran? Sama aja salah." Potong Moza yang membuat Darren cengo.

Moza bangkit dari duduknya. "Bakal gue laporin lo ke Ibu Nina, sekalian wali kelas lo juga," ucapnya lalu melenggang pergi meninggalkan Darren yang masih diam di tempat.

👑👑👑

Kini Moza memasuki neraka dunia, yaitu rumahnya sendiri. Rumah adalah tempat kita pulang, rumah adalah tempat kebahagiaan bersama keluarga, dan rumah adalah surga dunia bagi semua orang kecuali Moza.

Sebenarnya Moza sudah tidak kuat jika harus selalu dalam situasi sulit yang selalu menimpanya.

Prang!

"Dasar jalang, kamu itu tidak pernah menghargai saya, saya mencari uang demi kamu, demi Moza, demi Nayla, demi keluarga kita, Tapi apa? Kamu malah keluar-masuk tempat haram itu!" pekik seseorang dari dalam rumah.

Saat Moza masuk ke dalam rumahnya, ia tengah melihat Nayla, adiknya yang tengah menangis di lantai. Ya, adiknya masih berumur satu tahun, tapi sudah menjadi salah satu anak yang memiliki masalah dalam keluarganya.

Moza segera menggendong adiknya dan menaiki tangga menuju kamarnya, ia tidak ingin adiknya terus-terusan mendengar pertengkaran ayah dan Ibunya.

Pintu langsung Moza tutup saat sudah dibukanya. Ia segera meletakan Nayla pada box baby-nya yang memang sengaja ayahnya letakan di kamarnya.

Nayla diam saat berada pada box baby-nya karena suara teriakkan kedua orang tuanya tak terlalu terdengar, lalu beberapa menit kemudian Nayla tertidur.

Moza menatap wajah adiknya yang masih sangat polos itu, di umur yang ke 1tahun 3bulan sudah mendengar keributan dalam keluarga. Sebenarnya, Moza juga ingin seperti yang lain, yang mempunyai keluarga harmonis.

Moza beralih pada ranjangnya, ia membanting tubuhnya dan dengan cepat air mata lolos dari pelupuk matanya. Ia sudah tidak tahan dengan kehidupannya yang jauh dari kata bahagia.

Ini mungkin memang salah ibunya yang membuat ayahnya selalu marah-marah.

Alina, ibunya itu selalu keluar malam dengan pakaian kurang bahannya, selalu pulang dalam keadaan mabuk, dan juga selalu menjual tubuhnya pada lelaki perut buncit di luar sana.

Suami mana yang tidak marah ketika kelakuan istrinya seperti jalang?

Jordi, ayahnya itu memang sudah sering sekali marah pada Alina. Ia juga pernah mengancam Alina untuk keluar dari rumah, namun apadaya, Jordi mencintai Alina.

Moza juga suka sekali membujuk ayahnya agar menceraikan ibunya, namun lagi dan lagi Jordi selalu menolak karena ia mencintai istrinya.

Moza keluar kamar, ia menatap lantai bawah dari balkon dalam, ia melihat ayah-nya yang terus-terusan memarahi Ibunya. Namun ibunya hanya bersikap biasa saja.

"Saya lelah sama kamu, besok saya akan ceraikan kamu!" ucap Jordi lalu berjalan keluar rumah.

Lagi, Moza meneteskan air matanya.

Ibunya itu malah masuk ke dalam kamar dan mengganti bajunya dengan baju kurang bahan. Moza bahkan malu jika harus memiliki Ibu seperti Alina.

Alina keluar rumah sambil menenteng tasnya dan pergi. Sudah Moza duga, Ibunya memang jalang kelas atas. Ia juga bingung kenapa harus lahir dari seorang perempuan yang rendah sekali harga dirinya.

Bersambung...

Bakal aku up tiap hari Minggu ya:")) awas, komentar kalian juga aku perluin. Jangan sekedar baca-baca doang, gak vote ataupun komentar, oke gaess?

Salam Author

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro