Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1

"Saya tidak bisa tidur dengan kamu."

Pernyataan itu terlontar begitu saja, tanpa diikuti ekspresi berlebihan, seakan tidak ada sesuatu yang penting, seperti mengabarkan cuaca. Sebaliknya, Gia, yang menjadi lawan bicara pria itu, yang bahkan belum melepaskan gaun pengantinnya, dalam waktu singkat menunjukkan beberapa ekspresi.

Awalnya gadis yang berusia dua puluh tiga tahun itu terlihat tegang dan kaku, kemudian syok hingga matanya terbelalak kaget dan mulutnya menganga lebar, diikuti ekspresi bingung hingga tenggelam dalam lamunan dan terakhir tanpa ekspresi, seakan sepenuhnya berhasil memegang kendali emosi dan perasaannya.

"Bukankah kita sudah menikah, kenapa Kakak tidak mau tidur denganku?" tanya Gia, terdiam sejenak untuk menilai saksama suaminya lalu perlahan menatapnya dengan sorot kasihan. "Atau bukannya Kakak tidak mau, tetapi tidak bisa melakukannya. Apa Kakak seorang gay... atau mungkin impoten?"

Warren tidak terlihat marah mendengar hipotesis yang diambil Gia. Ekspresinya bahkan tidak berubah. Tetap tenang dan datar. Tuduhan yang dilontarkan istrinya tersebut tidak membuatnya tersinggung. Namun bukan berarti Warren mengiyakan tuduhan tanpa bukti itu. "Saya pria straight yang normal, tidak impoten dan bukan seorang gay. Saya tidak bisa tidur dengan kamu karena saya tidak mencintai kamu."

Garis mulut gadis itu langsung melengkung, senyumnya terkembang begitu saja dan matanya kembali berbinar cerah seakan kabut kelabu tak pernah hadir di sana. "Oh, itu. It's okay. Kita masih memiliki banyak waktu, bisa belajar sama-sama untuk saling mencintai. Setelah itu kita bisa---"

"Maaf, saya sudah mencintai orang lain."

Interupsi Warren seakan langkah skak mat yang membuatnya kehilangan seluruh kesempatan untuk bangkit.

"Kalau Kakak tidak mau menikah denganku dan masih mencintai wanita lain, kenapa Kakak menerima perjodohan ini? Kakak anggap aku ini apa? Wanita bodoh yang sukarela menjalani pernikahan palsu?" tukas Gia yang kini mulai kehilangan kesabaran.

Gia tidak menyangka suaminya menolaknya mentah-mentah hanya karena alasan super duper klasik. Cinta. Warren mungkin berpikir dia adalah gadis bodoh nan naif yang mudah diperdaya dengan cerita ala fairy tale tentang cinta sejati. Cih, Warren benar-benar merendahkannya, menyamakannya dengan gadis usia lima tahun yang masih percaya akan keberadaan cinta sejati.

"Asal Kakak tahu saja, orang tuaku tidak benar-benar setuju dengan perjodohan ini kalau bukan kakek Kakak yang memohon dan mengingatkan besarnya jasa keluarga kalian saat perusahaan kakekku pailit beberapa tahun--"

"Satu tahun... saya hanya minta satu tahun pernikahan!" Potong Warren dengan cepat.

"Satu tahun? Kakak menyuruhku membuang waktu setahun hanya untuk pernikahan palsu? Sekali lagi Kakak anggap saya ini apa? Kenapa aku harus repot-repot memenuhi permintaan Kakak? Lagipula aku tidak mau menjadi janda dan---"

Sekali lagi, sebelum Gia menyelesaikan kalimatnya, Warren kembali menginterupsinya. Namun berbeda dengan sebelumnya, Warren tidak memotong kalimatnya dengan sanggahan melainkan dengan sesuatu yang sangat mengejutkan, hingga Gia kehilangan kata-katanya dan tidak percaya dengan perbuatan gila yang dilakukan pria idiot tersebut.

Gia terbelalak kaget, tidak berkedip. Mulutnya menganga lebar, lebih lebar dari sebelumnya.

Astaga! Apa yang sedang dilakukan pria idiot itu? Bersujud?!

Warren benar-benar bersujud, seperti hamba yang tunduk pada ratu. Ini benar-benar gila. Bagaimana mungkin suaminya bersujud dengan kepala menyentuh alas lantai ruang pengantin yang serba putih tersebut.

Di mana harga diri pria itu sebagai seorang suami dan kepala keluarga? Gia tidak bisa membayangkan bagaimana mungkin pria yang dengan mudahnya bersujud tanpa daya ini adalah seorang CEO. Seluruh karyawannya pasti syok dan tidak mau mengakui jika pria ini adalah atasan mereka, yang mengendalikan hidup perusahaan mereka.

"Hen-hentikan! Kamu pikir dengan bersujud aku akan memenuhi permintaanmu?!" Teriak Gia dengan panik dan berusaha menarik sekuat tenaga Warren.

Otak Warren mungkin bermasalah. Gia selalu mendengar rumor Warren adalah pria jenius yang mengembangkan usahanya sejak remaja. Kini Gia percaya. Bukankah jenius dan idiot berbeda tipis?

"Please, bantu saya...." Warren bersikeras tidak berhenti bersujud.

"Baiklah. Baiklah. Aku mengerti!" tukas Gia lalu menarik Warren untuk berdiri.

Warren pun pasrah ketika dia membantunya berdiri. Sekarang Gia melihat sorot mata pria itu penuh dengan keputusasaan dan ketidakberdayaan, seolah duninya telah kiamat.

"Aku berjanji akan membantumu."

Mendengar janjinya sudut mulut Warren tertarik ke atas. Sejenak Gia terhipnotis. Senyum pria itu begitu memesona. Tersadar akan kebodohannya karena terlena dengan senyum pria yang menolaknya mentah-mentah, emosi Gia kembali terbakar. "Jangan senang dulu, aku memutuskan membantu Kakak atau tidak, setelah mendengar cerita Kakak dahulu."

Warren segera mengangguk lalu tidak membuang waktu. Pria itu mulai menceritakan hubungannya dengan putri salah satu mantan pelayan keluarganya. Hubungan mereka terjalin sejak pria itu masih remaja dan mereka berjanji untuk menikah. Sayangnya beberapa bulan lalu setelah Warren pulang ke Indonesia dan ingin melamar wanita pujaannya, Warren tidak menemukan keberadaan wanita bernama Naura tersebut.

"Saya tidak tahu ke mana perginya Naura walaupun saya sudah mencarinya hingga ke kampung halamannya. Dan saat saya fokus mencari keberadaan Naura, Kakek memutuskan menjodohkan saya dengan kamu, Gia. Saya sudah menolak dengan berbagai cara, tetapi ibu saya mengancam bunuh diri sehingga mau tidak mau...."

"Sudah jangan diteruskan. Aku mengerti kelanjutan dari cerita Kakak. Yang tidak aku pahami kenapa Kakak begitu yakin Naura bakal kembali setahun lagi."

"Karena kami selalu merayakan ulang tahunnya. Ulang tahunnya 29 Februari dan tahun depan usianya tepat 24 tahun."

Gia terdiam sejenak kemudian menghela napas. "Baiklah, kalau begitu aku akan membantu Kakak."

"Eh?"

"Aku tidak akan menunggu setahun lagi untuk Kakak menceraikanku, melainkan aku akan membantu Kakak mencarinya. Setelah bertemu, batalkan pernikahan kita. Ingat, jangan ceraikan aku. Tetapi batalkan pernikahan kita. Aku tidak ingin menyandang status janda hanya karena perselingkuhan suamiku."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro