Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 06: Lucht Leanúna

"Selamat ya, Lucien." Issac menepuk-nepuk pundak Lucien dengan bersemangat saat bel istirahat setelah mendengar kabar bahwa Lucien menjadi  ketua kelas. Art dan Rhys juga ikut memberi ucapan selamat.

"Arigatou," ujar Lucien membalas ucapan selamat yang diberikan padanya.

"Miu menjadi bendahara bukan?Selamat ya," ucap Art sambil tersenyum.

"Arigatou gozaimasu." Miu menundukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih.

Rhys mengelus kepala Al, "selamat ya, Al. Kamu hebat langsung bisa menjadi wakil ketua kelas."

Al tersenyum bangga karena dipuji kakaknya.

"Tapi ingat Al, gelar itu bukan sesuatu yang didapat agar dibanggakan saja. Kamu harus belajar bertanggung jawab atas gelar itu," ucap Rhys dengan sangat bijaksana.

Al mengangguk mengerti, ia menanamkan perkataan Rhys di dalam hati dan pikirannya dengan baik agar tidak terlupakan.

"Boleh juga kau." Issac tertawa sambil ikut menepuk-nepuk pundak Rhys. "Meski kata gelar itu terlalu berlebihan."

"Ternyata Issac belum berubah, ya?" ujar Lucien sambil tertawa pelan.

Art mengangguk setuju sambil ikut tertawa, "Issac memang orang yang unik."

"Ada apa, ada apa?" tanya Al dengan rasa ingin tahu yang tinggi.

"Jadi, Issac-senpai itu setiap pagi hari dan menjelang siang hari, kepribadiannya akan berubah." Miu menjelaskan.

"Bahkan dia seperti orang yang berbeda," tambah Lucien.

Al berdecak kagum, "wah, keren sekali."

"Tentu saja, ore-sama wa kakkoi," ucap Issac bangga sambil membuat pose aneh yang menurutnya keren.

"Uwoooo." Al menatap Issac dengan mata berbinar-binar sambil bertepuk tangan untuknya.

"Orang anehnya bertambah," canda Lucien yang membuat Miu tertawa pelan mendengarnya.

*

"Hanawa-san. Kamu keren sekali," ucap kagum seorang gadis berambut ikat ala pony. "Selamat atas terpilihnya menjadi sekretaris kelas, Hanawa Riko."

"Bukan apa-apa kok," ujar Riko sambil tersenyum.

"Kami akan selalu mendukungmu, Hanawa-san," ujar salah satu perempuan berambut pendek dan berkacamata bulat.

"Tentu saja. Kita ini sudah seperti saudara kandung sendiri. Lucien's fanclub akan tetap bersama." Riko mengepalkan tangannya sambil memasang pose semangat.

"Tentu saja, Hanawa-san." Perempuan berambut pendek itu mengangguk.

"Eh tapi, Erena-san. Apakah kamu sudah melihat murid baru yang asalnya dari Irlandia itu?" tanya perempuan berikat satu pada Erena--perempuan berambut pendek.

"Ah, yang dari kelas 3-1?" tanya Erena yang membuat perempuan berikat satu itu mengangguk antusias.

"Dia sangat tampan dan langsung terkenal di kalangan para senpai dan kouhai, mungkin saja dia itu tipeku," ujarnya sambil tertawa.

"Akano-san. Kita ini kan Lucien's fanclub, bagaimana bisa kamu mengatakan hal itu?!" Erena menggebrak meja.

Akano memasang tampang cemberut, "ha-bis-nya sih .... Aku hanya pernah sekelas dengan Lucien-sama selama setahun. Setelah itu jangankan sekelas. Berpapasan saja sudah sangat jarang. Padahal aku ingin Lucien-sama menyapaku."

"Yah, aku tidak bisa menyalahkanmu sih." Erena menyilangkan kakinya. "Aku sendiri juga sama sepertimu."

"Tapi, Hanawa-san sangat beruntung sekali! Hanawa-san bisa sekelas dengan Lucien-sama setiap tahunnya!" seru Akano sambil menghentak-hentakkan kakinya. "Aku iri sekali!"

Riko tertawa kecil mendengarnya. "Aku sangat bersyukur pada takdir karena membiarkanku sekelas setiap tahun dengan Lucien-sama."

"Datang sudah sifat percaya diri Hanawa-san," ujar Erena sambil tertawa pelan.

"Tapi bagaimana dengan yang bernama Aoki Miu itu?" tanya Akano sambil menyandarkan kepalanya di tangannya yang tertopang di atas meja. "Dia murid beasiswa yang pergi bersama Lucien untuk belajar selama satu tahun di Irlandia bukan?"

"Ah, benar. Mereka terlihat sangat dekat, sampai-sampai aku pernah mendengar kabar bahwa mereka berdua itu berpacaran." Erena memutar bola matanya malas.

"Tenang saja. Gadis kecil yang mirip tikus itu tidak akan berani macam-macam," ujar Riko dengan tenangnya. Ia bahkan tidak melihat Miu sebagai ancaman atau saingan cintanya.

"Buktinya, lihat saja. Gadis itu dengan senang hati menyerahkan posisi sekretaris padaku," ujarnya lagi. "Bukankah itu berarti dia mendukungku?"

"Eh benarkah begitu?" Wajah Akano terlihat terkejut dan mulai menunjukkan ketertarikan dengan cerita Riko. Soalnya sedari tadi Riko terus menerus berbicara soal betapa beruntungnya ia bisa bertemu Lucien setiap hari yang membuatnya iri.
"Awalnya gadis itu juga ingin menjadi sekretaris?"

Riko mengangguk. "Kami mengajukan diri bersamaan, namun akhirnya ia mengalah dan menjadi bendahara."

"Wah, baru kali ini kulihat ada seseorang yang ingin menjadi sekretaris," ujar Akano lagi sambil mengibas-ngibaskan tangannya, "sekretaris itu merepotkan."

Erena tertawa, "Hanawa-san saja bersedia menjadi sekretaris demi dekat dengan Lucien-sama."

"Bisa saja, gadis itu juga berpikir demikian," ucap Akano memanas-manasi.

Riko tertawa kaku, "mana mungkin hal seperti itu terjadi."

"Kudengar juga Miu itu gadis yang sangat polos dan baik hati, terlebih lagi wajahnya imut, bisa saja Lucien-sama jatuh hati padanya kan?" tambah Akano.

Riko menggigit bibir bawahnya hingga berdarah. Ia tidak pernah memikirkan bahwa Lucien akan menyukai orang sebelumnya. Riko bahkan tidak tahu tipe perempuan seperti apa yang Lucien suka.

"Aku bertaruh gadis itu pasti suka dengan Lucien," ujar Akano lagi sambil tertawa.

Erena berdiri sambil menggebrak meja untuk kedua kalinya. "Kamu tidak seharusnya menjatuhkan Hanawa-san, Akano-san. Kita seharusnya saling mendukung dan bertarung dengan adil dan jujur."

Akano menggendikkan bahunya, wajahnya tidak menunjukkan wajah bersalah sama sekali.

Riko tersenyum simpul--wajahnya terlihat sedikit pucat, sambil mencegah Erena agar tidak mengamuk. "Tidak apa, Erena-san. Aku yakin Akano hanya bermaksud memperingatkan agar aku tidak lengah dan meremehkan orang."

"Lihat, Erena-san? Jangan berpikir negatif terus-menerus, tidak baik untuk temperamen," balas Akano.

Erena menghela napas lalu menghembuskannya, mengatur amarahnya lalu kembali duduk.

"Bertarung dengan jujur dan adil kah ...?" gumam Riko.

"Hanawa-san, kamu mengatakan sesuatu?" tanya Erena melihat wajah Riko pucat pasi.

Dengan cepat, Riko menggeleng. "T-tidak ada."

Erena khawatir melihat perubahan raut muka Riko. "Ayo pergi ke UKS."

"K-kenapa?" tanya Riko. "Aku baik-baik saja kok."

"Ini sebagai langkah antisipasi saja. Jangan sampai penyakit Hanawa-san kambuh," ujar Erena dengan tegas.

...

"Hanawa Riko, jangan terlalu banyak berpikir," ucap sensei Penjaga UKS. "Stress berlebih bisa menyebabkan penyakitmu kambuh. Untuk antisipasi saja, bawa obat ini bersamamu."

"Ha'i. Arigatou, sensei," balas Riko sambil menunduk. "Saya permisi dulu."

Erena berpangku tangan, "tuhkan benar. Jangan berpikir yang aneh-aneh dengan terlalu serius. Abaikan saja ucapan Akano-san yang tadi. Kadang Akano-san memang suka bicara sembarangan."

Riko mengangguk pelan, "terima kasih atas perhatiannya, Erena-san."

"Tentu saja, kita ini kan osananajimi," ujar Erena sambil tersenyum hangat.

Pemikiran buruk Riko sesegera mungkin ia usir jauh-jauh dari benaknya. Yang dikatakan Erena benar, kecurangan tidak boleh dilakukan di dalam pertandingan memperebutkan hal yang suci.

"Terima kasih, Erena-san. Aku mendapat kepercayaan diriku kembali," ujar Riko sambil tersenyum.

"Dōitashimashite, senang mendengarnya," balas Erena lebih senang melihat wajah Riko yang tersenyum dengan percaya dirinya.

"Ayo kembali."

*

"Kaichō, fukukaichō, hisho dan juga kaikei. Kalian dipanggil sensei," ujar seorang murid dari luar kelas.

"Ha'i," balas mereka berempat bersamaan.

Hati Riko berdebar-debar. Ini hari pertama mereka dipanggil untuk bertugas.

"Ketua kelas dan wakil ketua kelas, bagikan buku-buku ini ke kelas," ujar Yuka sensei. "Lalu sekretaris buat daftar nama teman-teman sekelasmu. Bendahara juga ikut membantu sekretaris membuat tabelnya."

Mereka berempat mengangguk hampir bersamaan.

Lucien dan Al mulai membagi buku-buku pelajaran pada murid-murid.

"Ingat ditulis nama agar tidak tertukar," seru Lucien berulang-ulang sembari memastikan semua orang mendengarkan aba-abanya.

Al mengangkat buku itu, "ada yang belum menerimanya? Ini tinggal satu."

"Al, kamu belum mengambilnya untuk dirimu sendiri," ujar Lucien yang membuat Al baru mengingatnya.

"Benar juga!" balas Al. Semua murid di kelas tertawa melihat sikap lugu dari Al.

"Yoroshiku onegaishimasu." Miu menundukkan kepalanya sedikit.

"Kochira koso, yoroshiku." Riko juga balik membalas menundukkan kepalanya sedikit sebagai tanda hormat.

Mereka mulai membuat tabel daftar murid di kelas 2-4. Waktu istirahat berlalu dengan sangat cepat. Mereka bahkan belum sempat mengisi sebagian dari kertas itu.

"Mari kita lanjutkan saat pulang sekolah nanti," saran Riko yang dibalas dengan anggukan setuju dari Miu.

*

"Ah, tunggu sebentar, aku harus ke toilet dulu," ujar Riko sembari berlari kecil melewati pintu.

"Miu, sedang sibuk?" tanya Lucien yang melihat Miu sedari tadi belum bangkit berdiri dari bangkunya.

Miu mengangguk, "tidak disangka membuat hal seperti ini lumayan sulit."

"Mau kubantu?" tanya Lucien.

Cepat-cepat Miu menggeleng, "t-tidak usah. Tidak sesulit itu kok. Lagipula ini kan memang tugasku sebagai seorang bendahara."

Mana mungkin aku merepotkan Lucien lagi, justru aku sengaja memilih ini supaya Lucien tidak khawatir, batin Miu menjerit meminta ampun melihat kebaikan Lucien.

"Terima kasih ya," ucap Miu sambil tersenyum. "Hari ini aku akan pulang lebih lama dari biasanya. Tidak perlu menungguku ya."

"Tidak apa, hari ini tidak ada rapat OSIS, aku juga sedang senggang. Aku akan menunggumu," ujar Lucien.

Riko tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka. Tunggu, tapi ini bukan hal yang privasi bukan? Hanya percakapan biasa saja.

Sulut api keirian membakar hati Riko.

"Aku kembali," ujar Riko mencoba untuk tenang. Jangan terlalu memikirkannya, ingat kata Erena.

"Ah, Hanawa-san. Selamat datang kembali," sambut Miu.

"Hanawa-san yang semangat ya mengerjakannya," ujar Lucien sambil tersenyum.

Riko mengangguk kaku membalasnya.

Sulut api itu kembali padam.

*tbc

(Lucht Leanúna= penggemar)

Fyi:

1. Ore-sama wa kakkoi= aku keren (ore itu artinya aku tapi lebih gaul dan kalau memakai kata -sama di belakangnya. Itu artinya orang yang mengatakannya menganggap dirinya tinggi/membanggakan diri)

2. -sama= panggilan untuk orang yang dianggap derajatnya lebih tinggi. Seperti kedudukan raja, bangsawan atau dewa-dewi.

3. Senpai= kakak kelas/orang yang memiliki senioritas lebih tinggi

4. Kouhai= adik kelas

5. -san= panggilan untuk orang yang lebih tua atau lebih dihormati (berbeda tingkat dengan -sama)

6. Arigatou gozaimasu= terima kasih banyak (bentuk lebih formal dari arigatou)

7. Fanclub itu klub fans.

8. Ha'i= baik

9. Osananajimi= teman masa kecil

10. Dōitashimashite= sama-sama

11. Kaichō= ketua

12. Fukukaichō=wakil ketua

13. Hisho= sekretaris

14. Kaikei= bendahara

15. Yoroshiku onegaishimasu= mohon bantuannya atau kerja samanya

16. Kochira koso, yoroshiku= saya juga, mohon bantuannya atau kerja samanya

Note:

Maaf astaga. Uda berapa lama saia ngga up ini. Beneran ga ada ide waktu itu 😭😭

Reader: hari ini kosakatanya banyak yak?

Hemm ngga juga kok, ada yang ngulang soalnya biar kalian ngga lupa yeyy.

Ch 07 dan 08 akan diserahkan kembali pada lemonychee

Sampai ketemu di ch 9 nanti~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro