
p r e l u d e
the chronicles of nikan
a story by landnana
copyright, 2024
.
.
.
moodboard
"Tuan, nona muda sudah tiba di pelabuhan selatan."
Orang yang dipanggil barusan hanya menganggukkan kepala lalu kembali meminum tehnya dengan ekspresi damai yang abadi. "Itu bagus."
Selama semenit, ada udara ganjil yang menyeruak di antara mereka. Menyadari tatapan panas yang diarahkan padanya, Mihr kemudian menghela napas pelan. "Katakan."
"Apakah akan baik bila membiarkan nona pergi sendirian?"
"Dia bersama Eohan."
Bagaimana hal tersebut bisa dihitung jika itu hanyalah seekor kucing gemuk pemalas? Conah tak mampu untuk tak berpikir dengan heran. "Ini pertama kalinya nona muda pergi jauh dari rumah. Apa anda tidak takut sesuatu mungkin saja terjadi padanya selama di perjalanan? Apalagi, tempat yang dituju sangat jauh dan pasti ... tidak akan mudah."
"Kau khawatir?"
Conah memasang wajah batu. "Bukan seperti itu, anda tahu situasinya cukup sulit untuk nona belakangan ini."
"Kau khawatir." Mihr menarik kesimpulan tanpa peduli ekspresi kaku pihak lain.
"Itu tidak benar."
"Begitu?" Mihr meletakkan cangkirnya dengan gerakan elegan dan menjawab santai. "Kau terlalu cemas. Dilihat dari perangainya yang seperti itu, aku justru khawatir pada orang yang mungkin tak sengaja membuat masalah dengannya."
Memikirkan lagi bagaimana sifat nona mereka selama ini, anehnya Conah tak dapat menampik pernyataan tersebut. "Lalu, kapan kira-kira nona akan kembali?"
Mihr menarik sudut bibirnya sekilas. Tatapannya lurus ke depan seolah dapat melihat tembus pandang sesuatu di balik rerimbunan nan hijau di sana. "Siapa yang tahu?"
" ... "
"Ada banyak hal menarik di luar sana yang selama ini tidak ia temukan di sini. Ini adalah kesempatan untuknya melihat dunia dengan pandangannya sendiri." Mihr berkata demikian. Ia terdiam sejenak, teringat akan seseorang dan semua kenangan yang menyertai.
Conah tampak skeptis dengan perkataan tuannya. "Itu—tampaknya sifat nona agak sedikit sulit untuk bisa tertarik melihat dunia."
"Kau benar." Mihr tertawa pelan. "Dia memang akan lebih memilih bermalas-malasan tanpa mau repot-repot memikirkan apa yang terjadi."
Conah mengangguk setuju.
"Tapi, apa kau ingin tahu satu hal?"
"Apakah itu?"
"Sejak kelahirannya, aku sudah tahu bahwa tempat ini terlampau kecil untuk dapat menanggung takdirnya di masa depan."
to be continued
hi wkwkwk
27/10/24
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro