Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 05: Earrach agus Scoil

[Chapter 03 dan 04 dapat ditemukan di akun wattpad lemonychee]

Musim semi telah tiba, dan hari ini adalah hari pertama di tahun yang baru untuk Miu, Lucien, Rhys, dan Al untuk masuk sekolah.

Terlihat Rhys dan Al mengenakan seragam sekolah yang baru kali pertama mereka pakai. Al terlihat kegirangan melihat uniknya seragam itu, dan apalagi sekarang ia sedang memakai seragam itu.

"Ingat ya, jangan memberitahu orang-orang soal kutukan kalian." Lucien memperingatkan kembali sebelum mereka berangkat ke sekolah.

Rhys dan Al mengangguk mengerti.

"Kami murid pindahan dari Irlandia," ucap Rhys dalam bahasa Jepang yang fasih meski logat Irlandia masih saja menempel padanya.

"Bagus." Lucien tersenyum sambil mengancungkan jempolnya. "Untuk Rhys, karena kamu lebih tua. Kamu akan berada di kelas yang berbeda dengan kami. Tetap berhati-hati agar tidak mengatakan hal aneh."

"Dan untuk Al, sudah kuatur kamu sekelas denganku," lanjut Lucien.

Mereka berdua mengangguk mengerti, di dalam lubuk hari mereka yang terdalam, mereka antusias menunggu untuk bersekolah.

°●•○•○•○•○•●°

"Ohayo, Miu," sapa Lucien saat mereka bertemu di perjalanan menuju sekolah.

"Miu-chan! Ohayo!" seru Al dengan girang.

Sedangkan Rhys menunduk sedikit, "ohayogozaimasu, Miu-san."

"Ohayo, Lucien, Al-kun, Rhys-san." Miu menyapa balik.

"Sakura nya indah ya!" seru Al sambil menatap bunga sakura--berwarna merah muda--yang berada di sebelah sekolah. Beberapa sakura hanabira berjatuhan karena tertiup angin. Memang benar, pemandangan tersebut sangat indah. Sakura bagaikan ikut menyambut kedatangan para murid.

Pertama-tama, semua murid akan berkumpul di aula untuk upacara dan mendengarkan kata sambutan dari kepala sekolah dan ketua OSIS.

Kemudian dilanjutkan dengan melihat dimana kelas masing-masing murid, dan tentu saja Lucien, Miu dan, Al sekelas.

"Yo, Lucien." Seorang laki-laki dengan tinggi sekitar 178 centi an menepuk pundak Lucien.

"Oh, Art. Lama tidak bertemu." Lucien  menyunggingkan senyum. Mereka bertukar tos lalu tertawa bersama.

"Ohhh! Miu-chan, lama tidak bertemu juga!" seru Art saat melihat Miu berdiri di samping Lucien.

"Art-senpai! Genki desuka?" tanya Miu, senang melihat sosok lelaki yang bernama Art itu.

"Genki dayo," balas Art sambil tersenyum dan mengancungkan jempol ke Miu.

"Bagaimana dengan sekolah di Irlandia? Apakah menyenangkan?" tanya Art mulai menginterogasi Miu dan Lucien.

"Irlandia tempat yang sangat indah, sedikit mengingatkanku pada Issac," balas Lucien.

Miu mengangguk menyetujui pendapat Lucien, "benar, pemandangannya indah dan berbeda dengan Jepang. Menyenangkan sekali dapat belajar di negara yang berbeda. Tapi, tentu saja aku lebih senang dapat kembali ke rumah lagi."

"Hoho. Pasti Miu-chan merindukanku," ujar Art dengan percaya dirinya.

"Ha'i?"

Lucien menatap Art dengan datar. "Miu, abaikan saja dia."

"Ayolah, Lucien. Jangan cemberut dong hanya karena aku menggoda Miu-chan," balas Art tersenyum penuh arti sambil menatap Lucien.

"Issac dimana?" tanya Lucien tidak mengacuhkan perkataan Art. Lucien menengok ke kiri dan kanan, mencari keberadaan Issac.

"Apa dia ketiduran?" Art bertanya-tanya.

"Padahal ini awal musim semi, bukan musim dingin. Bagaimana dia bisa ketiduran." Lucien menggeleng.

"Ah itu dia." Art menunjuk seorang laki-laki yang bersandar di dinding.

"Dia tidur sambil berdiri," ujar Al melihat keanehan yang terjadi di depannya.

"Oh ya, Lucien, siapa mereka?" tanya Art sambil menunjuk Rhys dan Al.

"Kenalkan ini Rhys, dan ini Al. Mereka murid pindahan dari Irlandia. Aku dan Miu mengenal mereka di Irlandia," balas Lucien memperkenalkan Rhys dan Al pada Art.

"Begitu ternyata." Art mengangguk mengerti.

"Senang bertemu denganmu, Art-san." Rhys menunduk kecil.

"Senang bertemu denganmu juga, Rhys-kun," balas Art.

"Art-senpai. Tinggi ya?" Al bukannya mengucapkan salam, tapi malah memuji tinggi badan Art.

Art tertawa perkataan Al. "Terima kasih, Al-kun. Salam kenal ya, Rhys-kun, Al-kun. Semoga betah berada di Jepang," ujar Art sambil tersenyum. "Aku sendiri juga murid pindahan kok, tapi 2 tahun lalu, asalku dari Indonesia."

"Oh, Art, kamu sekelas dengan Rhys," ujar Lucien melihat daftar nama.

"Baguslah, akan kuantar berkeliling sekolah nanti." Art menepuk pundak Rhys.

"Kenapa ramai sekali disini...." Issac mengucek-ngucek matanya.

"Kamu sudah bangun ternyata, kenalkan dirimu dong, Issac," ucap Art. "Aku tahu kamu mendengarkan sedari tadi."

"Oh, baik. Salam kenal, Rhys dan Al. Kalian orang Irlandia bukan? Kupanggil langsung dengan nama saja ya, karena lebih pendek begitu." Sesekali Issac menguap lalu melanjutkan.

"Namaku Issac, setengah orang Irlandia dan Jepang. Aku bisa mendengar bahasa Irlandia, tapi aku malas mengucapkannya. Salam kenal ya."

Lucien menggelengkan kepalanya. Kedua teman baiknya adalah orang yang aneh, ia sudah terbiasa melihatnya.

"Issac-senpai. Genki desuka? Apakah senpai kurang tidur?" tanya Miu khawatir pada Issac.

"Ah, Miu-san. Tidak perlu khawatir, aku selalu mengantuk." Issac mengacungkan jempolnya.

"Itu bukan hal yang seharusnya dibanggakan Issac." Lucien menggeleng sambil menepuk dahinya pelan.

"Oh, tahun ini, aku akan setingkat dengan Lucien. Mohon bantuannya." Issac menunduk dengan malas.

"Eh, Issac. Jangan bilang...." Art terdiam sesaat kemudian menggoyang-goyangkan tubuh Issac."Kenapa?!?!"

"Aku ketiduran saat ujian kenaikan." Issac menggaruk-garuk kepalanya dengan santai.

"Jadi kamu mengulang lagi selama setahun?" tanya Art.

"Ya, kelihatannya seperti itu," balas Issac yang membuat Lucien menepuk dahinya untuk kedua kalinya.

"Padahal kamu lebih pintar dariku, seharusnya kamu tidak ketiduran, Issac!!!" Art kembali menggoyang-goyangkan badan Issac. "Kesempatan kita untuk sekelas kan jadi hilang!"

"Malah itu yang kamu pedulikan." Lucien menggelengkan kepalanya melihat tingkah Art.

"Ano, Lucien." Miu menjentikkan jarinya ke pundak Lucien. "Sebaiknya kita segera ke kelas masing-masing. Sepertinya homeroom akan segera dimulai."

"Ah, kamu benar. Ayo pergi." Lucien mengangguk. "Issac dan Art juga cepat pergi sana. Oh, Rhys kamu ikuti Art saja."

"Ha'i." Rhys mengangguk mengerti.

"Bagaimana denganku?" tanya Issac masih dengan tatapan mengantuk.

"Pergi ke kelasmu sendiri," balas Lucien sambil menunjuk ke arah kelas yang ada di belakangnya.

"Baik...." Dengan lesunya Issac masuk ke kelas.

Lalu dengan itu, hari pertama sekolah dimulai.

"Salam kenal semuanya, nama sensei adalah Himuro Yuka. Panggil saja Yuka-sensei. Mulai hari ini aku yang akan menjadi wali kelas kalian," ujar wanita berambut coklat yang berdiri di depan kelas sambil memperkenalkan diri. Mereka semua bertepuk tangan atas perkenalan dirinya.

"Ada yang ingin bertanya sebelum kita memulai mengacak tempat duduk?" tanya Yuka-sensei.

"Sensei sudah punya pacar belum?" tanya seorang laki-laki dari barisan kursi depan.

"Untuk saat ini, belum punya," balas Yuka-sensei dengan singkat. Kaum adam bersorak mendengarnya.

"Belum untuk saat ini ya...?" gumam Al sambil tersenyum dan menopangkan tangannya di meja.

"Bagaimana dengan umur sensei?" tanya seorang sambil bangkit berdiri dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Umurku 24 tahun. Tapi, jangan pernah tanyakan pertanyaan itu pada guru lain, terutama perempuan. Itu pertanyaan yang tidak sopan," balas Yuka-sensei sambil tersenyum.

"Ha'i~" balasnya kembali sambil berangsur kembali duduk.

Yuka-sensei kembali menjawab semua rasa keingintahuan para murid satu persatu dengan sabar.

"Baiklah, sepertinya sudah tidak ada pertanyaan lagi," balas Yuka-sensei.
"Mari kita mulai mengundi tempat duduknya."

Yuka-sensei mengambil sebuah kotak yang berisi kertas-kertas yang sudah ditulis angka. Satu persatu murid maju kedepan dan memilih salah satu kertas yang ada di depan.

"Aku mendapatkan tempat duduk di dekat jendela." Lucien mengangkat kertasnya dan memperlihatkannya pada Miu.

"Aku tepat di depanmu, Lucien," balas Miu sambil tersenyum melihatnya.

"Bagaimana denganmu, Al-kun?" tanya Miu sambil mengalihkan pandangannya ke Al.

Al memperlihatkan kertasnya pada Lucien dan Miu.

"Ah, kamu duduk di kursi depan." Miu menunjuk kursi yang paling dekat dengan papan tulis. "Sayang sekali kita duduk berjauhan."

Al mengangguk sedih, namun kemudian dia tersenyum, "benar. Tapi, aku suka duduk di depan kok, agar dapat melihat dengan jelas."

"Kalau Al pasti akan baik-baik saja." Lucien meyakinkan Miu agar tidak khawatir. Al mengancungkan jempolnya sambil tersenyum lebar.

Setelah meja dan tempat duduknya diatur. Mereka memperkenalkan diri mereka satu persatu, lalu mulai menentukan wakil kelas seperti ketua kelas dan wakil ketua kelas.

"Siapa yang ingin mencalonkan diri menjadi ketua kelas?" tanya Yuka-sensei.

Semuanya diam dan hanya menatap satu sama lain, tidak membalas perkataan Yuka-sensei.

"Kalau tidak ada yang ingin mencalonkan diri, sensei yang akan memilihnya loh," ucap Yuka-sensei mengancam mereka.

Kericuhan terjadi, mereka saling tunjuk menunjuk.

"Sensei, Lucien-kun saja yang menjadi ketua kelas!" saran seorang laki-laki sambil mengangkat sebelah tangannya.

"Benar, sensei. Kamida-san cocok untuk menjadi ketua kelas," timpal seorang perempuan juga ikut mendukung Lucien untuk menjadi ketua kelas.

"Eh, tapi bukannya Kamida-san wakil ketua OSIS? Pasti akan sibuk," ujar perempuan dengan rambut berkepang dua.

"Benar juga."

Lalu situasi kembali runyam, kelas kembali berbisik-bisik dan terbagi menjadi dua kubu. Satunya kubu yang mendukung Lucien menjadi ketua kelas, dan yang satunya, tidak ingin Lucien terlalu disusahkan.

"Sudah ... sudah ...." Yuka-sensei menepuk tangannya sebagai aba-aba agar mereka tetap tenang.

"Bagaimana keputusanmu, Kamida-san?" tanya Yuka-sensei meminta pendapat Lucien yang diwakilkan oleh semua murid.

Lucien tampak diam untuk berpikir sejenak, lalu ia memandang ke sekitar sambil tersenyum, "baiklah. Saya setuju menjadi ketua kelas."

Semuanya bersorak gembira dan memuji Lucien.

"Ayo, maju ke depan, Kamida-san," ucap Yuka-sensei mempersilahkan.

Lucien bangkit berdiri dan maju ke depan.

"Sekarang, siapa yang ingin menjadi wakil ketua kelas?" Yuka-sensei mengangguk lalu melanjutkan.

Al mengacungkan tangannya tinggi-tinggi. "Aku!"

"Baiklah, apa ada kandidat lain? Kalau tidak. Conn-san yang akan menjadi wakil ketua kelas," ungkap Yuka-sensei lalu melihat ke sekitar.

"Sepertinya tidak ada ya?" Yuka-sensei tidak melihat ada orang yang mengangkat tangan. "Baiklah kalau begitu, Conn-san yang akan menjadi wakil ketua kelas."

Semua orang bertepuk tangan saat Al maju ke depan. Lucien tersenyum memandang Al.

"Mohon bantuannya ya." Lucien mengulurkan tangannya.

Al membalas uluran tangannya, "mohon bantuannya juga."

"Untuk peran sekretaris dan bendahara, ada yang ingin mencalonkan diri?" tanya Yuka-sensei lagi. "Kalau ada, silahkan berdiri dan sebutkan peran yang kalian inginkan."

Miu berpikir dalam hati bahwa ia harus membantu Lucien dengan menjadi sekretaris, maka dari itu ia pun mengangkat tangannya.

"Aku ingin menjadi sekretaris-"
"Saya ingin menjadi sekretaris-"

Seorang perempuan dari baris depan dengan rambut diikat dua ikut mengangkat tangan, bersamaan dengan Miu.

"Ara, kalian berdua sama-sama mencalonkan diri menjadi sekretaris." Yuka-sensei terlihat terkejut melihat kekompakan mereka.
"Bagaimana?"

"T-tidak apa, biarkan, Hanawa-san saja yang menjadi sekretaris," ungkap Miu sambil tergugup-gugup.

Hanawa Riko, gadis itu tersenyum kecil lalu mengangguk. "Terima kasih."

"Benar, Aoki-san. Jadilah bendahara," saran Yuka-sensei.

Miu tersenyum canggung, "baiklah, sensei."

Lucien, Al, Riko dan Miu berdiri di depan.

"Mohon bantuannya." Mereka menunduk bersamaan. Murid-murid mulai bertepuk tangan setelah itu, menyambut wakil-wakil pengurus kelas yang baru.

*Tbc

(Earrach agus scoil= musim semi dan sekolah)

Fyi:

1. Ohayo= selamat pagi

2. Ohayogozaimasu= bentuk formal dari ucapan selamat pagi

3. -chan= biasa digunakan untuk panggilan perempuan yang seumuran atau yang kenal dekat.

4.  -kun= biasa digunakan untuk panggilan laki-laki yang seumuran atau yang kenal dekat.

5. -san= panggilan untuk orang yang lebih tua atau dihormati.

6. Hanabira= kelopak bunga

7. Senpai= kakak kelas

8. Genki desuka?= sehat kah?

9. Genki dayo= aku sehat

10. Ha'i= baik atau oke

11. Sensei= guru, bisa juga panggilan untuk dokter atau professor

12. Ara-ara dikatakan adalah sebuah frasa dalam bahasa Jepang yang artinya ya ampun

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro